Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

Ingin Keluar dari Demokrat, Tuan Guru Bajang Telpon SBY Berulang Kali, Tapi Tidak Direspon

baru terungkap, bahwa keinginan Tuan Guru Bajang menghubungi SBY itu untuk menyampaikan niatnya mundur dari Partai Demokrat

Editor: Muhammad Ridho
TRIBUNNEWS/DANY PERMANA
Tuan Guru Bajang saat berbincang dengan awak Tribunnews.com di kantor Tribun Network, Palmerah, Jakarta, Kamis (12/7/2018). 

TRIBUNPEKANBARU.COM - Tuan Guru Bajang mengaku sangat kecewa ketika ia berulang kali menghubungi Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) tapi tidak direspon.

Ungkapan kekecewaan Tuan Guru Bajang yang juga mantan Gubernur NTB (Nusa Tenggara Barat) itu disampaikan kepada media beberapa waktu lalu.

Tuan Guru Bajang berusaha menghubungi SBY terkait keberadaan Partai Demokrat.

Saat itu TGB hendak menyampaikan pendapatnya tentang eksistensi partai berlambang mercy tersebut.

TGB mengunkapkan bahwa ia sudah beberapa kali mencoba menghubungi Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

Akan tetapi karena SBY sibuk, sehingga Tuan Guru Bajang mengurungkan niatnya untuk bertemu dan menghubungi ulang SBY.

"Karena beliu banyak kesibukan yang lain sehingga sampai sekarang belum diberi waktu atau belum ada kesempatan," ujar TGB.

Belakangan baru terungkap, bahwa keinginan Tuan Guru Bajang menghubungi SBY itu untuk menyampaikan niatnya mundur dari Partai Demokrat.

Tuan Guru Bajang mundur dari partai tersebut karena berbeda pandangan dalam hal pemilihan presiden dan wakil presiden.

Saat itu, Tuan Guru Bajang yang merupakan salah satu anggota di Majelis Tinggi Partai Demokrat, menyatakan keinginan memenangkan Joko Widodo namun direspon dengan hal berbeda. 

Terhadap hal itu,  Ketua DPP Partai Demokrat, Jansen Sitindaon mengatakan, Partai Demokrat menghargai sikap Tuan Guru Bajang yang ingin mundur dari Partai Demokrat.

"Pilihan politik individu kan tentu tidak bisa kita batasi. Tapi kalau kader tentu wajib ikut apa keputusan partai. Yang pasti keadaan saat ini, di internal belum ada pembicaraan sanksi untuk beliau," ungkap Jansen kepada tribunnews.com.

"Ibarat pertandingan bola, apa yang dilakukan TGB inikan lebih pada "off side". Karena kecepatan larinya terlalu kencang, dia jadi berlari mendahului bola tiba digawang. Itu saja persoalannya," kata Jansen.

Majelis Tinggi Partai dimana TGB juga termasuk anggotanya, ia menegaskan kembali belum memutuskan sikap resmi Partai terkait Pilpres, namun sudah buat sikap sendiri.

"Off side. dalam bola itu kan bukan jenis pelanggaran yang berbuah kartu kuning apalagi kartu merah kan. Paling teguran ringan dari wasit aja. Di politik biasalah itu terjadi offside-offside dikit," katanya diplomatis.

Sebelumnya, ditemui di Kantor ICMI, Jakarta Pusat,Tuan Guru Bajang (TGB) mengaku telah mundur dari Partai Demokrat (PD).

Hal itu disampaikan TGB untuk menyikapi sikapnya yang secara terbuka mendukung Presiden Joko Widodo maju kembali untuk periode kedua pada Pilpres 2019‎ lalu

"Saya tetap pada posisi saya, keputusan saya untuk mendukung Bapak Jokowi. Kalo ada resiko atas pilihan itu ya saya akan hadapi," ujar TGB, di Kantor ICMI, Jakarta Pusat, Rabu (11/7/2018).

TGB sendiri mengganggap sikapnya untuk mendukung Jokowi tidak melaranggar aturan dalam menyuarakan aspirasi. "Apalagi aspirasi itu saya awali dengan aspirasi saya pribadi," ujar TGB.

TGB mengutarakan dirinya sudah beberapa kali mencoba menghubungi Ketua Umum PD Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) namun karna sibuk, keduanya urung bertemu. "Karena beliu banyak kesibukan yang lain sehingga sampai sekarang belum diberi waktu atau belum ada kesempatan," ujar TGB.

Meski saat Pilpres 2019 itu, dirinya bekerja all out, bekerja siang malam untuk memenangkan Jokowi dan Maruf Amin menjadi Presiden dan Wakil Presiden, namun ia tidak mendapatkan apa pun dari keringatnya tersebut.

Jangankan masuk dalam jajaran Kabinet Indonesia Maju, untuk berada di lingkaran terdekat Presiden Jokowi saja, tak ada nama untuk Tuan Guru Bajang.

Meski demikian, Tuan Guru Bajang mengaku tidak merasa kecewa. Baginya, apa yang dilakukannya semasa pemilihan presiden itu, bukan untuk mendapatkan imbalan atau hal sepadan lainnya.   

Terpaksa Mundur dari Demokrat

Tuan Guru Bajang (TGB) menyatakan dirinya telah resmi mengundurkan diri dari kepengurusan Partai Demokrat (PD).

Surat pengunduran diri telah disampaikan langsung dan diterima oleh Amir Syamsuddin, Ketua Dewan Kehormatan PD.

Saat dikonfirmasi tribun, Tuan Guru Bajang berharap semua pihak menerima keputusannya tersebut.

"Tidak ada teguran sama sekali kepada saya. Dan surat pengunduran diri itu sudah saya sampaikan beberapa hari lalu," ungkap TGB.

"Adanya perbedaan pendapat adalah hal biasa," tambahnya.

Apakah saat ini bisa kembali lagi ke Partai Demokrat, lantaran partai itu telah dipimpin sosok milenial, Tuan Guru Bajang tidak menjawabnya.  

Ia menegaskan, belum ada rencana untuk hijrah ke partai politik lain.

Muhammad Zainul Majdi atau Tuan Guru Bajang (TGB) dan istri saat bersama Susilo Bambang Yudhoyono.
Muhammad Zainul Majdi atau Tuan Guru Bajang (TGB) dan istri saat bersama Susilo Bambang Yudhoyono. (KOMPAS.com/Istimewa/Instagram TGB)

Dukung Jokowi Tanpa Pamrih

Gubernur Nusa Tenggara Barat Tuan Guru Bajang (TGB) M Zainul Majdi menyatakan akan tetap mendukung Jokowi-Kiai Maruf Amin untuk bisa melanjutkan ke periode kedua tahun 2019-2024.

"Saya keberja all out agar Jokowi-Ma`ruf dapat langgeng meraih kemenangan pada Pilpres 2019 lalu," kata TGB.

TGB memastikan, pembangunan yang dilakukan Jokowi harus terus berlanjut sehingga hasilnya dapat maksimal.

"Saat bencana gempa contohnya, bantuan dari pusat sangat cepat dan kuat membantu kami di NTB untuk segera recovery. Oleh karena itu kami berterima kasih sekali," tambah TGB.

Pengamat komunikasi i politik Universitas Paramadina, Hendri Satrio mengatakan bahwa dukungan dari TGB adalah bentuk konsistensi yang wajar.

"TGB ini kan tokoh muda yang lengkap, beliau ulama sekaligus juga pemimpin, maka wajar dan sangat baik bila dirinya konsisten dengan apa yang pernah dia sampaikan di awal," kata dia.

Hendri menambahkan dukungan dari TGB akan menambal kekurangan pasangan Jokowi-Kiai Maruf.

"Pemimpin muda seperti TGB akan menambah suara Islam dan milenial. TGB sendiri cukup mengimbangi suara yang akan diperoleh oposisi dari Sandi dan AHY," tambah Hendri.

Artikel ini telah tayang di pos-kupang

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved