Kritik China Langsung Disikat, Tak Hanya Jack Ma, Orang Terkenal Ini Juga Hilang Karena Kritik Xi

ika benar Jack Ma sengaja dihilangkan oleh pemerintah China, berarti dirinya orang yang kesekian kalinya mendapatkan perlakuan ini

Instagram Alibaba Group
Jack Ma 

TRIBUNPEKANBARU.COM - Mengilangnya Jack Ma dari peredaran, menimbulkan banyak pertanyaan dari warga dunia.

Jika benar Jack Ma sengaja dihilangkan oleh pemerintah China, berarti dirinya orang yang kesekian kalinya mendapatkan perlakuan ini dari pemerintah Xi Jin Ping.

Co-founder Alibaba, Jack Ma, dikabarkan hilang secara tiba-tiba hilang.

Bahkan ada yang memprediksi Jack Ma telah dibunuh atau dipenjara oleh pemerintah China.

Sejak hari Minggu (3/1/2021) lalu, sosok yang gemar memberikan petuah kepada anak muda itu tidak terlihat lagi di depan umum.

Selanjutnya baru diketahui ia sudah absen selama lebih dari dua bulan.

November lalu ia sudah tidak hadir acara pencarian bakat TV yang ia dirikan, Africa's Business Heroes.

Akhirnya posisi Jack Ma di acara tersebut yang bertugas sebagai juri digantikan oleh Eksekutif Alibaba lainnya.

Lebih parah lagi, situs resmi Africa's Business menghapus foto Jack Ma.

Regulator China baru-baru ini membuka penyelidikan antitrust ke Alibaba, raksasa e-commerce Ma.

Ant Group, perusahaan jasa keuangan Ma, disebut telah memancing kemarahan bank-bank China yang menuduhnya mencuri bisnis dari mereka.

China memperkenalkan peraturan pada bulan November yang menghentikan penawaran umum perdana Ant Group.

Sejauh ini, Ant Group dan Alibaba tidak dapat dihubungi untuk dimintai komentar, Insider melaporkan.

Ma dikabarkan mengkritik regulator keuangan global pada konferensi di Shanghai pada akhir Oktober lalu.

Ia menyebut mereka sebagai "klub orang tua" yang tidak cocok untuk mengawasi inovasi teknologi China.

Duncan Clark, ketua perusahaan teknologi BDA China yang berbasis di Beijing, berspekulasi bahwa Ma bisa saja disuruh "bersembunyi" karena aturan baru tersebut, menurut Reuters.

Sementara Ma mungkin berusaha untuk tidak terlihat publik selama penyelidikan, ketidakhadirannya mengingatkan netizen pada pengusaha China lainnya yang juga menghilang setelah berdebat dengan regulator.

Ren Zhiqiang, seorang pensiunan konglomerat real estate, hilang dari pandangan publik pada Maret setelah ia menuduh Partai Komunis telah salah menangani pandemi virus corona, seperti dilaporkan dari The New York Times.

Beijing kemudian menghukum Ren (69) hingga 18 tahun penjara.

Ren Zhiqiang yang menghilang misterius setelah mengkritik Xi Jinping
Ren Zhiqiang yang menghilang misterius setelah mengkritik Xi Jinping (via Intisari)

Negara itu juga dilaporkan menangkap kritikus lain atas tanggapannya terhadap pandemi, termasuk Xu Zhangrun, seorang profesor hukum, dan Zhang Xuezhong, seorang pengacara hak asasi manusia.

Xiao Jianhua, seorang manajer aset, bahkan diculik dari sebuah hotel di Hong Kong pada Januari 2017, lapor Reuters.

Xiao menghilang dalam tahanan Tiongkok.

China kemudian menyita sebagian dari perusahaannya, Tomorrow Group, The Times melaporkan pada bulan Juli.

Regulator menuduh Xiao dan taipan lainnya mengambil calon investor dari pasar saham China, kata The Guardian.

Meng Hongwei, mantan kepala Interpol, juga menghilang pada September 2018 dalam perjalanan ke China dari Prancis, BBC melaporkan.

Januari lalu, China menghukumnya 13,5 tahun penjara atas tuduhan penyuapan.

Istri Meng, yang pertama kali melaporkan suaminya hilang, mengatakan kepada The Guardian pada 2018, dia yakin suaminya tidak bersalah dan penahanannya bermotif politik.

"Ini bukan keadilan," katanya.

"Saya pikir kampanye anti-korupsi di China telah dirusak. Ini telah menjadi cara menyerang orang-orang yang menjadi musuh Anda."

Untuk kasus Ren Zhiqiang sendiri, sosok tersebut hilang setelah menyebut Xi Jinping sebagai badut.

Dalam sebuah esai buatan Ren Zhiqiang, ia tidak menyebut nama Xi Jinping, dan katakan setelah mempelajari pidato tersebut ia "melihat bukan kaisar berdiri memamerkan 'baju barunya', tetapi seorang badut terlucuti sampai telanjang yang bersikeras dalam melanjutkan menjadi kaisar," menurut versi yang diposting oleh China Digital Times.

Ia juga sebutkan pidato itu beberkan "krisis pemerintahan" dalam partai, dan kurangnya kebebasan media dan pers.

Pidato tersebut juga disebutnya mencegah wabah tersebut tertangani lebih cepat dan hanya memperburuk situasi.

Sumber Intisari

Sumber: Grid.ID
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved