Alhamdulillah, Menghitung Hari Jelang Lebaran, Harga Karet di Kuansing Riau Naik, Jadi Segini
Alhamdulillah, menghitung hari jelang Lebaran, harga karet di Kuansing Riau naik, jadi segini
Penulis: Dian Maja Palti Siahaan | Editor: Nurul Qomariah
TRIBUNPEKANBARU.COM, TELUK KUANTAN - Alhamdulillah, menghitung hari jelang Lebaran, harga karet di Kuansing Riau naik, jadi segini.
Jelang lebaran, harga jual karet di Kuansing mengalami kenaikan sebesar Rp 110 per kilogram.
Kenaikan ini pun membuat harga karet tetap di kisaran Rp 12.000 lebih
Kenaikan harga karet tersebut terjadi pada lelang Minggu malam (9/5/2021), yang digelar Asosiasi Petani Karet Kuantan Singingi (Apkarkusi). Saat itu harga karet di Kuansing dipatok Rp. 12.236 per kilogram.
"Naik Rp 110" kata ketua Apkarkusi, Septiadi pada Tribunpekanbaru.com, Senin (10/5/2021).
Pekan lalu sendiri harga karet hasil lelang sebesar Rp 12.126 per kilogram.
Sistem pelelangan ini dimulai sejak Juli tahun 2018. Seluruh pengurus kelompok tani/Unit Pengolahan dan Pemasaran Bokar (UPPB)/gabungan kelompok tani (Gapoktan) yang melaksanakan pemasaran karet secara bersama bersama.
Melaksanakan pemasaran Bokar dengan sistem lelang secara bersama dan serentak dengan menetapkan satu pemenang lelang dan satu harga pada satu waktu dan satu tempat yang bersamaan. Penetapan harga bersama dengan perwakilan perusahaan.
Sayang, harga Rp 12.236 per kilogram ini hanya saat lelang yang digelar sekali setiap pekan saja. Harga di toke-toke lokal, pastinya akan jauh dibawah harga lelang.
Harga di tingkat toke-toke lokal sendiri sebesar Rp 8.000-an per kilogram. Jauh dibawah harga lelang.
Harga hasil penjualan dengan sistem lelang ini lebih tinggi dari harga dari toke-toke karet lokal di Kuansing.
Walau demikian, 99 persen petani karet di Kuansing tidak mau bergabung dengan asosiasi dan mengikuti penjualan karet dengan sistem lelang.
Sejauh ini, 99 persen petani karet di Kuansing lebih memilih menjual ke toke-toke lokal hasil panen kebun karet.
Sisanya, 1 persen, ikut sistem lelang yang diinisiasi Pemkab Kuansing.
Keengganan 99 persen petani karet tergabung dalam asosiasi dan mengikuti lelang, dikarenakan proses penjualan harus menunggu, yakni setiap akhir pekan.
Di satu sisi, para petani karet butuh uang secepatnya.
( Tribunpekanbaru.com / Palti Siahaan )