Importir Baju Bekas Bakal Diburu, E-commerce Dilarang Jual Pakaian Seken
Menperin menceritakan, pihaknya sudah mendapat perintah langsung dari Presiden untuk segera menangani hal tersebut.
TRIBUNPEKANBARU.COM - Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita, menyampaikan pemerintah mendukung dan memiliki kepentingan besar untuk industri.
Apalagi, pada tahun 2022 Industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) dalam negeri mengalami kontraksi hingga kini.
Adapun berdasarkan survei Indeks Kepercayaan Industri (IKI) pada Februari 2023, kondisi ekonomi global menjadi faktor utama kemerosotan kinerja TPT.
Namun, maraknya impor sepatu bekas secara ilegal memperparah performa industri ini.
"Bukan hanya pakaian bekas, tetapi yang bekas-bekas itu kalau impor tidak boleh. Isunya bukan sirkular ekonomi dan lingkungan, tetapi kalau dia impor barang bekas apapun itu, baju maupun sepatu itu tidak boleh terjadi, kita harus stop.
Kementerian Perindustrian fokus akan hal itu saat ini. Di e-commerce juga tentu tidak boleh," tutur Agus usai mengisi acara Business Matching Belanja Produk Dalam Negeri, Senayan, Jakarta, Rabu (15/3/2023).
Menperin menceritakan, pihaknya sudah mendapat perintah langsung dari Presiden untuk segera menangani hal tersebut.
"Tadi sudah ada perintah dari bapak Presiden, nanti kita bentuk tim dan yang paling penting dari Aparat Penegak Hukum (APH) nanti.
Caranya akan banyak nanti. Tetapi paling penting APH. Kita akan bicarakan lebih lanjut nanti," jelas Agus.
Di acara yang sama, Presiden Joko Widodo memerintahkan berbagai pihak untuk segera menindak para importir barang bekas.
"Sudah saya perintahkan untuk cari betul dan ini sudah sehari, dua hari, sudah banyak yang ketemu.
Itu mengganggu industri tekstil di dalam negeri, sangat menggangu.
Jadi yang namanya impor pakaian bekas sangat menggangu industri dalam negeri," ungkap Jokowi.
Presiden mengklaim pelaku impor pakaian bekas sudah banyak yang ditemukan.
“Sudah saya perintahkan untuk mencari betul dan sehari dua hari sudah banyak yang ketemu,” kata Presiden usai acara pembukaan Business Matching Produk Dalam Negeri Tahun 2023 di Istora Senayan, Jakarta, Rabu (15/3/2022).
Menurut Presiden impor pakaian bekas sangat mengganggu industri dalam negeri di Indonesia.
Peredaran pakaian bekas dari luar negeri telah mengganggu industri tekstil Indonesia.
“Itu mengganggu industri tekstil di dalam negeri. Sangat mengganggu, yang namanya impor pakaian bekas, mengganggu sangat mengganggu industri dalam negeri kita,” pungkasnya.
Sebelumnya Kementerian Perdagangan (Kemendag) melarang adanya impor pakaian bekas masuk ke Tanah Air.
Larangan impor tersebut tertuang dalam Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 18 Tahun 2021 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 40 Tahun 2022 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 18 Tahun 2021 Tentang Barang Dilarang Ekspor dan Barang Dilarang Impor.
Direktorat Jenderal Bea Cukai (DJBC) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) sendiri telah melakukan 44 penindakan per Februari 2023 terhadap masuknya pakaian bekas ke Indonesia.
Dari 44 penindakan tersebut DJBC telah mengamankan 1.700 bal baju bekas.
E-commerce Dilarang Menjual
Shopee akan mengikuti aturan pemerintah yang melarang penjualan pakaian bekas impor di e-commerce.
Head of Public Affairs Shopee Indonesia Radynal Nataprawira mengatakan, pihaknya memiliki kebijakan barang yang dilarang dan dibatasi untuk dijual, yang sejalan dengan aturan pemerintah terkait pelarangan penjualan barang impor bekas, termasuk pakaian impor bekas.
"Kami secara aktif terus melakukan pemantauan setiap hari dan menurunkan produk yang melanggar aturan platform kami.
Shopee akan terus berkoordinasi dengan pemerintah terkait hal ini, dan berkomitmen untuk mematuhi aturan yang berlaku," ujarnya saat dihubungi Kompas.com, Rabu (15/3/2023).
Walau demikian, Radynal menuturkan, sejalan dengan komitmen Shopee membantu pengusaha lokal dan produk lokal untuk dapat bertumbuh di platform-nya, Shopee memiliki kanal khusus untuk UMKM agar menjual produk-produknya.
"Melalui kanal Shopee Pilih Lokal disana kami gencarkan penjualan produk UMKM dan juga berbagai kampanye menarik yang kami hadirkan," jelas Radynal.
Adapun diberitakan sebelumnya, Kementerian Koperasi dan UKM (KemenkopUKM) mengatakan, pihaknya akan melarang penjualan pakaian bekas impor di e-commerce dan media sosial.
Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengatakan, penanganan yang lebih terukur dilakukan di e-commerce untuk melarang penjualan produk pakaian bekas impor.
"Kalau itu ada di ecommerce akan kami tegur, tapi kalau di media sosial susah," ujar dia dalam konferensi pers, Senin (13/3/2023).
Memberantas perdagangan baju bekas impor mesti harus kucing-kucingan dengan aparat.
Veri Anggrijono saat menjabat sebagai Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Jenderal (Dirjen) Perdagangan Luar Negeri, beberapa waktu lalu mengatakan, aktivitas impor baju bekas masih terjadi di Indonesia meski upaya memblokadenya terus dilakukan.
Saat ini aktivitas impor baju bekas menggunakan dua jalur pintu masuk hingga tiba di Indonesia.
Kata Veri, dua jalur itu berada di kawasan Indonesia Timur, terutama di wilayah Nusa Tenggara Timur dan Manado.
"Teridentifikasi dari wilayah Timur sekarang. Tadinya kan wilayah-wilayah Sumatera, sekarang sudah ada di wilayah Timur. Wilayah Timur dari wilayah Nusa Tenggara, dari Manado, yang berbatasan dengan laut-laut lepas," ujar Veri.
Veri menegaskan, jalur perdagangan impor baju bekas sebelumnya berada di kawasan Indonesia bagian Barat. Namun, setelah dijaga ketat, jalur itu justru beralih ke bagian Timur Indonesia.
"Jalur Barat sudah mulai ketat pengawasannya, dari bea cukai, kepolisian, dinas kita di daerah. Mereka sekarang pindah-pindah tempat," tutur dia.
Dikatakan Veri, Kemendag akan bekerjasama dengan pihak terkait untuk mengawasi proses importasi baju bekas yang masuk di Indonesia.
"Ya memang kalau dikatakan untuk berdagang baju bekas, belum ada larangannya. Yang larangannya itu proses importasinya," kata Veri.
"Itu lah kita perlunya berkolaborasi dengan kementerian/lembaga lainnya, karena kalau kita sendiri mengawasi, kita tahan, kita tahu pintu-pintu masuk yang sudah banyak, kita secara berkala kita lakukan pengawasan," sambungnya.
Lebih lanjut, Veri berharap agar masyarakat bisa turut aktif melakukan pengawasan sesuai batasan Undang-undang Perlindungan Konsumen.
"Karena kalau hanya kami, kami hanya punya tangan dua, jumlah SDM terbatas, perlu masukan dari masyarakat," ucapnya.
Terakhir, Veri meminta masyarakat cerdas dalam membeli barang-barang impor. Terlebih menyoal dampak dari penggunaan barang bekas itu.
"Kita himbau kepada masyarakat, coba lah kita jadi masyarakat yang cerdas. Boleh murah, tapi harus lihat efeknya. Itu yang harus kita berikan pemahaman," tutur dia.
Fenomena Barang Thrifting
Media sosial baru-baru ini tengah diramaikan dengan topik "thrift" atau penghematan dengan cara membeli barang bekas layak pakai, seperti pakaian.
Diketahui, fenomena thrifting ini tengah digandrungi oleh sejumlah orang di Indonesia.
Sebab, orang-orang dapat membeli pakaian bagus dengan harga yang terjangkau dengan kondisi yang masih layak dipakai.
Lantas, apa sebenarnya fenomena thrifting ini?
Dilansir dari CBC (19/11/2019), menurut suvei Kijiji (layanan iklan baris online milik eBay), orang Kanada cenderung tertarik mencari pakaian bekas dengan alasan altruistik dan ekologis sebagai motivasi bagi konsumen.
Dalam artikel disebutkan, ide berbelanja di toko barang bekas mengingatkan masyarakat pada gambaran mengobrak-abrik rak pakaian secara acak, lusuh, dan mungkin bau.
Namun, saat ini masalah iklim mendorong ledakan industri penjualan barang bekas menjadi bergairah kembali.
"Ada pasar 12 miliar dollar AS (sekitar Rp 1,7 triliun) berdasarkan penelitian kami ketika kami mulai. Sekarang pasar memperoleh 24 miliar dollar AS (sekitar Rp 3,4 triliun), dan berharap itu menjadi pasar dengan 50 dollar AS (sekitar Rp 7,1 triliun) dalam waktu singkat," ujar salah satu pendiri San Fancisco-ThredUP, Chris Homer.
ThredUP merupakan sebuah pasar online untuk pakaian bekas yang meluas di Kanada.
"Di Kanada saja, kami telah melihat hampir 70 persen pertumbuhan dari tahun ke tahun dalam platform kami," lanjut dia.
Menurutnya, industri fesyen telah dikritik karena dampaknya terhadap lingkungan, baik untuk barang bekas, yang disebut fast fashion yang menumpuk di tempat pembuangan sampah.
Selain itu, dampak lain yakni jejak karbon yang diperkirakan lebih besar daripada gabungan industri perkapalan dan maskapai penerbangan.
Kendati demikian, membeli pakaian bekas membantu mengatasi masalah ini.
Belanja dengan "Altruistik"
Sebuah laporan dari pasar online Kijiji menegaskan, sikap konsumen mulai berubah dalam pergeseran ke arah perdagangan yang berorientasi pada orang banyak.
Penemuan menunjukkan bahwa motivasi biaya turun empat persen, sementara motivasi altruistik dan ekologis naik enam persen.
Altruistik merupakan sikap perhatian terhadap kesejahteraan orang lain tanpa memperhatikan diri sendiri. Perilaku ini merupakan kebajikan yang ada dalam banyak budaya dan dianggap penting oleh beberapa agama.
Masalah lingkungan menjadi prioritas utama banyak pembeli di toko barang bekas Value Village di ujung barat Toronto.
"Limbah pakaian adalah salah satu polutan terbesar, jadi ini jelas membantu karena kami tidak membeli lebih banyak pakaian baru," kata salah satu pelanggan, Daniela Baiocch.
Sementara itu, konsultan ritel, bruce Winder mengatakan, target pasar fast fashion yakni mereka yang muda-mudi dan sadar gaya dengan anggaran terbatas, dan juga mereka yang peduli dengan kesehatan planet ini.
"Milenial muda khususnya, bersama Gen Z, sangat sadar lingkungan. Dan mereka melihat setiap merek dan setiap produk dalam kaitannya dengan apa yang berdampak pada masyarakat, tetapi juga apa dampaknya terhadap karyawan dan lingkungan," ujar Winder.
Pemilik salah satu jaringan kecil dari toko barang bekas di Toronto, Common Sort, Nicole Babin mengatakan, ia dan stafnya sangat selektif terhadap barang dagangannya.
Ia mengaku mendapatkan pembeli yang cukup banyak setiap harinya.
Hal itu menjadi motivasinya untuk terus menyeleksi barang-barang bekas yang terbaik untuk dijual kembali.
“Kami mengukur semua yang ada di toko agar terlihat bagus, dan jika tidak bersih, kami mencucinya,” ujar Babin.
"Jadi pelanggan tidak memiliki bau seperti di beberapa toko vintage," lanjut dia.
Stigma yang memudar
Di sisi lain, tidak semua orang tertarik untuk membeli atau menggunakan barang-barang yang dijual kembali.
Di Value Village, manajer distrik Christine Riddell mengatakan, ada stigma tentang barang bekas.
"Ketika saya tumbuh dewasa, tidak keren jika memakai pakaian bekas. Sebab, tindakan itu mewakili orang-orang yang tidak punya uang untuk beli pakaian baru," ujar Riddel.
Namun, stigma tersebut berubah dengan cepat.
Riddel juga mengatakan bahwa kegilaan Marie Kondo dalam serialnya Tidying Up benar-benar membantu membawa kesadaran akan pentingnya perampingan rumah, dan mendaur ulang barang bekas daripada membuangnya ke tempat pembuangan.
Faktanya, dibutuhkan lebih dari 700 galon air untuk membuat kaus katun, dan lebih dari 1.500 galon air untuk membuat sebuah celana jeans.
Kendati demikian, konsumen ingin membuat pilihan yang lebih cerdas.
| INILAH Toko Online di Shopee hingga Tokopedia yang Bakal Kena Pajak |
|
|---|
| Gratis Ongkir di E-commerce Tak Dibatasi, Konsumen Masih bisa Dapatkan Promonya |
|
|---|
| Gratis Ongkir Dibatasi di e-commerce Pemerintah Keluarkan Kebijakan, Begini Aturannya |
|
|---|
| Penjualan Brand Lokal dan UMKM Meningkat hingga 7x Lipat di Puncak Kampanye 12.12 Birthday Sale |
|
|---|
| Ajak Kreator Ubah Passion Jadi Peluang, Raditya Dika Berbagi Soal YouTube Shopping Affiliate |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/pekanbaru/foto/bank/originals/thrift-shop.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.