Waw, Amerika Serikat & China bisa 'Perang' Kecerdasan Buatan atau AI di Masa Depan, Ini yang Terjadi
Waw, Amerika Serikat dan China bisa 'perang" kecerdasan buatana atau (Artificial Intelligence/AI) di masa depan. Begini skenarionya
TRIBUNPEKANBARU.COM- Amerika Serikat dan China bisa 'perang' kecerdaasan buatan atau (Artificial Intelligence/AI) di masa depan.
Hal ini tidak terlepas dari persaingan kedua negara dari berbagai bidang termasuk teknologi.
Nah, baru-baru ini negara Joe Biden direncanakan akan menggelontor uang dalam jumalh yang sangat fantastis untuk mendukung kemajuan teknologi mereka.
Sekaligus AS akan berupaya menandingin teknologi China. Salah satu target yang mereka kembangkan yakni, kecerdasan buatan.
Jika memang keduanya negara ini saling menonjolkan kecerdasan buatan, bagaimana perang yang akan terjadi kedua negara ini.
Ketegangan antara Amerika Serikat dan China masih terus berlanjut. Keduanya kerap melakukan berbagai manuver kebijakan bisnis hingga ekonomi untuk saling menjegal satu sama lain.
Kali ini, pemerintah AS dilaporkan tengah menyiapkan sebuah rancangan undang-undang yang dapat mengalokasikan dana dengan nilai bombastis, untuk menghadapi persaingan di bidang teknologi dengan China.
Pemimpin Senat Mayoritas AS Chuck Schumer, mengatakan pihaknya tengah mempercepat pengesahan Rancangan Undang-Undang (RUU) bernama Endless Frontier Act.
Jika disahkan nantinya, Undang-Undang Endless Frontier Act akan memberikan kucuran dana senilai 100 miliar dollar AS (sekitar Rp 1.444,3 triliun) untuk mendanai penelitian di berbagai bidang teknologi mutakhir selama kurun waktu lima tahun.
RUU ini menargetkan sepuluh bidang teknologi termasuk kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) dan machine learning, komputasi kuantum dan sistem informasi, serta teknologi energi yang lebih canggih.
Petinggi Senat dari Partai Demokrat mengatakan bahwa ia telah mengarahkan komite untuk mulai menyusun paket legislatif yang akan membuka kucuran investasi AS di sejumlah industri utama, termasuk teknologi.
Kucuran dana ini menjadi penting bagi AS di tengah persaingan dengan China.
Hal ini dikarenakan, menurut L. Rafael Reif, Presiden Massachusetts Institute of Technology (MIT), penelitian ilmiah di AS saat ini belum bisa "memenuhi" tuntutan persaingan dengan China.
Salah satu alasannya karena belum didanai secara memadai. Dengan adanya RUU Endless Frontier Act, penelitian ilmiah di AS disebut akan dapat semakin bersaing.
Kelangkaan chipset