Gunung Marapi Erupsi

Kisah Warga Pekanbaru Selamat dari Erupsi Marapi, Meletus Tanpa Aba-aba, Hujan Batu dan Awan Panas

Ridho Kurniawan menyimpan banyak cerita mencekam setelah selamat dari kejadian erupsi Gunung Marapi Sumatera Barat

Penulis: Theo Rizky | Editor: Nurul Qomariah
TribunPadang.com/Fajar Alfaridho Herman
Muhammad Ridho Kurniawan, korban erupsi Gunung Marapi Sumbar yang merupakan warga Pekanbaru dirawat di RSUD Achmad Mochtar Bukittinggi, Sumbar, Kamis (7/12/2023. TribunPadang.com/Fajar Alfaridho Herman 

TRIBUNPEKANBARU.COM, PEKANBARU - Kejadian erupsi Gunung Marapi Sumatera Barat menyimpan banyak cerita mencekam bagi para korban yang selamat.

Satu di antaranya adalah Muhammad Ridho Kurniawan (21).

Ia bersama dua temannya, Aditya Sukirno Putra (21) dan Muhammad Arbi Muharman (21) kini masih dirawat di RSUD Achmad Mochtar Bukittinggi.

Ketiganya adalah warga Kota Pekanbaru.

Kejadian yang hampir merenggut nyawanya tersebut masih teringat jelas dalam ingatannya.

"Kami lagi mau turun dari puncak sekitar jam 2 atau jam 3, di tengah perjalanan tiba-tiba gunung meletus, gak ada aba-aba, gak ada tanda-tanda, setelah meletus ada hujan batu, kami lari ke bawah menyelamatkan diri lalu berlindung," kata Ridho membuka cerita saat ditemui di RSUD Achmad Mochtar Bukittinggi, Kamis (7/12/2023).

Saat berlindung, kepala dan kaki Ridho terkena batu hingga terluka.

"Siap hujan batu, lalu ada awan panas, bau belerang kuat sekali," kata Ridho.

Akibatnya, tangannya juga mengalami luka bakar, karena kondisi tanah yang panas. Ia sesekali meletakan tangannya ke lumut untuk mendinginkannya.

Sekitar 3 menit berlindung, awan panas mereda dan hari terlihat terang, saat itu ia melihat teman-teman-teman dan pendaki lainnya, ada yang berbaring, ada juga yang minta tolong karena kaki nya patah.

"Kami bertiga waktu berusaha turun, karena Adit yang kondisinya masih bisa berjalan, jadi saya menyuruhnya untuk duluan turun dan mencari bantuan. Kalau Arbi kondisinya saat itu sudah parah," lanjut Ridho.

Ia bersama Arbi memberanikan diri untuk terus melanjutkan perjalanan dengan cara ngesot dan sesekali menggulingkan badannya karena sulit berjalan.

Selanjutnya ia bersama Arbi menemukan sebuah pondok yang letaknya tidak jauh dari tempat biasa pendaki mendirikan tenda.

"Jadi kami masuk kedalam pondok lalu sembunyi dibawah meja,"jelasnya.

Saat berada di pondok, ia berteriak dan didengar oleh pendaki lainnya yang masih selamat.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved