Berita Riau
Setelah 15 Tahun, Chaidir Kembali ke Kantor Golkar, Beri Pesan Menohok
Politisi senior mantan ketua DPRD Riau dua periode Chaidir menginjakkan kaki kembali di kantor Partai Golkar di Jalan Diponegoro setelah 15 tahun.
Penulis: Nasuha Nasution | Editor: Ariestia
TRIBUNPEKANBARU.COM, PEKANBARU - Politisi senior yang juga mantan ketua DPRD Riau dua periode Chaidir menginjakkan kakinya kembali di kantor Partai Golkar di Jalan Diponegoro setelah 15 tahun lalu terakhir kalinya.
Ia hadir sebagai senior partai yang dimintai wejangan dan tantangan kedepan partai Golkar.
Dosen Pascasarjana Universitas Riau ini hadir sebagai narasumber dalam acara diskusi Rumpi Politik yang digelar Bapilu Golkar Riau, Sabtu (13/11/2021).
"Bergetar badan saya ketika masuk lagi ke gedung ini (kantor Golkar), sudah lima belas tahun lalu saya terakhir kesini saat penetapan untuk menjadi ketua DPRD Riau,"ujarnya memulai bercerita kisah lamanya di Golkar.
Ketua Forum Komunikasi Pemuka Masyarakat Riau (FKPMR) ini memang dikenal sangat kental dengan Golkar, dan pernah menjabat dua kali sebagai Ketua DPRD Riau dari partai Golkar mengemukakan beberapa pemikiran terkait tantangan Golkar kedepannya.
Chaidir mengatakan bahwa Golkar lah yang membesarkan namanya, sampai ia selama 35 tahun berseragam Golkar dengan dua kali menjabat Ketua DPRD Riau.
Ia mengaku, saat beberapa orang aktifis kampus kala itu berhasil dirangkulnya untuk masuk Golkar. Mulai dari Zulfan Heri, Gumpita sampai Repol dan Supirman.
"Golkar ini partai yang membesarkan saya, 35 tahun saya aktif di Golkar, dari 70 -an saya di Golkar, dan akhirnya saya mundur dari Golkar tahun 2008 karena maju calon gubernur. Saya junjung tinggi etika demokrasi, saya ketua DPRD Riau kala itu, dan Rusli Zainal ketua saya. Maka, saya mundur dari Golkar. Lawan RZ, saya kalah. RZ dilawan," ujar Chaidir.
Demokrasi, pada kacamata Chaidir bukan sistem terbaik, tapi belum ditemukan sistem lain yang lebih baik dari demokrasi. Dalam artian, Tak ada demokrasi tanpa pemilu, tak ada pemilu tanpa partai politik.
"Golkar bagian dari paradigma itu. Golkar aset produktif dalam sistem demokrasi indonesia. Tak boleh jadi aset kontraproduktif,"ujar Chaidir.
Chaidir menjelaskan, Demokrasi saat ini sedang sakit, perlu tantangan, hal tersebut juga tak terlepas sebagai tantangan Golkar kedepannya.
"Demokrasi saat ini, cenderung disfungsional, bergerak dinamis, bukan struktur tapi budaya demokrasi belum menjunjung nilai demokrasi itu sendiri. Demokrasi mengidap banyak penyakit, antara lain pemilu yang belum jurdil, belum lagi masalah kedewasaan politisi dan parpol. Demokrasi kita demokrasi prosedural, miskin nilai,"jelasnya.
Ada beberapa hal di Demokrasi, antara lain kemerdekaan, kebebasan, persamaan dan persaudaraan. Persaudaraan inilah kata Chaidir yang tidak tercapai di politik, demokrasi minus rasa persaudaraan.
Banyak ungkapan sebagai lawan politik, jika bisa diinjak, diinjak walaupun sampai kubur. Rasa persaudaraan inilah kata Chaidir yang sulit tercipta dalam sistem demokrasi.
Lebih jauh, dalam isu kekinian, Chaidir melihat masyarakat yang aneh saat ini. Keanehan ini karena, masyarakat kehilangan keteladanan, kehilangan norma yang seharusnya diberikan contoh oleh pemimpin.
"Jadinya, masyarakat suka iri hati, dengki, berdebat tidak terbatas dan suka suka hati. Muncul sosial distrust, yang saling tak percaya, Low trust society, tingkat kepercayaan yang rendah. Padahal kedua hal tersebut adalah modal sosial, yang paling penting bahkan lebih penting dari sumber daya alam,"ujarnya.
Dalam era kekinian juga, perubahan dan kecanggihan teknologi membuat masyarakat cepat berubah. Hal tersebut harus betul - betul bisa dibaca oleh Golkar.
Chaidir mencontohkan soal beberapa surat kabar populer pada masanya, yang akhirnya gulung tikar karena kalah dengan teknologi, dimana saat ini masyarakat bisa membaca berita dari gadget yang digenggam.
"Saat ini, era ini, cara komunikasi berubah, kalau Golkar masih menggunakan cara - cara lama, Golkar akan hanyut. Dalam selimut isu kekinian ini lah Golkar berada. Golkar saat ini dalam rimba belantara demokrasi. Ada harimau biawak, ular, singa, semua. Dengan milenial yang jadi penentu pemilih kedepan,"jelas putra asli Rohul ini.
Lebih jauh, Chaidir menyarankan, kedepannya, bagaimana Golkar jadi partai moderen, dengan fungsi rekrutmen dan kaderisasi yang baik, menjadikan parpol jadi sebuah sekolah serta kader dididik untuk jadi seorang pemimpin dengan cara mengikuti perkembangan zaman dengan teknologinya.
Selain Chaidir hadir juga pemateri lain Ketua Dewan Pertimbangan Golkar Riau, Yuherman Yusuf, Katya Fraksi Golkar di DPRD Riau Karmila Sari dan Presiden UNRI Kaharuddin. (Tribunpekanbaru.com/Nasuha Nasution)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/pekanbaru/foto/bank/originals/setelah_15_tahun_chaidir_kembali_ke_kantor_golkar_beri_pesan_menohok.jpg)