Bocah 2 Tahun Gigit Ular sampai Mati, Balas Dendam setelah Bibirnya Digigit Ular Liar, Ortu Syok
Siapa yang menyangka. Ular yang mati setelah digigit balita berusia 2 tahun. Ia sakit hati setelah bibirnya digigit duluan oleh hewan liar itu
TRIBUNPEKANBARU.COM- Usaha yang mengejutkan dilakukan seorang balita berusia dua tahun.
Sakita hati bibirnya digigit ular, ia balik menggigit ular tersebut hingga mati. Orangtuanya mendapati si gadis dengan ular yang berada di antara giginya.
Temuan itu memang membuat syok ortunya. Apalagi terdapat juga bekas luka di bagian bibir si bocah.
Baca juga: Ngeri, Pria Ini Tenteng Bangkai Ular ke Rumah, Ngaku ke Istri Habis Gigit Ular Berbisa
Besar kemungkinan ular lebih dulu menggigit bibir bocah perempuan itu sebelum mati digigit si bocah.
Setelah mendapati anak gadisnya mengigit ular, ortu langsung melarikannya ke rumah sakit.
Kejadian itu tentu saja membuat heboh warga sekitar. Beruntung di bocah tak mengalami hal yang mengerikan
Dalam sebuah laporan dikatakan, seorang gadis 2 tahun memberi ular gigitan balas dendam yang fatal sebagai pembalasan setelah menggigit bibirnya.
Anak kecil itu digigit pada 10 Agustus dan berasal dari desa Kantar, Turki, yang dekat dengan Bingol.
Jeritannya dilaporkan terdengar oleh tetangganya saat dia diserang oleh ular di halaman belakang rumahnya.
Ketika mereka sampai padanya, mereka menemukan seekor ular 20 inci bersarang di antara giginya dan bekas gigitan di bibirnya.
Baca juga: Ular Sanca Ditemukan di Kamar Mandi Warga, Hendak Masuk Saluran WC, Sempat Lilit Lengan Petugas
Setelah balita menggigit ular sebagai pembalasan, ular itu akhirnya mati, dan gadis berusia 2 tahun itu kemudian dibawa ke Rumah Sakit Bersalin dan Anak Bingol untuk mendapatkan perawatan medis atas luka-lukanya. Dia telah diobservasi selama 24 jam dan baik-baik saja.
Menurut WHO, anak-anak secara signifikan lebih rentan daripada orang dewasa terhadap efek samping berbisa dari gigitan ular karena massa tubuh mereka yang kecil.
Tergantung pada jenis ularnya, bisanya mengandung protein hemotoksin yang mencegah pembekuan darah atau neurotoksin yang mengganggu impuls saraf. Dengan demikian, gigitan dapat mengakibatkan kerusakan jaringan, kegagalan organ, perdarahan, kelumpuhan, dan efek lainnya.
Spesies ular yang tidak diketahui mungkin terlibat dalam insiden tersebut. Turki memiliki 45 spesies ular, 12 di antaranya beracun.
Baca juga: Wanita Muda Syok Temukan Ular Bersarang di Dalam Bungkus Makanan, Sempat Curiga Karena Ini
Fakta bahwa gadis muda itu tidak dalam kondisi kritis menunjukkan bahwa dia beruntung telah diserang oleh spesies yang tidak berbisa.
Mehmet Ercan, ayah gadis kecil itu, mengatakan bahwa tetangganya mengklaim bahwa ketika putrinya memegang ular dan bermain dengannya, ular itu menggigitnya. Ercan sedang bekerja selama cobaan itu.
Dia melanjutkan untuk menjelaskan bahwa putrinya telah menanggapi dengan gigitan balas dendam.
Baca juga: Pria yang Menghadiri Pemakaman Adiknya yang Meninggal Digigit Ular, Juga Digigit Ular dan Meninggal
Statistik Gigitan Ular
Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), setiap tahun, 5,4 juta orang di seluruh dunia digigit ular. Dari jumlah besar ini, 2,7 juta di antaranya berbisa.
Baca juga: Sanca 4 Meter Ular Terbesar Dievakuasi Damkar Dumai, Tangani Sarang Tawon dan Potong Cincin di Jari
Menurut perkiraan, antara 81.000 dan 138.000 orang per tahun meninggal karena gigitan ular, dan tiga kali lipat dari jumlah itu mengalami kelumpuhan permanen, atau kadang-kadang bahkan dapat menyebabkan amputasi karena bisa ular.
Menurut Pusat Informasi Racun Nasional, ada 550 kasus gigitan ular yang dilaporkan di Turki khususnya, di mana anak kecil digigit, dalam sembilan tahun antara 1995 dan 2004.
Bulan yang paling sering, Juni melihat sekitar 24,3 persen dari insiden ini, yang terutama terjadi di Anatolia Tengah, Marmara, dan wilayah Laut Hitam.
Antibisa ular, yang sering dibuat menggunakan bisa ular, dapat digunakan untuk mengobati gigitan ular. Namun, hanya sedikit negara yang dapat menghasilkan racun ular berkualitas tinggi yang cukup untuk pembuatan antivenom, yang menghadirkan beberapa tantangan untuk produksi antivenom, Newsweek melaporkan.
Proses yang digunakan untuk membuat antitoksin untuk tetanus dan difteri pada tahun 1890-an sebagian besar masih digunakan untuk membuat antivenom hingga saat ini.
Sejumlah kecil racun disuntikkan ke hewan, seperti kambing atau kuda. Sistem kekebalan hewan melepaskan antibodi untuk memerangi racun berbahaya, yang kemudian diambil melalui pendarahan. Setelah dipekatkan dan dimurnikan, serum atau plasma darah diubah menjadi antibisa kelas farmasi.(*)
(Tribunpekanbru.com)
Baca juga: TRAGIS, Gadis 5 tahun Tewas Digigit Ular di Rumah, Saat Dicek,Petugas Ternyata ada Puluhan Ular Lain
Baca juga: Tanpa Tegang Anya Geraldine Main Ular, Netizen Tawarkan Pegang Ular Kepunyaan Mereka
Baca juga: Bersarang di Tepi Sungai, Ular Sanca Berhasil Dijebak, Ternyata Segini Panjangnya, Bikin Warga Geger