Global Forest Map 2020 Tak Akurat, Pemerintah Indonesia Akan Sampaikan Koreksi ke Uni Eropa
Pemerintah Indonesia menilai peta hutan dunia yang diluncurkan oleh Eropa (Global Forest Map – GFM) 2020 banyak yang tidak akurat
TRIBUNPEKANBARU.COM, JAKARTA - Uni Eropa telah meluncurkan peta hutan dunia (Global Forest Map – GFM) 2020 sebagai acuan pelaksanaan EUDR pada platform European Union Forest Observatory (EUFO). Namun, akurasi peta itu memiliki masalah di sejumlah titik di Indonesia.
Plt Dirjen Pengelolaan Hutan Lestari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Agus Justianto mengatakan, pemerintah Indonesia akan melakukan upaya koreksi atas peta tersebut.
Sebab, GFM 2020 tersebut akan mengimbas negatif kepada komoditas kayu, komoditas daging ternak, sawit, kakao, kopi, kedelai, dan karet serta produk turunannya yang berasal dari Indonesia.
"Jangan sampai, komoditas-komoditas itu dianggap dari hasil deforestasi," sebutnya.
Untuk itu, kata Agus Justianto, pemerintah Indonesia tengah menyiapkan misi diplomasi untuk mengoreksi peta hutan yang menjadi acuan Uni Eropa dalam pelaksanaan Deforestation-free Regulation (EUDR) tersebut.
Ia menyebutkan, langkah diplomasi dilakukan Pemerintah Indonesia melalui Kedutaan Besar Republik Indonesia untuk Uni Eropa di Brussels, Belgia.
"Langkah-langkah diplomasi akan dilakukan melalui jalur bilateral maupun multilateral," katanya di Jakarta, Senin (29/4/2024).
Agus Justianto mengatakan, berdasarkan hasil pencermatan yang dilakukan dengan membandingkan antara Peta Tematik GFM dengan Peta Tematik SIMONTANA (Sistem Monitoring Hutan Nasional) yang dimiliki KLHK, terungkap ada persoalan akurasi pada GFM Uni Eropa.
Sebut saja tentang over estimasi tutupan hutan.
Menurut dia, objek yang diidentifikasikan sebagai hutan oleh GFM Uni Eropa ternyata kondisi lapangannya tidak seluruhnya hutan tetapi berupa antara lain semak belukar, pertanian, perkebunan, penutupan lahan lainnya dan tubuh air.
Contohnya peta GFM Uni Eropa menunjukkan ada tutupan hutan pada tubuh air Danau Rawa Pening, Jawa Tengah.
Contoh lain, peta tersebut menunjukkan ada tutupan hutan pada ruas jalan di DKI Jakarta.
Selain itu, peta GFM Uni Eropa juga menunjukkan ada tutupan hutan padahal lahan di lokasi tersebut berupa kebun sawit seperti di Aceh Tamiang.
Ada juga yang berupa lahan baku sawah, bahkan kebun-kebun kopi rakyat di Bali dimasukkan dalam tutupan hutan pada GFM.
Langkah diplomasi untuk membangun pemahaman yang sama tentang tutupan hutan dan deforestasi telah dilakukan KLHK dengan World Resources Institute (WRI) penerbit Peta Global Forest Watch (GFW).
Uni Eropa
KLHK
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK)
Agus Justianto
Tribunpekanbaru.com
PEJABAT Publik tak Boleh Asal-asalan Gunakan Sirene di Jalan Raya, Ingat Sudah Diberi Surat Edaran |
![]() |
---|
Tak Jadi Jabat Menko Polkam, Inilah Tugas Baru Mahfud MD dari Presiden Prabowo Subianto |
![]() |
---|
Modal Belajar di Internet, Cewek Tamatan SMA Nyamar jadi Dokter, Nipu Orang hingga Setengah Miliar |
![]() |
---|
Terungkap Fakta Baru, Kacab Bank BUMN Ilham Pradipta Ternyata Bukan Target Utama Pembunuhan |
![]() |
---|
Sudah Dipercaya Prabowo, Sosok Dony Oskario yang Jabat Plt Menteri BUMN Bukanlah Orang Sembarangan |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.