MENGUAK Pasukan Immortal Persian: Ahli Perang Psikologis hingga Dijuluki Pasukan Abadi
Contoh lain dari keganasan para Immortal adalah ketika Persia mengalahkan Mesir di Pertempuran Pelusium.
Immortal Persian sangat menyadari bahwa panah mereka lebih rendah dari baja Spartan.
Jadi, alih-alih membuat mereka lebih kuat, mereka membuat lebih banyak lagi sehingga setiap pemanah bisa melepaskannya dalam satu momen cepat, benar-benar menghitamkan langit dengan panah.
Contoh lain dari keganasan para Immortal adalah ketika Persia mengalahkan Mesir di Pertempuran Pelusium.
Orang Persia tahu bahwa orang Mesir setia kepada Dewi Kucing Mesir, Bastet.
Bagi orang Mesir, setiap kerusakan yang dilakukan pada kucing dianggap penistaan besar.
Mengetahui hal ini, Persia menggambar kucing di perisai mereka dan melepaskan sekelompok kucing ke medan perang.
Ini saja sudah cukup membuat banyak orang Mesir langsung menyerah.
Ketika orang Mesir lainnya berinisiatif menyerang dengan ketapel, orang Persia akan memberi tahu mereka bahwa mereka membawa kucing — dan melepaskan artileri bisa berarti membunuh beberapa kucing.
Jika Immortal tidak memiliki cukup waktu untuk mempersiapkan lawan individu, mereka akan menggunakan kavaleri kejutan yang dipersenjatai dengan sagaris, atau kapak panjang.
Kapak yang ringan memudahkan para Immortal untuk mengayunkannya di atas kepala mereka dan cukup cepat untuk membuat darah musuh terciprat jauh ke belakang untuk mengintimidasi musuh mereka.
Pada Pertempuran Granicus pada 334 SM, Alexander II dari Makedonia hampir ditusuk oleh seorang prajurit kavaleri Immortal bernama Spithridates.
Kapaknya menebas lurus menembus helm Alexander dan hanya berjarak beberapa milimeter dari pukulan fatal.
Setelah saat itu, Alexander bersumpah untuk menghancurkan Persia.
Dia mempelajari taktik mereka dan menginstruksikan anak buahnya tentang cara melawan mereka.
Usaha ini berhasil menghilangkan keunggulan Persia dalam pertempuran, dan Alexander, sejak saat itu, mengambil moniker "Yang Agung."