Bupati Siak Alfedri Paparkan Program Siak Hijau Pada Forum Diskusi New York Climate Week
Bupati Siak Alfedri menjadi pembicara pada forum dialog yang bertajuk New York Climate Week, dan memaparkan Program Siak Hijau.
Penulis: Mayonal Putra | Editor: Ariestia
TRIBUNPEKANBARU.COM, SIAK - Bupati Siak Alfedri menjadi pembicara pada forum dialog yang bertajuk New York Climate Week, dan memaparkan Program Siak Hijau.
Kegiatan ini merupakan bagian dari rangkaian peringatan perubahan iklim menawarkan diskusi kritis dan solutif dari pelaku bisnis dan pemerintah daerah di Asia Tenggara.
Kegiatan tersebut tujuannya untuk mengatasi perubahan iklim lewat pertumbuhan rendah karbon yang berkelanjutan dengan menggunakan pendekatan Yurisdiksi.
Hal ini juga sebagai upaya komitmen seluruh pihak atasi perubahan iklim.
Diskusi yang membahas perubahan iklim dunia itu, juga diikuti Executive Chairman dan CEO The Sustainable Initiative, IDH Fitrian Adriansyah, Head of Sekretariat Lingkar Temu Kabupaten Lestari Gita Syahrani, Southeast Asia Regional Director Proforest Surin Suksuwan dan Southeast Asia Regional Director Tropical Forest Alliance Rizal Algamar.
Kegiatan dilaksanakan secara virtual. Bupati Siak Alfedri mengikuti di Zamrud Room, kediaman Bupati Siak, Jumat (24/9/2021) malam.
Alfedri memaparkan peran Pemkab Siak ikut serta dalam mengatasi perubahan iklim bumi, dengan menciptakan gerakan Siak Hijau.
Komitmen pemerintah daerah dalam gerakan Siak Hijau diturunkan ke dalam peraturan bupati, yaitu untuk melindungi gambut dari kebakaran hutan dan lahan, serta pendayagunaan petani. Dalam konteks regulasi memperkuat sistem monitoring dan evaluasi sebagai bentuk harmonisasi terhadap program Provinsi yaitu Riau Hijau.
"Yang melatarbelakangi terbentuknya Gerakan Siak Hijau adalah respon terhadap kondisi lingkungan, masa itu terjadi kebakaran hutan yang hebat pada tahun 2015 lalu,” kata dia.
Pihaknya merespon dalam mengatasi perubahan iklim dengan mendeklarasikan gerakan Siak Hijau. Karena Siak ini dari total luas wilayahnya terdapat lahan gambut seluas 8586 km², artinya 57 persenya adalah gambut. Dari 57 persen itu terdapat 21 persennya gambut dalam.
Alfedri menjelaskan kabupaten Siak memiliki kawasan hutan cukup luas. Terdapat hutan konservasi seperti Taman Nasional Danau Zamrud, merupakan Danau Rawa terluas di Indonesia, ada hutan industri dan hutan masyarakat.
Kemudian Cagar Alam Giam Siak Biosfer dan Hutan Tahura.
Sejalan dengan itu pengembangan lahan gambut di Indonesia, dalam upaya mendorong pertumbuhan rendah karbon (Low Carbon Development Indonesia) Siak masuk ke dalam salah satu kelompok kabupaten yang mendorong kinerja daerah. Selain konsisten akan komitmen dan selaras dengan capaian komitmen nasional.
"Prestasi ini salah satunya juga didorong oleh kepemimpinan pemerintah pusat hingga kepala daerah di tingkat kabupaten (yurisdiksi) lewat kebijakan dan komitmen jangka panjangnya yang diikuti oleh komitmen swasta lewat rantai pasok untuk menghasilkan komoditas ramah lingkungan yang berkelanjutan,” katanya.
Ia mengharapkan prestasi dan tren positif ini berlangsung secara konsisten dengan semangat gotong royong. Tujuannya agar yurisdiksi bertransformasi menuju yurisdiksi hijau dan berkemakmuran.
Senada dengan itu, juga disampaikan Head of Sekretariat Lingkar Temu Kabupaten Lestari, Gita Syahrani sebagai platform kabupaten lestari.
LTKL menggaris bawahi beragam upaya yang sudah dilakukan anggotanya yang tercatatkan dalam pembuatan kerangka kompetisi daerah sebagai mekanisme pengukuran kinerja yang dapat menhubungkan kabupaten dengan pasar yang mencari yurisdiksi yang berkelanjutan.
“Saat ini, beberapa kabupaten berupaya untuk memenuhi kriteria yang ada pada kerangka kinerja daerah yang bertujuan untuk mengukur komitmen dan kinerja daerah dengan beragam indikator sesuai dengan prioritas kabupaten,” katanya.
Ia mencontohkan, Siak saat ini sudah menjalankan community enterprise, community-based training, dan lain sebagainya.
Mekanisme ini diharapkan dapat memposisikan yurisdiksi berprestasi terhubung dengan mekanisme pembiayaan yang tersedia mulai dari pembiayaan daerah, founding, donor hingga investasi hijau. Selain menjembatani, LTKL akan mempersiapkan kabupaten yang telah siap untuk menerima insentif lewat program seperti Masterclass.
“Dengan upaya komitmen pemerintah daerah yang sudah berjalan diharapkan para rantai pasok, industry hilir dan juga investor semakin bersemangat untuk berinvestasi apakah itu dalam skala short-term hingga long-term,” ujar Gita,
Lanjutnya, pendekatan JCAF efektif dapat memobilisasi pemangku kepentingan utama, membuka potensi investasi, dan mendorong agenda bersama lewat publikasi berbasis bukti untuk memajukan yurisdiksi hijau dan berkemakmuran. (tribunpekanbaru.com/mayonal putra)