Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

Lockdown? Ali Ngabalin Angkat Suara, Bilang Indonesia Berpengalaman, Pendemi Tak Sedahsyat Dulu

Ali Ngabalin angkat suara soal permintaan Lockdown Indonesia dari sejumlah pihak, ia menyebut Indonesia sudah berpengalaman dari PSBB di masa pandemi

Tangkap layar channel YouTube Indonesia Lawyers Club
Tenaga Ahli Utama KSP, Ali Mochtar Ngabalin, mewakili istana ia angkat suara soal permintaan Lockdown 

TRIBUNPEKANBARU.COM - Angkat Covid-19 melonjak tajam.

Permintaan Lockdown terus menggema dari berbagai pihak dan masyarakat.

Banyak yang menilai, Indonesia berada dalam kondisi yang tidak baik di tengan pandemi sekarang ini.

Indonesia berada dalam posisi yang sangat parah hari ini terkait Pandemi Covid-19.

Disebut banyak pihak, mau tak mau harus ada jalan pintas dan ketegasan yang membawa perubahan.'

Salah satunya dengan melakukan Lockdown.

Namun, nampaknya Lockdown tak semudah yang dipikirkan banyak orang.

Pihak Istana pun memberi jawaban atas permintaan Lockdown tersebut.

Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP) Ali Mochtar Ngabalin angkat suara.

Ia menilai hal yang  normal apabila saat ini banyak desakan agar pemerintah memberlakukan karantina wilayah total atau lockdown.

Hal ini menyusul lonjakan kasus Covid-19.

Dalam memutuskan kebijakan terkait pandemi Covid-19, Pemerintah di bawah komando Presiden Joko Widodo memiliki pertimbangan khusus.

Apalagi, saat ini, pemerintah sudah memiliki pengalaman soal penanganan pandemi. Itu karena pagebluk sudah berlangsung lebih dari satu tahun.

"Normal saja, tingkat kekhawatiran pihak-pihak yang mengusulkan untuk lockdown normal saja.

Tapi kita kan sudah punya pengalaman," kata Ngabalin kepada Kompas.com, Minggu (20/6).

Ngabalin mengatakan, melonjaknya kasus Covid-19 saat ini tidak sedahsyat awal-awal pandemi berlangsung.

Saat awal pandemi,  pemerintah tidak memiliki pengalaman dan masih meraba mekanisme penanganan yang tepat.

"Tapi Bapak Presiden dengan tepat memilih untuk tidak melaksanakan lockdown tetapi pembatasan sosial berskala besar (PSBB)," kata dia.

Ngabalin menuturkan, dengan kondisi saat ini, siapa pun bisa mengusulkan agar pemerintah memberlakukan lockdown.

Namun, usulan tersebut tak lantas diterapkan pemerintah.

Ngabalin memastikan, dalam mengeluarkan kebijakan terkait pandemi Covid-19, Presiden tidak berdiri sendiri. Jokowi, kata dia, pasti mengundang banyak ahali untuk berdiskusi.

"Beliau selalu meminta pandangan, masukan, diskusi dengan para epidemiologi sehingga beliau mengerti untuk mengambil keputusan yang tepat demi kepentingan orang banyak," kata dia.

Ngabalin mengatakan, melonjaknya kasus Covid-19 juga merupakan bukti bahwa masyarakat tidak mematuhi imbauan atau instruksi pemerintah.

Padahal, kata dia, pemerintah telah berulang kali mengingatkan seluruh masyarakat untuk mematuhi protokol kesehatan. Pemerintah pun melarang masyarakat mudik saat Lebaran untuk memutus mata rantai penularan Covid-19.

"Tapi masih saja terus menerus seperti ini. Inilah akibat yang harus ditanggung. Ini tidak bisa cuma pemerintah harus tanggung bersama-sama," kata dia.

"Ini fakta yang berulang-ulang diingatkan, berbusa-busa mulutnya Presiden mengingatkan," ucap Ngabalin.

Usulan lockdown disampaikan sejumlah pihak.

Salah satunya, Ikatan Ahli Kesehatan Indonesia (IAKMI). Dewab Pakar IAKMI Hermawan Saputra meminta pemerintah untuk berani menentukan langkah radikal mengatasi lonjakan kasus Covid-19 di tanah air.

Hermawan menyatakan ada dua opsi yang bisa dilakukan pemerintah.

Pertama, pembatasan sosial berskala besar (PSBB) nasional.

Kedua, lockdown regional secara berkala di pulau-pulau besar seperti Jawa, Sumatera, dan Kalimantan.

"Usul yang paling radikal yaitu lockdown regional. Ini bentuk paling logis. Karena seluruh negara yang sudah melewati kasus, tidak ada cara lain," kata Hermawan dalam konferensi pers 'Desakan Emergency Responses: Prioritas Keselamatan Rakyat di Tengah Pandemi' yang diselenggarakan secara daring, Minggu (20/6).

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Jawaban Istana Terkait Desakan Melakukan Lockdown

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved