Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

Unjuk Rasa Tak Henti-henti, Giliran Koalisi Muslim Bersatu Balikpapan yang Tuntut Rektor ITK

Ini reaksi terhadap unggahan Rektor Institut Teknologi Kalimantan (ITK) Profesor Budi Santosa Purwokartiko yang dinilai mengandung unsur SAR.

Editor: Muhammad Ridho
TRIBUNKALTIM.CO/DWI ARDIANTO
Unjuk rasa Koalisi Muslim Bersatu Balikpapan di depan Kantor DPRD Balikpapan, Provinsi Kalimantan Timur pada Jumat (13/5/2022). 

TRIBUNPEKANBARU.COM - Sejumlah massa yang tergabung dalam Aliansi Masyarakat Muslim Bersatu Balikpapan menggelar unjuk rasa di Kota Balikpapan, Provinsi Kalimantan Timur pada Jumat (13/5/2022), sekitar jam 13.00 Wita.

Unjuk rasa yang berlangsung depan Kantor DPRD Balikpapan tersebut sebagai bentuk reaksi terhadap unggahan Rektor Institut Teknologi Kalimantan (ITK) Profesor Budi Santosa Purwokartiko yang dinilai mengandung unsur SAR.

"Kami menolak gerakan islamodia, termasuk dalam menolak gerakan yang tidak mewadahi semua agama atau intoleran. Kami akan memerangi semua itu," tegas Penanggungjawab Muslim Bersatu Balikpapan, Abdul Rais.

Ada beberapa tuntutan yang dilayangkan. Di antaranya agar Profesor Budi Santosa Purwokartiko dihentikan sebagai pegawai negeri sipil atau PNS.

Termasuk mencabut gelar profesor yang disandangnya.

"Kami juga menuntut agar rektor ITK Budi dicopot sebagai PNS, mencabut gelarnya sebagai profesor. Dan akan melaporkan ke kepolisian," lugasnya.

Sebab unggahan Facebook-nya yang seolah menyamakan perempuan bertudung kepala ala manusia gurun dianggap intoleran dan bernuansa islamophobia.

Demikian dilakukan, menurut dia, menjadi efek jera agar tidak muncul kejadian serupa.

"Ini sebagai efek jera, agar tidak muncul lagi si Budi yang lain di Kota Balikpapan ini," tegasnya. 

Tanggapan Wagub

Tulisan Prof Budi yang diunggah pada 27 April 2022 viral di medsos, dan memicu reaksi netizen bahkan pejabat tinggi di Pemerintah Pusat.

Wakil Gubernur Kaltim Hadi Mulyadi sendiri menanggapi, seharusnya Rektor ITK tersebur tidak berkomentar yang malah cenderung meresahkan masyarakat.

Serta mengingatkan bahwa memuat tulisan sesuai dengan apa yang menjadi keahlian dan bidangnya.

"Kalau kita bukan bidangnya agama, tau diri saja lah. Komentar lah sesuai bidangnya. Kalau melihat lebih jauh, parah kan ya. Jadi jangan komentar yang meresahkan," ujar Hadi Mulyadi, Selasa (10/5/2022).

Menurut mantan legislator DPR RI ini, masyarakat sudah jenuh dengan pertikaian yang mengarah pada provokasi, etnis tertentu bahkan menyinggung kepercayaan masing-masing.

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved