Demi Rupiah, Pria Asal Aceh Ini Rela Jadi Manusia Perak di Pekanbaru, Begini Kisahnya
Seorang pria bernama Paing rela melumuri tubuhnya dengan cat berwarna perak untuk menjadi manusia perak demi meraih Rupiah dari para dermawan
Penulis: Fernando | Editor: Nolpitos Hendri
TRIBUNPEKANBARU.COM, PEKANBARU - Seorang pria bernama Paing rela melumuri tubuhnya dengan cat berwarna perak untuk menjadi manusia perak demi meraih Rupiah dari para dermawan.
Menjadi manusia perak bagi Paing tidaklah mudah, ia harus melumuri badannya dengan cat dan kemudian membersihkannya dan waktu untuk membersihkan cat itu butuh dua jam.
Demi Rupiah apapun dilakukan Paing, asalkan apa yang dilakukannya adalah pekerjaan halal dan tidak meresahkan orang lain namun menghibur, dan dengan terhibur orang mengulurkan tangannya memberikan Rupiah .
Pagi itu, Paing duduk di antara patung kuda Jalan Tuanku Tambusai, Kota Pekanbaru.
Ia memoles bagian demi bagian tubuhnya dengan cat berwarna perak.
Pria itu melumuri sekujur tubuhnya dengan cat hingga menjadi seorang manusia perak.
Ia bertelanjang dada hanya mengenakan celana pendek.
Ada juga kalung melingkari lehernya dan sejumlah pernak-pernik terpasang di lengan tangannya.
Paing lantas pelan-pelan melangkah ke persimpangan lampu lalu lintas depan Living World Pekanbaru.
Pria 32 tahun itu lantas mulai beraksi.
Ia bergerak layaknya robot dengan gestur tubuh yang kaku
Langkahnya yang pelan beriringan dengan suara deru mesin kendaraan yang melintas di persimpangan lampu lalu lintas.
Ia menyapa satu persatu pengendara sembari salam hormat.
Paing berharap ada yang memberinya sedikit Rupiah atas kreatifitasnya tersebut.
Keberadaannya di persimpangan lampu lalu lintas bersamaan dengan para pengemis dan anak jalanan.
Namun dirinya tidak memaksa pengendara mobil atau sepeda motor untuk memberi sedikit Rupiah.
Ada saja pengendara dengan sukarela memberi Paing uang pecahan Rp 2.000 hingga Rp 5.000.
Pria asal Aceh ini mengaku baru tiga bulan menggeluti profesi sebagai manusia perak di Kota Pekanbaru.
Kondisi ekonomi memaksa ia harus putar otak hingga merelakan tubuhnya berlumur cat perak selama berjam-jam.
"Awak baru tiga bulanan ini lah di tempat ini," ujarnya saat berbincang dengan Tribun, Jumat (12/3)
Dirinya terpaksa menjadi manusia perak sebagai ekspresi seni.
Ia sekaligus mencari penghasilan demi sesuap nasi dengan menjadi manusia perak.
Kisah perantauan bagi Paing jauh berbeda dengan ia bayangkan.
Ia memilih menjadi manusia perak karena lebih mudah mendapatkan uang.
Pendapatannya setiap hari sebagai manusia perak tidak menentu.
Ia mengaku satu hari bisa mengantongi uang Rp 100.000 dari menjadi manusia perak hingga malam.
Paing mengatakan bahwa dirinya butuh waktu 15 menit untuk memoles cat perak di sekujur tubuhnya.
Ia menjadi manusia perak tergantung cuaca.
Dirinya juga harus kucing-kucingan dengan personel satpol pp bersama dinas sosial.
"Kita nengok itu juga, kalau ada kita ngga keluar. Was-was juga," paparnya.
Pria tersebut menjadi manusia perak di sekitar persimpangan lampu lalu lintas Living World dan Mal SKA.
Ia mengaku banyak dari pengendara cukup menghargai keberadaannya.
Ada juga sejumlah pemgendara mengajak Paing berbincang seputar dirinya sebagai manusia perak.
Ia tampil sebagai manusia perak selama tiga jam.
Saat lelah, Paing pun rehat sejenak.
Ia mengaku mampu menjadi manusia perak selama delapan jam.
Setiap harinya pria yang tinggal di sekitar kawasan Patung Kuda ini bersama beberapa rekannya tampil menjadi manusia perak.
Ia awalnya tertarik setelah melihat rekannya menjadi manusia perak.
Paing sendiri sebelumnya sempat menjadi pengamen di jalanan. Ia menyebut satu hari cuma bermodal Rp 12.000 untuk membeli cat.
"Seminggu cat tiga sampai empat hari, biasanya empat hari.
Terkadang ngaman juga awak," jelas pria yang sempat menjadi nelayan di Aceh.
Banyak dari rekannya sebagai manusia perak hanya untuk mencari uang demi kelangsungan hidup esok hari.
Menjadi manusia perak bukan tanpa kendala.
Paing mengaku setiap hari kesulitan membersihkan cat perak dari tubuhnya.
Dirinya terkadang harus menahan rasa sakit ketika hendak membersihkan noda cat dari kulitnya.
Apalagi saat matahari terik cat bisa masuk ke pori-pori kulitnya.
"Mau beberapa jam, kita kasih minyak dulu kan, habis itu mandi sabun. Bersihkannya dua jam lah," tuturnya.
Dirinya sebagai manusia perak berharap mereka dianggap sebagai seniman.
Mereka meminta pemerintah bisa menyediakan tempat khusus untuk berkreasi sebagai manusia perak.
Paing mengaku tidak selamanyanya bakal menjadi manusia perak.
Ia mengaku bakal cari pekerjaan lain yang sesuai dengan dirinya.
"Kalau mau kerja juga ngga milih-milih nanti, cocok ngga ada beban di hati ya kerja kita," tutupnya.
Artikel berjudul " Demi Rupiah, Pria Asal Aceh Ini Rela Jadi Manusia Perak di Pekanbaru, Begini Kisahnya " ini ditulis wartawan Tribunpekanbaru.com / Fernando Sikumbang .
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/pekanbaru/foto/bank/originals/demi-rupiah-pria-asal-aceh-ini-rela-jadi-manusia-perak-di-pekanbaru-begini-kisahnya.jpg)