Lebih dari Seratus Hewan Ternak di Riau Terjangkit PMK, Tersebar di Sejumlah Daerah
Waspada Penyakit Mulu dan Kuku (PMK) pada hewan ternak, ada ratusan ditemukan di provinsi Riau dan tersebar di sejumlah daerah.
Penulis: Syaiful Misgio | Editor: Ilham Yafiz
TRIBUNPEKANBARU.COM, PEKANBARU - Waspada Penyakit Mulu dan Kuku (PMK) pada hewan ternak, ada ratusan ditemukan di provinsi Riau dan tersebar di sejumlah daerah.
PMK menjangkit hewan ternak jenis sapi, di Riau kasusnya sudah ditemukan dan hingga saat ini total sudah ditemukan 171 kasus.
Sejauh ini kasus PMK sudah ditemukan di lima kabupaten. Yani Kabupaten Rohul, Siak, Inhil, Kampar dan Bengkalis.
Kasus PMK di Riau paling banyak ditemukan di Bengkalis dengan total kasus mencapai 100 ekor sapi yang terpapar PMK. Kemudian di Siak 26 ekor, Inhil 24 ekor, Kampar 16 ekor dan di Rohul 5 ekor.
Kepala Bidang (Kabid) Kesehatan Hewan, Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Riau, drh Faralinda Sari mengungkapkan, saat ini kasus PMK sudah menyebar di 9 kecamatan dan 9 desa di lima Kabupaten. Total peternak yang sapinya terjangkit PMK sebanyak 16 orang peternak.
"Sejauh ini baru ada satu ekor sapi yang mati karena PMK, itu di Kampar," kata dokter hewan Fara, Minggu (19/6/2022).
Meski sudah ditemukan ada yang mati, namun menurut Fara, sapi yang terkena PMK di Riau masih bergejala ringan sampai sedang. Belum ditemukan ada yang bergejala berat hingga kuku terlepas.
"Rata-rata gejalanya ringan sampai sedang," katanya.
Pihaknya bersyukur, sejauh ini beberapa daerah yang sebelumnya sempat ditemukan kasus PMK, sapinya sudah banyak yang sembuh.
Seperti di Rohul misalnya, dari lima ekor sapi yang sebelumnya terkena PMK saat ini kelima-limanya sudah sembuh.
Kemudian di Siak juga sudah ada 5 ekor sapi yang sembuh dari PMK, di Inhil sudah ada 12 ekor sapi yang sembuh, di Kampar 14 ekor sapi yang terkena PML juga sudah sembuh. Terakhir di Bengkalis sudah ada 48 ekor sapi yang sembuh dari PMK.
"Total sudah 84 sapi yang sembuh dari PMK," ujar drh Faralinda.
Saat ini kondisi sapi sapi yang dinyatakan sembuh tersebut kondisi kesehatan sudah membaik. Hasil pemeriksaan sampelnya pun sudah negatif.
Namun sapi tersebut masih diisolasi karena meski sudah sembuh dan negatif, potensi penularanya masih bisa terjadi.
"Masih kita isolasi, belum bisa kita lepas liarkan sebelum kita berikan vaksin, karena meskipun sudah negatif, potensi penularanya masih ada, karena virusnya kan masih ada, tapi untuk kondisi kesehatanya sudah membaik," katanya.
Sejauh ini pihaknya bersama dinas Pertenakan kabupaten kota seudah menurunkan tim dokter hewan ke daerah-daerah yang sudah ditemukan PMK.
Para dokter hewan ini diturunkan ke lapangan untuk melakukan tindakan pengobatan sapi yang terpapar PMK.
"Petugas kesehatan hewan di kabupaten sudah memberikan pengobatan suportif dan penanganan infeksi sekunder. Seperti memberi vitamin, antibiotik, dan desinfeksi kandang ternak," katanua.
Selain pengobatan, petugas juga sudah melakukan isolasi hewan ternak yang sakit, agar tidak menular ke ternak lainnya.
Kemudian petugas juga melakukan komunikasi, informasi dan edukasi ke peternak, pengurus desa, dan masyarakat sekitar.
"Petugas kami di lapang lapang terus melakukan pengawasan dan pengamatan terhadap ternak yang ada di sekitar kejadian kasus ditemukanya PMK. Kami pantau terus, apakah sudah ada ternak lain disekitar kejadian yang memiliki gejala yang sama," katanya.
Menurut keterangan Fara, dari tindakan yang dilakukan petugas terhadap sapi yang terjangkit PMK, saat ini kondisi sapi perkembangannya kesehatan membaik.
Meskipun belum dinyatakan sembuh total, namun kondisinya terus membaik. Sehingga sapi-sapi yang sudah dinyatakan positif PMK tersebut tidak ada yang semakin parah.
"Memang belum bisa kita katakan itu sembuh total, tapi progresnya sudah berangsur membaik lah. Sejauh ini belum kita temukan sapi yang terpapar PMK kondisi parah," ujarnya.
( Tribunpekanbaru.com / Syaiful Misgio )
