Harga Komoditi Melonjak
Pedagang Sebut Harga Daging Sapi di Pekanbaru Bisa Tembus Rp 150 Ribu
Harga daging sapi di Kota Pekanbaru diprediksi bakal menembus Rp 150.000 per kilogram
Penulis: Fernando | Editor: Nurul Qomariah
TRIBUNPEKANBARU.COM, PEKANBARU - Harga daging sapi di Kota Pekanbaru diprediksi bakal menembus Rp 150.000 per kilogram. Kondisi tersebut seiring kenaikan harga belanja penjual daging dari pemasok.
Informasi yang diperoleh Tribunpekanbaru.com, kenaikan harga daging masih dapat ditepis oleh penjual selama dua pekan ini.
Para pedagang mengaku masih menjual harga daging sapi Rp 130.000 per kilogram.
"Saat ini untuk mempertahankan langganan, selama dua minggu ini dijual 130 ribu, kalau memang tidak bisa ditahan, kami tentu naikkan," ujar satu penjual daging di Pasa Cik Puan, Khairul kepada Tribunpekanbaru.com, Minggu (6/3/2022).
Menurutnya, penjual daging di pasaran mesti menaikkan harga Rp 150.000 per kilogram pekan depan.
Ia menilai harga belanja dari pemasok sebenarnya sudah mengharuskan pedagang menjual daging naik Rp 20.000 dari harga normal.
Dirinya menyebut bahwa penjual daging harus menjual di atas Rp 140.000 per kilogram agar tidak merugi.
Ia menilai bila kondisi ini terjadi kenaikan harga daging sapi menjadi Rp 150.000 per kilogram tidak terhindarkan.
Apalagi dua pekan ini dirinya sudah bertahan untuk menjaga pelanggan tetap membeli daging darinya. Akibatnya pedagang pun merugi hingga jutaan rupiah.
"Kalau melihat harga belanja mestinya minggu depan sudah naik, ya kita lihat. Kalau terus naik terpaksa harga di pasa kita naikkan," paparnya.
Khairul pun berharap harga daging sapi kembali normal. Apalagi di masa yang sulit saat ini harga modal pun harus naik sehingga harga daging sapi di pasaran juga naik.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kota Pekanbaru, Ingot Ahmad Hutasuhut mengatakan, pihaknya masih belum melalukan monitor terkait potensi kenaikan harga daging sapi. Pihaknya segera melakukan penelusuran terkait potensi kenaikan harga daging sapi pada awal pekan ini.
"Kita masih belum monitor, nanti kita telusuri penyebab kenaikannya," jelasnya.
( Tribunpekanbaru.com / Fernando Sikumbang )