Napak Tilas Sultan Syarif Kasim II, Raja Kerajaan Siak di Riau, Pemuda Pekanbaru Gowes ke Sabang
Napak Tilas Sultan Syarif Kasim II yang merupakan Raja Kerajaan Siak di Riau , seorang Pemuda Pekanbaru Gowes menuju titik nol kilometer Sabang
Penulis: Fernando | Editor: Nolpitos Hendri
TRIBUNPEKANBARU.COM, PEKANBARU - Napak Tilas Sultan Syarif Kasim II yang merupakan Raja Kerajaan Siak di Riau , seorang Pemuda Pekanbaru Gowes menuju titik nol kilometer Sabang .
Napak Tilas Sultan Syarif Kasim II ini dilakukan Pemuda Pekanbaru ini untuk mengenang sosok Sultan Syarif Kasim II yang sudah menggoreskan tinta emas dalam perjuangan Kemerdekaan Indonesia .
Napak Tilas Sultan Syarif Kasim II ini sekaligus mengenai Raja Kerajaan Siak di Riau itu yang kini masuk dalam jajaran Pahlawan Nasional dari Riau .
Sosok raja anti penjajah di masa kolonial ini menginspirasi Tengku Habibie melakukan Napak Tilas terhadap jejak perjuangan Sultan Syarif Kasim II.
Perjalanan dengan mengendarai sepeda diberinya nama Goes to Sabang .
Ada rencana Napak Tilas jejak pahlawan ini bermula pada 4 April 2021 nanti.
Habibie bakal memulai perjalanan dari Kota Pekanbaru menuju titik nol kilometer di Sabang.
Total ada 12 daerah jadi titik persinggahan Habibie.
Daerah itu yakni mulai dari Duri, Bagan Batu, Kota Pinang, Tebing Tinggi, Medan, Tanjung Pura, Kuala Simpang, Langsa, Lhokseumawe, Sigli, Banda Aceh dan berakhir di titik nol kilometer di Sabang.
Pria 41 tahun ini mengaku perjalanan dengan sepeda ke ujung pulau paling Barat di nusantara ini sebagai kecintaan pada tanah air.
Apalagi titik nol kilometer Sabang sebagai satu tanda wilayah Indonesia.
"Sejak SD kita dengan semangat menyanyikan lagu Dari sabang sampai Merauke.
Maka saya bakal memulai petualangan dengan bersepeda menuju Sabang," ujarnya saat berbincang dengan Tribun Pekanbaru, Rabu (31/3/2021).
Pilihannya gowes menuju Sabang bukan tanpa alasan.
Ia mengatakan bahwa pulau paling utara di Pulau Sumatera itu menyimpan penggalan kisah sejarah Sultan Syarif kasim II.
"Hari-hari almarhum selama dua tahun lebih tinggal di Aceh, tapi tidak begitu diekspos dalam sejarah," paparnya.
Pria 41 tahun memilih melakukan Napak Tilas dengan sepeda karena ini kampanye manfaat sepeda.
Ia aktif sebagai penggerak komunitas pekerja bersepeda di Riau .
Dirinya menilai bersepeda adalah cara berkendara dengan praktis dan ekonomis.
Ia juga merasakan manfaat dari bersepeda yakni sehat, hemat dan ramah lingkungan.
"Bersepeda itu hemat karena tidak memerlukan biaya bensin atau biaya lainnya.
Bersepeda juga jadi solusi bagi yang tidak punya waktu berolahraga," paparnya.
Habibie mengatakan bahwa Napak Tilas dengan bersepeda adalah cara berbeda menelusuri rekam jejak sejarah.
Ada tantangan tersendiri nantinya selama menempuh perjalanan ke titik nol kilometer Indonesia.
Baginya keinginan menyusuri jejak Sultan Syarif Kasim II terinspirasi dari sebuah buku yang ditulis sejarawan Riau, OK Nizami Djamil.
Ia menyebut bahwa sejawan itu dalam bukunya "Tahta Untuk Negeriku Indonesia', menuliskan kisah perjuangan Sultan Syarif Kasim II dalam merebut kemerdekaan
Sosok Sultan Syarif Kasim II juga sseorang sultan yang republikan tanpa syarat.
Sang raja dengan sepenuh hati saat Kerajaan Siak bergabung ke Republik Indonesia.
Sultan juga menyerahkan seluruh kas kerajaan waktu itu senilai 13 juta Gulden untuk mendukung negara Indesia.
Lalu simpanan emas kerajaan untuk perjuangan tentara masa itu yang diterima langsung oleh Gubernur Militer wilayah Sumatera masa itu, Teuku Mhd Hasan.
"Sultan tidak pernah meminta keistimewaan, Sultan Syarif Kasim II tidak menuntut jabatan apapun," jelas pria kelahiran Duri, Kabupaten Bengkalis.
Wilayah Riau saat ini dulunya merupakan bekas wilayah Kerajaan Siak di Riau .
Kawasan ini juga kaya hasil alam, hasil pertanian, hasil perkebunan dan hasil laut yang sepenuhnya kini menjadi milik Indonesia.
Sultan juga sempat bergerilya di kawasan Pesisir Timur setelah tidak lagi menjadi Raja Kerajaan Siak di Riau .
Ia bergabung dengan pasukan Tentara Keamanan Rakyat atau TKR yang menjadi satu cikal bakal TNI untuk mempertahankan Pesisir Timur Sumatera.
Sejarah ini juga jadi alasan bagi Habibie menempuh rute bersepeda di kawasan Lintas Timur Sumater.
Ada beberapa tempat yang pernah menyimpan sejarah perjuangan Sultan Syarif Kasim II.
Pria yang sehari-hari bekerja sebagai Staf Humas dan Marketing di Universitas Abdurrab Pekanbaru memulai kisah sejarah dari Bagan Siapi-api yang merupakan kota pelabuhan tempat sultan menaiki kapal milik Tionghoa Bagan yang hendak menuju Tanjung Balai Asahan.
Lalu dari Tanjung Balai Asahan Sultan Syarif Kasim II menyusuri Hutan Sumatera yang lebat pada masa itu untuk menuju Pematang Siantar.
Pematang Siantar waktu itu merupakan tempat kediaman Gubernur Militer Sumatera, Teuku Mhd hasan.
Sultan juga aktif di Perbaungan dan Medan untuk melobi Sultan Serdang dan Sultan Deli agar bergabung dengan NKRI.
Sultan kemudian pernah tinggal di Sigli dan aktif bersiaran radio RRI dari hutan di Sigli untuk menghimbau rakyat tetap percaya dengan Republik Indonesia ketika Belanda melancarkan agresi militer.
Sultan tinggal selama hampir dua tahun di Banda Aceh setelah diselamatkan oleh Divisi Rencong dari upaya penculikan milisi liar yang mengetahui keberadaan sultan.
Apalagi saat itu sultan membawa banyak emas dan permata untuk keperluan perjuangan.
Habibie mengaku petualangan bersepeda bakal berlanjut ke belahan Indonesia lainnya.
Namun saat ini ia memilih Aceh sebagai tujuan petualangannya.
"Kalau masih sehat, bugar dan ada waktu, impian ingin menjelajahi Indonesia dengan sepeda," harapnya.
Pria kelahiran 16 Maret 1980 ini punya harapan bahwa momen Napak Tilas ini jadi satu pencapaian sebagai anak negeri Riau.
Ia menyebut bahwa Pemuda Melayu yang tidak kalah tangguh dan siap melakukan petualangan keliling nusantara suatu waktu.
"Maka saya akan memulainya dengan perjalanan ke sabang menuju titik nol kilometer," ulasnya.
Habibie tidak hanya melakukan Napak Tilas sejarah Sultan Syarif Kasim II. Ia juga aktif mengkampanyekan bersepeda sebagai tranportasi solutif di tengah keadaan pandemi covid-19 ini.
Dirinya berharap pemerintah bisa memberikan perhatian dan dukungan kepada para pesepeda.
Ia berharap perencanaan pembangunan nantinya ramah dengan membuat fasilitas parkir sepeda di gedung pemerintahan.
Tinjauan Kerajaan Siak dari Nilai Sosial Budaya
Ketua Pembina Adat Sumsel, Albar Sentosa Subari menyampaikan, pada zaman Sultan Sultan di kerajaan Siak dari tahun 1723 sampai Sultan terakhir Sultan Syarif Kasyim Sani atau Sultan Syarif Kasyim II , nilai budaya telah banyak dilakukan dengan cara mengirim orang orang besarnya dan cendikiawan ke berbagai negeri termasuk anak anak muda yang berprestasi.
Sebelum kita masuk ke adat budaya nya kita akan mengulas tentang Kerajaan Siak.
Kerajaan Siak adalah kerajaan islam yang adat istiadat nya mengikuti sunnah Rasulullah SAW.
Pepatah orang Melayu Adat bersandi syara', syara' bersandikan Kitabullah.
Adat istiadat di Kerajaan Siak berlaku adat istiadat Raja-Raja dan adat istiadat Datuk, Penghulu dan Hinduknya.
Adat perkawinan di kalangan bangsawan dan Raja ada perbedaan, termasuk pada pakaian warna pada tabir pelaminan.
Orang biasa tidak dibenarkan memakai tabir kuning penuh. Kuning adalah Raja.
Demikian pula tingkat pelaminan atau dokoh serta perhiasan yang dipakai oleh pengantin antara lain seperti untuk Sultan dan Raja gerai bertingkat 9 , anak Raja atau kaum bangsawan geras bertingkat 7,anak Datuk dan Datuk gerai bertingkat 5.
Demikian semua diatur dalam adat istiadat di kerajaan Siak.
Bagi Kepala Suku dan Induk juga mempunyai adat istiadat yang disesuaikan dengan adat istiadat yang berlakudi Kerajaan.
Kesenian banyak macamnya asal usul bersumber dari kesenian rakyat yang hidup di kalangan rakyat, kemudian kesenian ini dibenahi okeh istana dan diatur menurut aturan istana.
Syair dan Gurindam serta pantun adalah gambaran kehidupan orang Melayu di kerajaan Siak, merupakan sindiran, nasihat dan petunjuk untuk anak cucu dan berguna bagi masyarakat, serta menjadi anak yang tahu sopan santun terhadap orang tua dan saudara nya, apalagi kepada Sultan dan pimpinan nya.
Tari oleng dan tari serunting melayang adalah tari orang Petalangan yang sering dipersembahkan kepada Sultan dan tamu tamu yang datang ke negeri Siak (Kalau kita di Sumatra Selatan adalah Tari Gending Sriwijaya : sayang penggunaan sering salah tempat tidak seharusnya jaman Sriwijaya dan kesultanan. Banyak jenis tari ( tari joget, bertandak, mak inang dan lenggang melayu).
Tari Zaipin sangat populer karena tarian ini adalah tarian terkait dengan unsur agama, karena tari ini masuk pada waktu agama islam di negeri Siak Sri Indrapura.
Pertama tari ini dikenal orang orang pantai dan pulau.
Mereka menari bersuka ria setelah berhasil mengimbau orang orang yang belum beragama islam.
Gerakannya sopan dan lirik liriknya bernafaskan islam.
Kesenian Siak yang sangat terkenal ialah kesenian menenun kain yang disebut tenunan kain Tenunan Siak.
Yang diperkirakan sejak 1747 saat persahabatan antara kerajaan Siak dengan kerajaan Terengganu.
Demikiansekilas mengungkap adat istiadat di kerajaan Melayu Siak.
Seperti hal-hal serupa juga kita dapatkan di daerah ulu dan ilir di masyarakat adat Sumsel.
Namun sayang sudah mulai kurang diminati terutama anak muda.
Bila acara pernikahan bukan kesenian asli yang ditampilkan tetapi kesenian semisal orgen tunggal dangdutan yang maaf terkadang jauh dari budaya asli kita baik cara pakaian, bahkan pimpinan dusun terkadang ikut berjoget ria.
Ini tugas dari pembina adat di kabupaten kota untuk berusaha kembali mengangkat adat istiadat asli.
Guna melestarikan hal hal di kmatas mungkin perlu aturan baik tingkat propinsi sampai ke desa desa melalui keputusan desa.
Berita terkait Kerajaan Siak di Riau lainnya
Baca juga berita berjudul " Napak Tilas Sultan Syarif Kasim II, Raja Kerajaan Siak di Riau, Pemuda Pekanbaru Gowes ke Sabang " ini di Babe dan Google News.
Artikel tentang " Napak Tilas Sultan Syarif Kasim II, Raja Kerajaan Siak di Riau, Pemuda Pekanbaru Gowes ke Sabang " ditulis wartawan Tribunpekanbaru.com / Fernando Sikumbang .
