Memohon kepada China, Ukraina: Anda Harus Membuat Keputusan Tepat, Ikut Mengutuk Serangan Rusia
tanggapan Xi Jinping terhadap peringatan itu maupun mengatakan betapa kerasnya Biden mendorong Presiden China.
Jika itu terjadi, China kemungkinan tidak hanya dapat membantu Rusia mengatasi sanksi dan melanjutkan perang, tetapi pemerintah Barat akan menghadapi keputusan “menyakitkan” tentang bagaimana menyerang “Negeri Tirai Bambu” yang kemungkinan akan memicu gejolak di pasar internasional.
Tanggapan Presiden China soal invasi Rusia
Berdasarkan laporan media pemerintah China, CCTV, Presiden China Xi Jinping mengatakan kepada koleganya dari AS, Joe Biden, bahwa perang di Ukraina harus diakhiri sesegera mungkin.
“Prioritas utama sekarang adalah melanjutkan dialog dan negosiasi, menghindari korban sipil, mencegah krisis kemanusiaan, menghentikan pertempuran dan mengakhiri perang sesegera mungkin,” kata Xi Jinping kepada Biden melalui panggilan video, dikutip dari Reuters.
Xi menyebut, semua pihak harus bersama-sama mendukung dialog dan negosiasi Rusia-Ukraina sementara Amerika Serikat dan NATO juga harus melakukan pembicaraan dengan Rusia untuk memecahkan "inti" krisis Ukraina dan menyelesaikan masalah keamanan Rusia dan Ukraina.
Rusia lepaskan Rudal Khinzal
Rusia mengakui menembakkan rudal hipersonik untuk menghancurkan sebuah misil dan gudang senjata di Ukraina barat.
Pasukan Rusia menghancurkan depot rudal bawah tanah Ukraina, Jumat (18/3/2022).
Rudal "belati" yang dapat menghindari sistem pertahanan, dikerahkan untuk pertama kalinya selama invasi Rusia untuk menargetkan situs penyimpanan bawah tanah di wilayah Ivano-Frankivsk, diberitakan The Independent.
Juru bicara kementerian pertahanan Rusia, Igor Konashenkov, telah mengonfirmasi bahwa rudal Kinzhal telah menghantam situs tersebut.
Namun, kantor berita Reuters mengatakan tidak dapat secara independen memverifikasi pernyataannya.
Dilansir Mirror, penggunaan senjata adalah tanda terbaru bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin semakin putus asa ketika militernya berjuang untuk melakukan invasi ilegal ke Ukraina.
Serangan itu diyakini dilakukan dengan menggunakan rudal Kinzhal atau 'Belati' yang diklaim memiliki jangkauan sekitar 2.000 km.
Kecepatan dan kemampuan mereka untuk terbang rendah membuat mereka "tidak terlihat" oleh sebagian besar sistem pertahanan anti-rudal, dan mereka mampu membawa hulu ledak nuklir, kata para ahli.
“Sistem rudal penerbangan Kinzhal dengan rudal aero-balistik hipersonik menghancurkan gudang amunisi bawah tanah yang besar di wilayah Ivano-Frankivsk,” kata Konashenkov.