Merinding, Ramalan Jayabaya Dikaitkan dengan Letusan Gunung Semeru, Pulau Jawa Disebut Akan Terbelah
Ramalan ini dilestarikan secara turun temurun oleh para Pujangga, asal-usul utama serat ramalan Jayabaya dapat dilihat di kitab Pusasar
TRIBUNPEKANBARU.COM - Erupsi Gunung Semeru menyebabkan 14 orang meninggal dunia, berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Minggu (5/12/2021).
Ada delapan orang yang sudah teridentifikasi.
Saat ini tim penyelamat terus melakukan pencarian, untuk menyelamatkan warga yang kemungkinan tertimbun abu vulkanik.
Gunung Semeru menjadi sorotan setelah mengeluarkan awan panas dan mengarah ke permukiman warga.
Di balik peristiwa alam ini, ada yang mengaitkan dengan ramalan Jangka Jayabaya.
Erupsi dan guguran awan panas Gunung Semeru terjadi di sore hari, Sabtu (4/12/2021).
Material vulkanik pukul 15.20 WIB mengarah ke Besuk Kobokan, Desa Sapiturang, Kecamatan Pronojiwo, Lumajang.
Semeru adalah gunung yang berada di wilayah Lumajang, Jawa Timur.
Memiliki ketinggian 3.676 meter di atas permukaan laut dan merupakan gunung tertinggi di Pulau Jawa.
Semeru memiliki catatan panjang sejarah erupsi terekam pada 1818.
Walaupun dari tahun tersebut sampai 1913 tidak banyak informasi yang terdokumentasikan.
Selanjutnya 1941-1942 terekam aktivitas vulkanik dengan durasi panjang.
Lalu pada 21 September 1941 sampai Februari 1942 terjadi leleran lava seperti disebutkan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG).
Pada saat itu, letusan sampai di lereng sebelah timur dengan ketinggian 1400 sampai 1775 meter.
Material vulkanik pun sampai menimbun pengairan Bantengan.
Gunung Semeru memiliki catatan panjang sejarah erupsi yang terekam pada 1818.
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menyebutkan, leleran lava terjadi pada periode 21 September 1941 hingga Februari 1942.
Erupsi tahun 2021 ini membuat Gunung Semeru berada di status level II atau waspada.
Lalu, saat ini ada yang mengaitkan antara letusan Gunung Semeru dengan Ramalan Jayabaya.
Dinamakan Ramalan Jayabaya karena ramalan ini diramalkan oleh Prabu Jayabaya, Raja Kediri yang memerintah sekitar 1135 - 1157 bergelar Sri Maharaja Sri Warmeswara Madhusudna Wataranindita Panakrama Digjayatunggadewanama Jayabayalanjana.
Ramalan ini dilestarikan secara turun temurun oleh para Pujangga, asal-usul utama serat ramalan Jayabaya dapat
dilihat di kitab Pusasar yang digubah oleh Sutan Giri Prapen.
Meskipun banyak keraguan keasliannya, tapi sangat jelas bunyi bait pertama kitab Pusasar yang menuliskan
bahwa Jayabaya yang membuat ramalan-ramalan tersebut.
Ramalan Jaya Baya adalah ramalan tentang keadaan nusantara di setiap masa dan masa yang akan datang.
Dalam ramalan Jayabaya itu dikatakan akan datang masa penuh bencana.
Gunung-gunung akan meletus, bumi berguncang, laut dan sungai akan meluap, dan inilah masa penuh
penderitaan, yaitu masa kesewenang-wenangan dan ketidakpedulian.
Inilah masa orang-orang licik berkuasa dan orang-orang baik akan tertindas.
Namun setelah masa paling berat itu akan datang zaman baru yaitu masa zaman yang penuh kemegahan dan
kemuliaan.
Zaman keemasan nusantara dan zaman baru itu datang setelah datangnya ratu adil atau satrio piningit.
Aktivitas vulkanik di Gunung Semeru membuat warga berkeyakinan Jangka Jayabaya sudah terjadi sebagian, dan
kini ada ramalan yaitu Pulau Jawa suatu saat akan terbelah.
Jangka Jayabaya juga dikaitkan dengan aktivitas vulkanik di Gunung Slamet yang berada di lima kabupaten di Jawa
Tengah, yaitu Brebes, Banyumas, Purbalingga, Pemalang dan Tegal.
Mitos saat ini diyakini jika warga sekitar lereng Gunung Slamet.
Hal ini karena Gunung Slamet itu berada nyaris di tengah-tengah antara Pantai Utara dan Selatan Jawa.
https://bangka.tribunnews.com/2021/12/06/inilah-ramalan-jayabaya-yang-ditakutkan-usai-erupsi-gunung-semeru-singgung-pulau-jawa-terbelah?page=all
