Tak Saggup Beli Beras, Warga Sri Lanka Makan Nangka Kari
Nangka telah muncul di menu restoran-restoran trendi di seluruh dunia sebagai pengganti daging sejak beberapa tahun yang lalu.
TRIBUNPEKANBARU.COM - Krisis di Sri Lanka semakin mengkhawatirkan. Banyak warganya kelaparan karena tidak mampu membeli bahan makanan.
Harga makanan kini menjadi sangat mahal dan terkadang langka.
Di negara tersebut, buah nangka menjadi penyelamat penduduk dari kelaparan di tengah krisis ekonomi Sri Lanka.
Di suatu tempat yang dulunya merupakan sawah di luar Kandy, Sri Lanka tengah, Anoma Kumari Paranathala memetik kacang hijau dan daun mint segar dari kebun sayurnya.
Dari sini, sulit untuk membayangkan terjadi kekacauan di tempat lain di negara ini, ketika pemerintah dan ekonomi runtuh.
Terjadi kelangkaan atas semua kebutuhan, mulai dari obat-obatan, bahan bakar, dan makanan.
Bahkan orang-orang dengan pekerjaan bagus pun berjuang untuk membeli kebutuhan dasar.
"Sekarang orang khawatir tentang masa depan mereka. Mereka takut tidak ada yang bisa dimakan," kata Paranathala.
Tanah itu milik keluarganya. Mereka mulai menanam selama pandemi Covid-19 hanya untuk bersenang-senang.
Namun, aktivitas menamam itu sekarang menjadi tulang punggung untuk bertahan hidup.
Paranthala belajar otodidak cara menanam sayuran dari buku dan video di YouTube.
Sekarang dia memiliki tomat, bayam, labu, talas, dan ubi jalar di kebunnya.
Tidak semua orang cukup beruntung memiliki sebidang tanah yang luas, tetapi banyak orang Sri Lanka beralih ke sumber makanan lain, yakni pohon nangka.
"Di setiap kebun, ada pohon nangka," kata Paranathala.
"Tetapi sampai baru-baru ini, orang tidak memperhatikan nangka. Mereka hanya jatuh dari pohon dan terbuang sia-sia," ucap dia.
Dari hasil kebun, Paranathala sudah mulai membuat kari kelapa kental dengan buah nangka, menggantikan sayuran yang sekarang mahal untuk dibeli, atau daging.
Nangka juga sekarang muncul di makanan kottu, hidangan tumis populer yang dijual sebagai makanan jalanan.
Beberapa orang menggiling biji nangka untuk membuat tepung roti dan kue.
Nangka telah muncul di menu restoran-restoran trendi di seluruh dunia sebagai pengganti daging sejak beberapa tahun yang lalu.
Tetapi di Sri Langka, dibutuhkan krisis besar untuk membuatnya populer di negara itu, di mana tanaman ini tumbuh.
"Ini adalah sesuatu yang tidak bisa dijelaskan. Ini surgawi," kata Paranathala.
Inflasi makanan tahunan di Sri Lanka terdata telah mencapai 75,8 persen di bulan Juni.
Warga Sri Lanka menghabiskan 29,6 persen dari pendapatan mereka untuk makanan.
(*)
