Perang Rusia vs Ukraina
Ukraina Pertanyakan Bantuan NATO dan AS, Volodymyr Zelensky Buka Negosiasi dengan Vladimir Putin
Ukraina kecewa, negara Eropa dan NATO tinggal diam tidak memberi bantuan militer ke Kiev.
Penulis: Guruh Budi Wibowo | Editor: Ilham Yafiz
TRIBUNPEKANBARU.COM - Ukraina kecewa, negara Eropa dan NATO tinggal diam tidak memberi bantuan militer ke Kiev.
Kemana Amerika Serikat yang telah menempatkan ribuan tentaranya di Eropa? dan bantuan NATO?
Pada hari Kamis, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan bahwa Kiev telah memutuskan hubungan diplomatik dengan Moskow atas operasi khusus Rusia untuk demiliterisasi dan de-Nazifikasi Ukraina.
Diberitakan Sputniknews, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky telah mengundang Presiden Rusia Vladimir Putin untuk duduk membuka pembicaraan.
Langkah itu dilakukan sehari setelah Zelensky mengumumkan bahwa Kiev telah memutuskan hubungan diplomatik dengan Moskow.
"Pagi ini telah menjadi sejarah, tetapi sejarah ini benar-benar berbeda untuk negara kami dan Rusia. Dan kami telah memutuskan hubungan diplomatik dengan Rusia", katanya dalam jumpa pers.
Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov, sementara itu, menekankan bahwa Moskow siap untuk negosiasi di Ukraina setiap saat, segera setelah militer Ukraina meletakkan senjata mereka.
Rusia melancarkan operasi militer untuk mendemiliterisasi Ukraina pada pagi hari tanggal 24 Februari.
Dalam pidato yang disiarkan televisi, Presiden Vladimir Putin mengatakan bahwa keadaan memerlukan "tindakan tegas dan segera" dari Rusia menyusul permintaan bantuan republik Donbass.
Putin menggarisbawahi bahwa tujuan dari operasi khusus tersebut adalah demiliterisasi dan denazifikasi Ukraina.
Menurut presiden Rusia, semua tanggung jawab atas pertumpahan darah akan berada pada hati nurani rezim yang berkuasa di Ukraina. Dia meminta militer Ukraina untuk tidak mengikuti perintah kriminal Kiev, meletakkan senjata mereka, dan pulang.
Langkah itu didahului oleh Putin yang mengumumkan awal pekan ini bahwa Moskow telah mengakui Republik Rakyat Donetsk (DPR) dan Lugansk (LPR) sebagai negara merdeka.
LPR meminta bantuan Rusia di tengah peningkatan penembakan oleh Angkatan Darat Ukraina, yang mengakibatkan korban sipil di republik Donbass.
			