Apa Itu Ngaret dalam Bahasa Gaul? Simak Penjelasannya!
Dalam artikel ini akan dibahas tentang apa arti kata ngaret dalam Bahasa Gaul yang VIRAL di Medsos dan bagaimana pula budaya ngaret di Indonesia
TRIBUNPEKANBARU.COM - Inilah arti ngaret dalam bahasa gaul atau apa itu ngaret.
ata ngaret yang VIRAL di Medsos berasal dari kata dasar karet , lantas apa arti kata ngaret dalam Bahasa Gaul dan bagaimana pula budaya ngaret di Indonesia bisa ada.
Dalam artikel ini akan dibahas tentang apa arti kata ngaret dalam Bahasa Gaul yang VIRAL di Medsos dan bagaimana pula budaya ngaret di Indonesia bisa ada .
Untuk menjawab apa arti kata ngaret dalam Bahasa Gaul , kita akan melihat kepada asal kata ngaret yakni karet.
Sesuai dengan asal katanya, ngaret artinya melar atau molor dan kata ngaret digunakan oleh kalangan anak muda untuk menggambarkan sesuatu yang melar atau molor dari waktu yang telah direncanakan.
Kata ngaret kerap digunakan untuk menggambarkan seseorang yang tidak tepat waktu dari waktu yang sudah disepakati.
Jika ada teman yang terlambat ke satu pertemuan atau anda yang sering terlambat datang ke pertemuan bersama teman-teman, itu satu di antara sifat ngaret.
Nah, anak muda menggunakan kata ngaret itu untuk temannya yang sering telat datang ke pertemuan, bahkan ada teman yang digelari tukang ngaret.
Kebiasaan ngaret ini bisa berdampak negatif, karena bisa saja teman jadi tidak suka dengan kita, bahkan jika ngaret saat janjian dengan gebetan, gebetan bisa disambar orang lain.
Bagi yang beragama Islam, sholatlah tepat waktu dan berjamaah, jangan sampai ngaret hingga sholat di akhir waktu, karena bisa saja anda lupa hingga tanpa sadar telah meninggalkan sholat.
Kebiasaan ngaret harus dihilangkan agar jadi orang yang tepat waktu, sehingga semua pekerjaan bisa diselesaikan tepat waktu dan janji bisa ditepati.
Lantas, bagaimana dengan budaya ngaret di Indonesia ?
Menelusuri Budaya Ngaret di Indonesia
“Sorry telat, tadi macet.” Pernah gak mendengar kalimat tersebut jadi alasan seseorang ketika terlambat datang ke sebuah acara? Macet memang kerap dijadikan alasan.
Apalagi beberapa lembaga riset memang menunjukkan betapa makin macetnya kota-kota besar di Indonesia.
Lembaga riset Inrix pada 2017 mengumpulkan data, dari 1.360 kota di 38 negara yang mencakup lebih dari 250.000 kilometer persegi jalan, dan berfokus pada kemacetan di seluruh sepanjang hari dan minggu.
Hasilnya, Jakarta berada pada daftar 25 kota-kota termacet di dunia yang peringkatnya naik ke posisi 12 dibanding 2016 pada posisi 22.
Dalam riset itu disebut, lama waktu yang dihabiskan pengendara ketika macet mencapai 63 jam dalam setahun.
Berdasarkan persentase, rata-rata waktu yang dihabiskan pengendara saat macet adalah 20 persen.
Lalu, Bandung menduduki posisi kedua kota termacet di Indonesia, setelah Jakarta. Lama waktu kemacetan di Bandung meningkat dari 2016, mencapai 46 jam dalam setahun.
Namun macet sudah tidak relevan dijadikan alasan seseorang terlambat datang.
Sebab, seharusnya seseorang sudah mempersiapkan diri agar tidak terlambat.
Ada alasan lain kenapa seseorang sering terlambat, yaitu budaya ngaret.
Sosiolog dan Peneliti Independen, Bayu A Yulianto mengatakan, ngaret menjadi kebiasaan buruk orang Indonesia, dan menjadi tradisi yang sulit ditinggalkan.
Bahkan, asumsi orang Indonesia tak bisa lepas dari ngaret kini sudah menjadi stereotype karena mereka sulit menjaga waktu.
Khususnya, ketika membuat janji dalam sebuah pertemuan. Budaya ngaret terjadi karena Indonesia memiliki konsep waktu yang sangat longgar.
Contohnya penyebutan “abis maghrib” atau “abis isya”. Itu merupakan konsep waktu yang sangat longgar.
“Konsep waktu longgar memungkinkan orang untuk melebarkan atau memperpanjang waktu,” ujar Bayu kepada Kompas.com seusai acara GrabBike Dukung Pejuang #AntiNgaret di Bandung, belum lama ini.
Bayu mengatakan, konsep waktu longgar juga dimiliki sejumlah negara di Amerika Latin seperti Brasil, Colombia, dan Venezuela.
Melihat itu, ada kecenderungan budaya ngaret terjadi di negara-negara berkembang atau bekas jajahan seperti Indonesia.
“Di negara maju gak ada. Di Asia misalnya, Jepang sangat terkenal disiplin pada waktu.
Padahal sama-sama berada di Asia dengan Indonesia,” imbuh dia.
Budaya ngaret di Indonesia sudah berlangsung lama.
Setidaknya makin berkembang pada tahun 1980-an.
Pada tahun itu, Indonesia mulai merasakan macet karena kondisi angkutan umum dan jumlah jalan yang terbatas.
Makin lama kondisi macet makin menggila hingga kerap dijadikan alasan bagi orang yang suka ngaret. Padahal alasan macet saat ini sudah tidak relevan lagi.
“Orang yang tidak suka ngaret akan pergi lebih awal agar tidak terlambat.
Sedangkan orang yang dasarnya pengen ngaret bakal telat."
"Ada hambatan struktur di luar dirinya yang menyebabkan dirinya sulit untuk on time,” ungkap Bayu.
Apalagi, dengan berkembangnya trasportasi seperti ojek online, seharusnya dimanfaatkan agar tidak telat.
Senior Manager Area Marketing Grab Indonesia Hery Yulianto mengatakan, ada banyak orang yang tak ingin terjebak dalam kebiasaan mengulur-ulur waktu. “Kami menyebutnya pejuang #AntiNgaret,” tutur Hery.
Untuk mendukung hal tersebut, Grabbike menghadirkan kampanye #AntiNgaret di delapan daerah besar di Indonesia, yakni Semarang, Yogyakarta, Medan, Bandung, Makassar, Surabaya, Palembang, dan Jabodetabek. sumber data: Kompas.com
( Tribunpekanbaru.com / Pitos Punjadi )
Keberadaan Ahmad Sahroni saat Demo di Jakarta, Tiba-tiba Muncul Foto yang Hebohkan Publik |
![]() |
---|
Selebgram Jerome Polin Ngaku Diberi Tawaran Rp 150 Juta Jadi Buzzer: Uang Rakyat Untuk Pencitraan |
![]() |
---|
6 FAKTA Brimob yang Bawa Rantis dan Melindas Ojol Affan: Dikira Batu, Penglihatan Terganggu |
![]() |
---|
Posisi 7 Anggota Brimob dalam Mobil yang Melindas Ojol Affan: Bripka R dan Kompol C Jadi Sorotan |
![]() |
---|
UPDATE Demo di Polda Metro: Truk Sampah Digiring ke Arah Polisi |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.