Feature - Nasib Pengrajin Tempe di Kepulauan Meranti Saat Harga Kedelai Naik, 20 Tahun Membuat Tempe
Seorang pengrajin tempe di Kepulauan Meranti , Sodiah (51) terlihat sibuk membuat adonan di kediamannya di Jalan Alah Air pada Selasa (9/6/3021)
Penulis: Teddy Tarigan | Editor: Nolpitos Hendri
TRIBUNPEKANBARU.COM, MERANTI - Seorang pengrajin tempe di Kepulauan Meranti , Sodiah (51) terlihat sibuk membuat adonan di kediamannya di Jalan Alah Air pada Selasa (9/6/3021)
Wanita paruh baya tersebut merupakan seorang pengrajin tempe di Kabupaten Kepulauan yang telah bekerja membuat tempe selama 20 tahun.
Sehari-hari Sodiah harus bekerja mulai pukul 03.30 WIB pagi sampai malam hari untuk mempersiapkan tempe yang akan dijualnya.
Sebelum bekerja, Sodiah harus membeli bahan baku kedelai ke pasar dan mulai membuat tempe siang sampai malam hari.
Di dalam rumahnya tampak kepingan-kepingan tempe yang telah dibungkus plastik dengan ukuran sekira ukuran besar telapak tangan.
Walaupun demikian saat ini beban di pundak Sodiah nampaknya semakin bertambah karena harga bahan baku dalam pembuatan tempe yaitu kedelai terus mengalami peningkatan siginifikan.
Disela-sela Sodiah membuat tempe, Sodiah mengungkapkam kesusahannya saat ini dengan naiknya harga kedelai.
Walaupun terlihat lelah dengan pekerjaannya, Sodiah tampak tetap mau berbincang di tengah kesibukannya saat itu.
"Dulu itu harganya Rp 350 ribu 1 karung, sekarang harganya Rp 580 ribu, 1 karung itu isinya 20 kilo.
Itu cukup membuat kita susah," Tutur Soidah sambil terus membungkus adonan tempe dengan daun pisang.
Kondisi tersebut memaksa Sodiah harus mengurangi jumlah pembelian bahan baku dan menaikkan harga penjualan tempe miliknya.
"Itu jalan satu-satunya yang bisa kita tempuh. Dulu 4 keping kita jual Rp 5 ribu, sekarang ukuran keping juga harus diperkecil dan kita jual Rp 5 ribu untuk tiga keping," ujarnya.
Kondisi itu Soidah tidak memungkiri bahwa berpengaruh terhadap penjualan tempe saat ini karena harga jual yang semakin tinggi.
"Dalam 1 hari biasaya saya bisa menghabiskan 350 keping, sekaranh hanya 200 keping, itu karena permintaan yang semakin merosot," ujarnya sambil tersenyum kecil.
Sodiah yang hidup seorang diri di kediamannya tersebut mengaku tidak punya pilihan lain selain bertahan dengan kondisi tersebut.
"Sebelumnya setiap hari saya bisa dapat untung sekitar Rp 150 ribu, sekarang untuk mendapatkan Rp 100 ribu saja susah.
Tapi saya tidak punya pilihan lain selain terus bertahan saat ini," tutur Soidah.
Dirinya mengatakan kenaikan harga kedelai sudha mulai dirasakan awal pandemi Covid-19.
Secara perlahan tapi pasti kenaikan terus terjadi hingga saat ini sampai harga hampir 2 kali lipat.
Sodiah menyampaikan harapannya agar harga kedelai bisa kembali seperti semula dan pendemi Covidydapat selesai.
"Kalau harapan saya harga kedelai itu tentu bisa turun, karena kami pengrajin tempe ini juga cukup sederhana dan untuk membiayai makan dan biaya hidup sehari-hari," Harapnya.
Terkait naiknya harga Kedelai Kasi Perdagangan Dalam Negeri Luar Negeri dan Pendaftaran Perusahaan Disperindagkop-UKM Kabupaten Kepulauan Meranti Hidayat kepada tribun, Rabu (9/6/2021) memang membenarkan hal tersebut.
Menurutnya lonjakan harga terjadi merata secara nasional di seluruh Indonesia.
Bahkan dari supervisi yang baru saja mereka lakukan kemarin, ia membeberkan jika stok kacang kedelai di daerah setempat kosong.
"Hampir dua kali lipat. Nasional kondisi sama. Stok sekarang masih kosong.
Pekan depan ada masuk namun banyaknya belum bisa diprediksi," ujarnya.
Dari informasi yang diterimanya, kenaikan harga kedelai dikarenakan jumlah pasokan impor kedelai yang cukup menurun saat ini.
"Informasi yang saya terima itu jumlah impor kedelai dari Amerika saat ini menurun karena belum panen.
Mungkin akan kembali membaik begitu panen di Amerika semakin membaik dan jumlah impor semakin lancar," pungkasnya.
Berita Terkait Feature Lainnya
Baca juga berita Tribunpekanbaru.com berjudul " Feature - Nasib Pengrajin Tempe di Kepulauan Meranti Saat Harga Kedelai Naik, 20 Tahun Membuat Tempe " di Babe dan Google News.
Artikel berjudul " Feature - Nasib Pengrajin Tempe di Kepulauan Meranti Saat Harga Kedelai Naik, 20 Tahun Membuat Tempe " ini ditulis wartawan Tribunpekanbaru.com / Teddy Tarigan .
