Presiden Rusia Vladimir Putin: Hubungan Rusia vs AS Rusak, Sampaikan Ucapan Selamat kepada Joe Biden
Putin juga menepis kekhawatiran bahwa penundaannya akan merusak hubungan dengan pemerintahan Biden yang akan datang.
Penulis: pitos punjadi | Editor: Nolpitos Hendri
TRIBUNPEKANBARU.COM - Presiden Rusia Vladimir Putin sempat menunda penyampaian ucapan selamat atas terpilihnya Joe Biden menjadi presiden Amerika Serikat.
Joe Biden berhasil menumbangkan petahana Donald Trump dalam Pilpres Amerika 2020.
Banyak pemimpin negara yang langsung menyampaikan ucapan selamat setelah hasil Pilpres Amerika 2020 diketahui, namun tidak dengan Vladimir Putin.
Presiden Rusia, Vladimir Putin pada Selasa (15/12/2020) memberi selamat kepada Joe Biden atas kemenangannya dalam pemilihan presiden Amerika Serikat (AS).
Ucapan selamat Putin itu datang setelah Dewan Elektoral atau Electoral College secara resmi mengukuhkan politikus dari Partai Demokrat, Joe Biden, sebagai Presiden AS ke-46.
"Bagi saya, saya siap untuk interaksi dan kontak dengan Anda (Joe Biden)," kata Putin dalam sebuah pernyataan yang disampaikan Istana Kremlin, dikutip dari Reuters.
Putin menyatakan keyakinannya bahwa Rusia dan Amerika Serikat, yang memikul tanggung jawab khusus untuk keamanan dan stabilitas global, dapat, terlepas dari perbedaan mereka.
"Benar-benar berkontribusi untuk menyelesaikan banyak masalah dan tantangan yang saat ini dihadapi dunia," kata pernyataan itu.
Rusia disebut telah ikut campur dalam pemilihan presiden 2016 untuk melemahkan kandidat Partai Demokrat Hillary Clinton.
Menurut pejabat intelijen Amerika, Rusia mencoba melakukan hal yang sama pada tahun 2020 untuk "merendahkan" Biden, laporan kantor berita Newsweek.com
Putin bersikap diam setelah Biden akan menjadi presiden AS terpilih dan mampu mengalahkan petahana, Donald Trump.
Hal ini menurut para kritikus Trump sebagai bukti bahwa Istana Kremlin ingin Trump memenangkan masa jabatan kedua.
Dan bahwa Moskow masih berusaha untuk merusak demokrasi Amerika dan menyebarkan keraguan di antara para pemilih, sesuai dengan strategi anti-demokrasi yang telah lama ada.
Selama berminggu-minggu, Istana Kremlin menunda pengakuan hasil pemilu AS 2020 yang memenangkan Biden.
Meskipun kampanye litigasi untuk menentang hasil pemilu dan teori konspirasi penipuan pemilu yang disebarluaskan oleh Gedung Putih, pejabat pemerintah, dan anggota parlemen Republik.