Perang Terbuka Israel Iran Terbuka Lebar, Iran Bersumpah Balas Dendam Kematian Mohsen Fakhrizadeh

Iran marah besar dan bersumpah akan membalaskan dendamnya atas pembunuhan ilmuwan nuklir ternamanya, Mohsen Fakhrizadeh.

Editor: Ilham Yafiz
IRANIAN DEFENCE MINISTRY / AFP
Anggota pasukan Iran membawa peti mati ilmuwan nuklir terkemuka Mohsen Fakhrizadeh. Kematian ilmuan nuklir itu semakin memanaskan konfrontasi Iran dengan Israel. 

Setelah pembunuhan Fakhrizadeh, Iran menulis surat kepada Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres dan Dewan Keamanan PBB yang mengklaim "indikasi serius atas tanggung jawab Israel" dan bahwa Iran berhak untuk membela diri.

Guterres mendesak agar semua pihak menahan diri. “Kami telah mencatat laporan bahwa seorang ilmuwan nuklir Iran telah dibunuh di dekat Teheran hari ini. Kami mendesak semua pihak untuk menahan diri dan kebutuhan untuk menghindari tindakan apa pun yang dapat menyebabkan peningkatan ketegangan di wilayah tersebut,” kata juru bicara Guterres, Farhan Haq.

Kematian Fakhrizadeh berpotensi mempersulit upaya Presiden terpilih AS Joe Biden untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir di masa kepresidenan Barack Obama. Kondisi ini dapat menyebabkan konfrontasi antara Iran dan musuh-musuhnya di minggu-minggu terakhir masa kepresidenan Trump.

"Apakah Iran tergoda untuk membalas dendam atau menahan diri, itu akan membuat Biden sulit untuk kembali ke perjanjian nuklir," tulis Amos Yadlin, mantan kepala intelijen militer Israel dan direktur Institut Studi Keamanan Nasional Israel, pada Indonesia.

Setidaknya empat ilmuwan tewas antara 2010 dan 2012 dalam apa yang dikatakan Teheran sebagai program pembunuhan yang bertujuan menyabotase program energi nuklirnya. Iran selalu membantah mengejar senjata nuklir, dengan mengatakan tujuannya hanya untuk tujuan damai.

Amerika Serikat mengerahkan kapal induk AS Nimitz dengan kapal-kapal yang menyertainya ke Teluk pada hari Rabu, tak lama sebelum pembunuhan itu, tetapi seorang juru bicara Angkatan Laut AS mengatakan penempatan itu tidak terkait dengan ancaman tertentu.

Jerman juga mendesak semua pihak untuk menahan diri. "Beberapa minggu sebelum pemerintahan AS yang baru menjabat, penting untuk menjaga ruang lingkup pembicaraan dengan Iran sehingga perselisihan mengenai program nuklir Iran dapat diselesaikan melalui negosiasi," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Jerman.

( Tribunpekanbaru.com )

Artikel ini sebelumnya tayang di Kontan

Sumber: Kontan
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved