Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

Peluk Ibu yang Sudah Tua, Jasad Rumini Ditemukan di Reruntuhan,13 Orang Tewas Korban Erupsi Semeru

Peluk ibu yang sudah tua, jasad Rumini dan ibunya Salamah ditemukan di reruntuhan. Terhitung 13 orang tewas korban erupsi Gunung Semeru

Editor: Nurul Qomariah
Tribun Jatim
Jembatan Besuk Koboan penghubung Lumajang-Kabupaten Malang putus akibat diterjang banjir lahar dingin. Tercatat 13 orang tewas akibat erupsi Gunung Semeru. 

TRIBUNPEKANBARU.COM, LUMAJANG - Peluk ibu yang sudah tua, jasad Rumini dan ibunya Salamah ditemukan di reruntuhan. Terhitung 13 orang tewas korban erupsi Gunung Semeru.

Kisah pilu korban bencana alam erupsi Gunung Semeru membuat publik terhenyak.

Kisah korban tewas Rumini (28) yang ditemukan memeluk ibunya yang sudah tua membuat air mata menetes.

Jasad Rumini ditemukan memeluk Salamah seorang wanita lanjut usia.

Salamah yang berusia 70 tahun ditemukan meninggal dunia dengan Rumini, posisi mereka dalam keadaan berpelukan.

Warga Desa Curah Kobokan, Kecamatan Candipuro ditemukan tak bernyawa di dapur rumah mereka.

Rumah mereka roboh akibat erupsi Gunung Merapi.

Keduanya diduga meninggal dunia akibat tertimpa reruntuhan bangunan rumah yang roboh.

Dituturkan adik ipar Salamah yang bernama Legiman, saat Gunung Semeru erupsi, semua orang berlari keluar rumah menyelamatkan diri masing-masing.

Legiman menduga, Salamah yang tubuhnya sudah uzur tak sanggup berlari, sedangkan berjalan saja Salamah sudah tidak mampu karena faktor usia.

Ketika itu diduga Rumini tak tega meninggalkan ibunya seorang diri hingga ia tetap menemani ibunya.

Kedua wanita berbeda usia itu ditemukan meninggal dunia dalam keadaan berpelukan di bawah reruntuhan rumah mereka.

"Tadi pagi kan saya cari adik ipar sama ponakanku,” ujar Legiman mengawali cerita.

“Pas bongkar rontokan tembok dapur terus tangannya kelihatan dan langsung kami bersihkan dan dibawa ke rumah untuk dimakamkan," imbuh Legiman.

Tak hanya salamah dan Rukmini, dua anggota keluarga Salamah, juga bernasib malang.

Suami dan anak Salamah mengalami luka cedera akibat reruntuhan bangunan rumah.

"Suami Rumini dan anaknya selamat, mereka sekarang dirawat di puskesmas," ucap Legiman.

Tercatat 13 Korban Tewas

Pelaksana Tugas (Plt) Kapusdatin BNPB, Abdul Muhari, mengatakan 13 orang meninggal dunia akibat erupsi Gunung Semeru, di Lumajang, Jawa Timur, Minggu (5/12/2021).

Selain korban meninggal, ada juga sejumlah korban luka bakar di tubuhnya akibat terkena lahar panas.

Mereka adalah penambang pasir di Dusun Kampung Renteng, Desa Sumberwuluh, Kecamatan Candipuro.

Dari 13 korban meninggal, baru dua jenazah yang bisa diidentifikasi, yakni Poniyem dan Pawon Riyono. Poniyem berasal dari Curah Kobokan, Desa Sapiturang, Kecamatan Pronojiwo.

"13 orang korban ini merupakan update langsung dari lapangan dari Bapak Kepala BNPB," ujar Abdul Muhari dikutip dari Kompas.com.

Lahar panas dari erupsi Gunung Semeru mengalir ke areal pertambangan hingga membuat para penambang terlambat menyelamatkan diri.

"Sementara belum terdeteksi ada berapa jumlah warga sini yang terluka, tetapi ada tiga warga dengan kulit terkena lahar panas. Mereka sopir dari luar desa," ujar Sekretaris Desa Sumberwuluh, Samsul Arifin.

Senada dengan itu, Kepala Dinas Kesehatan Lumajang Bayu Wibowo mengatakan, total jumlah korban yang meninggal dunia terus bertambah.

"Untuk siapa-siapanya kami masih melakukan pendataan dan konfirmasi namanya beserta keluarganya," pungkasnya.

Korban Selamat Lari di Tengah hujan Abu Bercampur Batu

Sementara itu, kisah korban yang selamat dari bencana erupsi Gunung Merapi tak kalah mencekam.

Sinten (60) dan cucunya Dewi Novitasari (17) yang berhasil selamat dari ganasnya erupsi Gunung Semeru harus berlari menyelamatkan diri.

Warga Dusun Curah Kobokan, Desa Supiturang, Pronojiwo, Kabupaten Lumajang ini bersyukur bisa terhindar dari bahaya.

Harta benda ditinggalkan begitu saja, hanya baju melekat di badan, namun keduanya lolos dari ancaman maut.

Ketika erupsi terjadi, Dewi Novitasari sedang tidur di dalam kamarnya.

Untungnya sang nenek, Sinten (60), sigap dan langsung menggedor kamar membangungkan cucu perempuannya dan lari keluar dari rumah mereka.

Karena sedang dilanda kantuk, ketika itu Dewi belum menyadari apa yang sedang terjadi dan bahaya yang mengancam keselamatannya

Berkat sang nenek, Dewi Novitasari selamat dari ganasnya erupsi Gunung Semeru.

Keduanya menceritakan kisah mencekam usai selamat dari bencana itu.

Nenek Sinten bercerita, sebelum letusan terjadi, Dusun Curah Kobokan diguyur hujan abu bercampur batu.

Batu-batu itu meluncur deras menghantam genting rumahnya hingga menimbulkan suara gemuruh.

Sinten yang saat itu sedang bersantai di ruang tamu langsung terperanjat dan panik.

Wanita berusia 60 tahun ini meningta cucunya yang sedang tidur dan menggedor pintu kamar Dewi.

Mendengar gedoran pintu, Dewi langsung bangun dari tidurnya. Lalu Dewi membuka pintu kamarnya.

Dengan memekikkan suara, Sinten bilang kepada Dewi bila Gunung Semeru sedang tidak baik-baik saja.

Kemudian, Sinten menarik tangan Dewi untuk ikut berlari menyelamatkan diri.

Keduanya berlari ke tempat lebih aman sebelum awan panas guguran menyapu rumahnya hingga luluh lantak.

"Gunung Semeru meletus dengan cepat. Sebelumnya, tidak ada tanda-tanda akan erupsi. Saat erupsi seperti kiamat," kata Sinten di RSUD dr Haryoto, Lumajang, Sabtu (4/12/2021).

Setelah sampai di luar rumah, Sinten dan Dewi sempat menengok ke arah Gunung Semeru.

Gunung Semeru terlihat memuntahkan asap abu-abu tebal ke udara.

Suhu udara langsung terasa panas, menyengat kulitnya.

Tak lama, langit berubah gelap, kilatan petir juga menyambar-nyambar.

"Saya tak sempat menyelamatkan harta benda. Saya tak memikirkan itu, yang terpenting selamat dari terjangan awan panas. Lima motor hangus dan rumah saya roboh," paparnya.

Sinten bersama Dewi berlari ke rumah tetangga yang berjarak sekitar 1 kilometer untuk berlindung.

Setelah langit kembali terang, mereka kembali berlari ke masjid sekitar 5 kilometer.

"Lalu, kami berjalan lagi hingga ke Dusun sebelah, Dusun Gunung Sawur sekitar 7 kilometer," ujar Dewi.

"Napas sudah ngos-ngosan. Selama dua jam, kami mengamankan diri di rumah warga Dusun Gunung Sawur. Setelah itu, kami dievakuasi menggunakan pick up ke Desa Sumbermujur," terang Dewi.

Guguran Awan Panas Terjadi Sabtu Siang

Gunung Semeru mengalami peningkatan aktivitas vulkanik yang ditunjukkan dengan guguran awan panas mengarah ke Besuk Kobokan, Desa Sapiturang, Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, Sabtu (4/12/2021) pukul 15.20 WIB.

Dikutip dari laman bnpb.go.id, diamati dari Pos Pengamatan Gunung Api (PPGA) Gunung Semeru di Pos Gunung Sawur, Dusun Poncosumo, Desa Sumberwuluh, Kecamatan Candipuro, getaran banjir lahar atau guguran awan panas tercatat mulai pukul 14.47 WIB dengan amplitudo maksimal 20 milimeter.

Pada pukul 15.10, PPGA Pos Gunung Sawur kemudian melaporkan visual abu vulkanik dari guguran awan panas sangat jelas teramati mengarah ke Besuk Kobokan dan beraroma belerang.

Selain itu, laporan visual dari beberapa titik lokasi juga mengalami kegelapan akibat kabut dari abu vulkanik.

Catatan yang dihimpun Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), guguran lava pijar teramati dengan jarak luncur kurang lebih 500-800 meter dengan pusat guguran berada kurang lebih 500 meter di bawah kawah.
Sebagai respons cepat dari adanya kejadian guguran awan panas tersebut, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lumajang telah mengeluarkan imbauan kepada masyarakat dan para penambang untuk tidak beraktivitas di sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS) Mujur dan Curah Kobokan.

Sebagian artikel ini telah tayang di TribunJatim.com dengan judul Pilu, Tak Sanggup Berjalan Saat Gunung Semeru Erupsi, Lansia Meninggal Memeluk Anaknya dan Tribunnews.com

( Tribunpekanbaru.com )

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved