Ada Mayat di Trotoar, Rusia Tak Patah Semangat Ambil Alih Kota Kiev, Zelensky Pun Tak Gentar

Rusia kini telah melakukan serangan ke kota Kiev yang merupakan ibu kota Ukraina, presiden Volodymyr Zelensky tak gentar pertahankan diri

AFP/SERGEI SUPINSKY
Tentara Ukraina memungut amunisi yang belum meledak setelah pertempuran melawan Rusia di ibu kota Kiev, Sabtu (26/2/2022) pagi. 

TRIBUNPEKANBARU.COM - Suasana Kota Kiev makin menakutkan, serangan Rusia sulit dibendung.

Saat ini perang Rusia vs Ukraina berlanjut di Kiev. Kedua kubu bertarung secara sengit untuk memperebutkan ibu kota tersebut.

Pada Sabtu (26/2/2022) pagi tentara Ukraina mengumumkan, mereka berhasil memukul mundur serangan Rusia di Kiev.

Ibu kota Ukraina diserangan beberapa jam setelah Presiden Volodymyr Zelensky memperingatkan, Rusia akan berusaha merebut Kiev sebelum fajar.

Invasi Rusia ke Ukraina terjadi sejak Kamis (24/2/2022) setelah diperintahkan Presiden Rusia Vladimir Putin.

Sejauh ini, dampak Rusia invasi Ukraina membuat lebih dari 50.000 orang mengungsi hanya dalam 48 jam, sehingga memicu kekhawatiran akan Perang Dingin baru di Eropa.

Negara-negara Barat mengumumkan sanksi pribadi yang menargetkan Putin ketika tentaranya maju ke Ukraina, sementara Zelensky mendesak negara itu untuk mempertahankan diri.

"Perhatian khusus pada Kiev, kita tidak boleh kehilangan ibu kota," kata Presiden Ukraina.

"Saya beralih ke para pembela kami, pria dan wanita, di semua lini: malam ini musuh akan menggunakan semua kekuatan yang dimilikinya untuk menghancurkan pertahanan kami dengan cara yang berbahaya, kasar, dan tidak manusiawi."

"Malam ini mereka akan mencoba menyerbu (ibu kota)," tambahnya.

Zelensky yang sebelumnya menyerukan tanggapan lebih kuat dari Barat mengatakan, dia sudah berbicara dengan para pemimpin termasuk Presiden Perancis Emmanuel Macron, Kanselir Jerman Olaf Scholz, dan Presiden AS Joe Biden.

"Kami telah menyepakati lebih banyak bantuan, lebih banyak dukungan, dukungan signifikan untuk negara kami," katanya.

Mayat di trotoar

Warga sipil yang bersiap menghadapi pasukan Rusia bersenjata lengkap, mengumpulkan senapan serbu dan didesak oleh Kementerian Pertahanan Ukraina untuk membuat bom Molotov dan menetralisir musuh.

"Saya baru kali pertama memegang senjata kemarin," kata Roman Bondertsev instruktur paralayang yang menjadi pejuang sukarelawan. "Kami akan mencoba yang terbaik."

Halaman
12
Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved