Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

Jenderal Amerika Serikat Akui Afghanistan Tak Mampu Hadapi Taliban: Mengejutkan Kami Semua

diperlukan pengamatan apakah Taliban mampu mengkonsolidasikan kekuasaan karena ditakutkan akan terjadi perang saudara.

Penulis: | Editor: Firmauli Sihaloho
Ahmad SAHEL ARMAN / AFP
Gerakan perlawanan Afghanistan dan pasukan pemberontakan anti-Taliban mengambil bagian dalam pelatihan militer di daerah Malimah di distrik Dara di provinsi Panjshir pada 2 September 2021 saat lembah itu tetap menjadi tempat persembunyian besar terakhir pasukan anti-Taliban. 

TRIBUNPEKANBARU.COM - Amerika Serikat saat ini terus memantua perkembangan Taliban di Afghanistan.

Kali ini, Ketua Kepala Staf Gabungan AS, Jenderal Mark Milley pada Selasa (28/9/2021) menegaskan Perang Afghanistan tidak berakhir sebagaimana yang diinginkan Washington.

"Jelas. Sudah jelas. Perang di Afghanistan tidak berakhir seperti yang kita inginkan dengan Taliban, yang sekarang berkuasa di Kabul," kata Milley pada sidang Senat tentang penarikan Afghanistan.

"Dan kita harus ingat bahwa Taliban adalah dan tetap menjadi organisasi teroris, dan mereka masih belum memutuskan hubungan dengan al-Qaeda," ujar Milley dikutip dari Anadolu Agency.

Menurutnya, diperlukan pengamatan apakah Taliban mampu mengkonsolidasikan kekuasaan karena ditakutkan akan terjadi perang saudara.

Dia mengatakan pembentukan kembali al-Qaeda atau Daesh/ISIS dengan aspirasi untuk menyerang AS adalah "kemungkinan yang sangat nyata."

Baca juga: Kenapa Soeharto Tak Diculik saat G30 S PKI? Terungkap Fakta Ini. . .

Baca juga: Menggila di Usia Senja, Ronaldo Pencetak Gol Tertua di MU & Raja Liga Champions

Momen perebutan kekuasaan di Afghanistan diwarnai kekacauan dengan ribuan warga berusaha terbang ke luar negeri.

Milley mengakui bahwa AS salah memperkirakan keruntuhan pemerintah dan militer Afghanistan.

Dia dan Menteri Pertahanan Lloyd Austin sama-sama bersaksi bahwa cepatnya keruntuhan Afghanistan oleh Taliban membuat AS lengah.

"Kami membantu membangun sebuah negara, tetapi kami tidak dapat membentuk sebuah bangsa," kata Austin.

"Fakta bahwa tentara Afghanistan yang kami dan mitra kami latih begitu saja mencair, dalam banyak kasus tanpa melepaskan tembakan, mengejutkan kami semua," tambahnya, dikutip dari BBC. 

Pasukan AS pertama kali memasuki Afghanistan pada akhir 2001, sebagai tanggapan dari serangan 9/11.

Baca juga: Formasi Unik Juventus Berhasil Buat Chelsea Bingung, Chiesa Cetak Gol 11 Detik

Baca juga: Tak Ada Namanya di Film G3 S PKI, INILAH Sepak Terjang Sintong Panjaitan dalam Menumpas PKI

Pada saat pergi, AS telah menghabiskan sekitar 985 miliar USD dan mengerahkan puluhan ribu tentara.

Bahkan mencapai angka 110.000 personel pada tahun 2011.

Di minggu-minggu antara jatuhnya Kabul dan batas waktu penarikan pada 31 Agustus, AS mengevakuasi 4.000 tentara terakhirnya.

Sumber: Kompas.com
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved