Sodomi Tempati Posisi Tertinggi Kasus Kekerasan terhadap Anak di Riau, Memprihatinkan
Kasus sodomi menempati posisi jumlah tertinggi angka kasus kekerasan terhadap anak di Provinsi Riau pada tahun 2021 ini
Penulis: Alex | Editor: Nurul Qomariah
TRIBUNPEKANBARU.COM, PEKANBARU - Kasus sodomi menempati posisi jumlah tertinggi angka kasus kekerasan terhadap anak di Provinsi Riau pada tahun 2021 ini. Sangat memprihatinkan.
Tidak hanya sebagai korban, sekaligus sebagai pelaku juga menjadi tren kekerasan yang dilakukan anak saat ini.
Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak Provinsi Riau, Dewi Arisanty kepada Tribunpekanbaru.com menuturkan, saat ini, terdapat setidaknya 63 kasus anak sebagai pelaku sodomi yang tengah ditangani oleh pihaknya.
"Ada 63 kasus anak sebagai pelaku sodomi yang sedang kita tangani saat ini, dan tersebar di kabupaten/kota di Riau," kata Dewi, saat dikonfirmasi Tribunpekanbaru.com pada peringatan Hari Anak Nasional, Jumat (23/7/2021).
Demikian juga anak sebagai korban sodomi, sehingga kasus ini menjadi angka tertinggi dari kasus-kasus lainnya yang kita tangani saat ini," sambungnya.
Dalam penanganan kasus anak sebagai pelaku sodomi baru-baru ini, bahkan dikatakan Dewi, 1 anak melakukan sodomi terhadap 20 anak sebagai korbannya.
"Bahkan ada juga pelakunya merupakan anak dibawah umur, dan korbannya juga anak dibawah umur," ujarnya.
"Sangat miris sekali kita dengan kondisi ini, namun ini mesti kita sikapi dan tangani dengan bijak," imbuhnya.
Untuk jumlah kasus sodomi di Riau, dikatakan Dewi ternyata memiliki angka yang juga cukup tinggi dibandingkan daerah-daerah lainnya.
"Apalagi Riau jumlahnya ternyata lebih tinggi dibandingkan daerah lain," ulasnya.
Sementara itu, untuk jumlah kekerasan terhadap anak yang sedang ditangani oleh Komnas HAM Riau saat ini terdapat 98 kasus, dengan 4 tren kategori.
Di antaranya sodomi menempati posisi pertama, perdagangan anak melalui sosial media menempati posisi kedua, eksploitasi anak posisi ketiga, dan trafiking pada posisi keempat, dan juga terdapat bermacam kekerasan lainnya.
"Trafiking anak sempat menempati posisi pertama pada tahun sebelumnya. Namun kini jumlahnya menurun yang kami tangani. Sodomi yang tertinggi saat ini," imbuhnya.
Diakui Dewi, selama masa pandemi ini, kasus anak trus meningkat, baik anak sebagai pelaku maupun anak sebagai korban.
Kedepan, dikatakan Dewi, pihaknya berharap agar kekerasan terhadap anak dapat terus ditekan angkanya, dan pihak pemerintah juga hadir menjalankan perannya.
"Harapan kami, kedepan kami tidak ingin lagi anak-anak cidera, baik fisiknya maupun psikisnya," ucap Dewi.
" Mereka harus dapat perlindungan penuh dari negara, sebagaimana yang diamanatkan undang-undang," tuturnya.
( Tribunpekanbaru.com / Alexander )