Aksi Miss Papua Nugini Langsung Diserbu Netizen, Ternyata Gara-gara Video Goyangan tak Senonoh Ini
Aksi Miss Papua Nugini langsung diserbu netizen, ternyata gara-gara video goyangan tak senonoh ini. Ia langsung mendapat ganjarannya
TRIBUNPEKANBARU.COM- Aksi Miss Papua Nugini langsung diserbu netizen, ternyata gara-gara video goyangan tak senonoh ini
Unggah video Twerking yang dinilai tidak senonoh, Miss Papua Nugini ini terima resikonya.
Video yang memperlihatkan ia melakukan gerakan tersebut langsung disebut netizen.
Mereka mengkritik sampai menghujat perempuan yang bernama Lucy Maino tersebut. Tak tanggung-tanggung, pengaruhnya begitu luar biasa.
Selain mahkotanya dicabut, pekerjan Lucy Maino lainnya yang dipercayakan kepadanya bisa saja dibebaskan.
Begini ceritanya
Berawal dari postingan videonya di media sosial. Dalam video tersebut ia memperlihatkan sebuah gerakan tari yang dinilai vulgar.
Bahkan untuk sosoknya yang telah mendapat kepercayaan banyak orang, rasanya tidak pantas melakukan goyangan tersebut.
Lantas apa yang terjadi. Mengapa tiba-tiba
Miss Papua Niugini (PNG) Lucy Maino, telah dicopot dari mahkotanya setelah videonya menari goyang bokong (twerking) dibagikan di TikTok.
Para pengamat mengatakan bahwa insiden tersebut mengungkapkan budaya misogini yang mengakar di negara itu.
Lucy Maino, yang juga menjabat sebagai wakil kapten tim sepak bola wanita Papua Niugini, menghadapi pelecehan online yang luar biasa setelah dia membagikan video dirinya twerking di aplikasi berbagi video TikTok.
Video twerking sebenarnya umum di unggah di aplikasi TikTok. Tapi video Maino yang sekarang dihapus, disorot netizen PNG yang menilai tidak pantas bagi "panutan" untuk membagikan video dirinya menari dengan cara itu.
Video tersebut diunduh dari akun pribadinya dan dibagikan di platform media sosial dan YouTube, di mana ribuan orang menumpuk melontarkan kritik pada wanita 25 tahun ini.
Setelah video dan reaksi buruk itu, Maino "dibebas tugaskan” oleh panitia Miss Pacific Islands Pageant PNG (MPIP PNG) minggu ini.
“Tujuan inti kami adalah pemberdayaan perempuan. Kami adalah platform kontes unik yang mempromosikan warisan budaya, nilai-nilai tradisional, dan berbagi melalui pariwisata tentang negara dan masyarakat kami,” kata panitia dalam sebuah pernyataan melansir Guardian pada Rabu (7/4/2021).
“MPIP PNG mempromosikan nilai-nilai kepercayaan, harga diri, integritas, dan layanan masyarakat dengan fokus paralel pada pendidikan.”
Allan Bird, gubernur East Sepik dan salah satu ketua Koalisi Parlemen Menentang Kekerasan Berbasis Jender, mengecam pelecehan online terhadap Maino.
“Masyarakat macam apa yang mengutuk penyiksaan dan pembunuhan perempuan tapi marah ketika seorang wanita muda membuat video dansa?" tulisnya di media sosial.
Seorang mantan Miss PNG, yang tidak ingin disebutkan namanya, mengatakan insiden itu menunjukkan misogini yang mengakar di negara itu.
“Saya yakin, jika seorang tokoh laki-laki membuat (video) TikTok, kami semua akan tertawa atau bahkan memujinya,” katanya.
Maino menerima beasiswa sepak bola yang memungkinkannya menyelesaikan gelar dalam administrasi bisnis di Universitas Hawaii.
Dia mewakili Papua Niugini sebagai wakil kapten tim nasional 2019, memenangkan dua medali emas di Pacific Games 2019 di Apia, Samoa.
Dia kemudian dinobatkan sebagai Miss Papua Niugini pada 2019. Peran ini melibatkannya bertindak sebagai duta budaya untuk negara dan advokat untuk wanita.
Dia terus menjalankan perannya selama satu tahun tambahan karena pandemi Covid-19.
Banyak orang mengkritik komite Miss PNG karena tidak mendukung Maino setelah dia diserang karena video tersebut.
Seorang advokat wanita, yang tidak ingin disebutkan namanya karena takut menjadi sasaran orang-orang yang melecehkan Maino secara online, berkata: "Komite seharusnya dapat menanganinya dengan lebih baik dengan terlebih dahulu menguraikan klausul yang dia langgar sebagai ratu yang sedang berkuasa.”
Menurutnya, penyelenggara kontes tersebut secara sepihak menyalahkannya dan tidak memberinya kesempatan untuk keluar dan berbicara. Itu bukan cara yang baik untuk menyelesaikan masalah.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Papua Niugini mengungkapkan ketidakpuasan mereka melalui pernyataan di Facebook.
“Kami melihat kehancuran akibat kekerasan terhadap perempuan dan anak-anak di negara yang indah ini. Beberapa telah kehilangan nyawa mereka karena penindasan … Ini dimulai dengan memberitahu wanita bahwa mereka harus menutup diri. Di mulai dengan memberitahu wanita, mereka tidak boleh menari seperti itu. "
The Guardian mendekati Maino dan komite MPIP PNG untuk memberikan komentar tetapi mereka tidak menanggapi pada saat publikasi.
Demikian informasi terkiat dengan miss Papua Nugini. (*)
Sumber Kompas.com