Benny Wenda Minta PBB dan Inggris Campur Tangan Soal KKB Papua dan Papua Barat: Anda Punya Kekuatan

Ketua ULMWP Benny Wenda yang menyatakan diri Presiden Sementara Papua Barat meminta PBB dan Pemerintah Inggris untuk campur tangan

Penulis: pitos punjadi | Editor: Nolpitos Hendri
RNZI/Korol Hawkins
Benny Wenda Minta PBB dan Inggris Campur Tangan Soal KKB Papua dan Papua Barat: Anda Punya Kekuatan 

TRIBUNPEKANBARU.COM, PEKANBARU - Ketua ULMWP Benny Wenda yang menyatakan diri Presiden Sementara Papua Barat meminta PBB dan Pemerintah Inggris untuk campur tangan dalam urusan KKB Papua dan Papua Barat .

Permintaan kepada PBB dan Inggris tersebut sejalan dengan peringatan keras yang dikeluarkan Ketua ULMWP Benny Wenda tentang Operasi Militer besar-besaran segera terjadi di Papua Barat dan soal KKB Papua .

Selain itu, Ketua ULMWP Benny Wenda juga menyinggung tentang internet yang diputus di Papua Barat dan menuding Indonesia menyembunyikan pembunuhan dan pembataian atas pemutusan internet tersebut.

Ketua ULMWP Benny Wenda juga menyebut tentang warga Papua Barat yang melarikan diri dari desa mereka dan pengerahan pasukan setan ke Nduga.

Berikut pernyataan lengkap Benny Wenda yang dikirim ke Tribunpekanbaru.com dan dimuat di situs UMLWP :

Saya mengeluarkan peringatan keras ini kepada dunia: operasi militer besar-besaran Indonesia, beberapa yang terbesar dalam beberapa tahun, akan segera terjadi di Papua Barat.

Internet terputus, ratusan tentara lagi dikerahkan, dan kami menerima laporan bahwa warga sipil Papua Barat melarikan diri dari desa mereka di Kabupaten Intan Jaya, Puncak Jaya, dan Nduga.

Presiden Indonesia telah memerintahkan 'penumpasan' di Papua Barat.

Ketua parlemen Indonesia mengatakan bahwa mereka akan 'membahas masalah hak asasi manusia nanti'.

Baru minggu lalu 400 tentara spesialis baru, yang dikenal sebagai 'pasukan setan', dikerahkan ke Kabupaten Nduga, di mana lebih dari 50.000 orang telah mengungsi sejak Desember 2018.

Matikan internet persis seperti yang terjadi pada Agustus-September 2019, ketika Indonesia menghentikan operasi.

Menutup akses ke dunia luar untuk menyembunyikan pertumpahan darah dan pembantaiannya.

Sepertinya ini akan menjadi operasi militer terbesar di Papua Barat sejak akhir 1970-an.

Detasemen Jala Mangkara (Denjaka), pasukan elit TNI AL, dikerahkan.

Saya sendiri menyaksikan akibat dari operasi militer ini ketika saya masih kecil, melihat desa saya dibom dan keluarga saya terbunuh.

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved