Nelayan Bengkalis Ditangkap
Nelayan Bengkalis Ditangkap Polisi Malaysia, Fatimah Berharap Suaminya Bisa Segera Pulang
Fatimah berharap suaminya segera pulang ke rumah. Enam nelayan Bengkalis ditangkap polisi Malaysia.
Penulis: Muhammad Natsir | Editor: M Iqbal
TRIBUNPEKANBARU.COM, BENGKALIS - Fatimah (48) tak dapat menyembunyikan rasa sedihnya. Sebab, suaminya Agus (53) merupakan satu diantara enam nelayan Bengkalis yang ditangkap Polisi Malaysia beberapa hari lalu.
Bahkan hingga saat ini, warga Desa Muntai Kecamatan Bantan belum mengetahui nasib sang suami.
Fatimah mendapat kabar Agus terakhir kali melalui sambungan telepon pada Kamis (6/6/2024) sekitar pukul 16.00 WIB.
Saat itu sanga suami sudah berada di Batu Pahatm Malaysia.
Pada saat itulah Agus mengabarkan dirinya ditangkap Polisi Perairan Malaysia yang saat itu ia bersama temannya menyelamatkan diri dari cuaca buruk ditengah laut.
"Terakhir bapak memberi kabar saat sudah diamankan petugas. Saat itu Bapak menelepon melalui sambungan WA pribadinya. Ia mengatakan dirinya bersama lima rekanya diamankan petugas Malaysia ke Batu Pahat karena masuk wilayah perairan Malaysia saat menghindari cuaca buruk di laur," kata Fatimah tersedu sedu menahan air mata.
Menurut dia, saat itu Agus mengaku dalam keadaan sehat dan mendapat perlakuan baik dari petugas Malaysia. Namun belum tahu kapan bisa kembali ke Desa Muntai karena masih dalam pengamanan Petugas di sana.
Setelah itu, sampai hari ini Fatimah tidak lagi menerima kabar dari Agus. Bahkan tidak bisa lagi menghubungi nomor Agus padahal usai menelpon terakhir kemarin Agus berjanji akan memberikan kabar kembali karena saat itu ingin melaksanakan salat.
"Memang saat berangkat ke laut paket internet bapak tidak ada. Mungkin kemarin menghubungi kami memakai jaringan wifi yang difasilitasi petugas di sana, bisa aja mungkin saat ini hpnya sudah disita," jelasnya.
Menurut dia, pihaknya saat ini tinggal menunggu kabar dari pihak terkait, berharap Agus bisa dipulangkan dalam waktu dekat. Kembali berkumpul dengan keluarga.
"Kami cuma ingin bapak bisa cepat pulang dengan kawan kawannya beserta alat tangkap ikannya. Karena memang dari dahulu kerja bapak nelayan mencari ikan sebagai mata pencarian utama keluarga kami. Mohon doanya," harap Fatimah.
Fatimah tidak bisa bercerita banyak, karena memang tidak tahu kondisi sebenarnya saat kejadian. Seperti apa situasi Agus dan kawan kawan saat terjadi cuaca buruk ketika menangkap ikan, sehingga bisa masuk ke wilayah negara Malaysia.
"Yang ibu dengar dari bapak kemarin itulah yang bisa ibu ceritakan," jelasnya.
Menurut ibu empat orang anak ini, mereka hidup dari dahulu sampai hari ini dari hasil melaut Agus, bahkan sampai bisa menyekolahkan anak hingga S2 dari hasil nelayan ini.
"Saat ini tanggung jawab kami masih banyak, anak anak juga masih ada yang kuliah mau wisuda dan KKN lagi butuh biaya butuh kehadiran bapak sebagai tulang punggung keluarga, kalau penghasilan sendiri manalah cukup, ibu hanya honorer Depag gaji delapan ratus ribu perbulan itupun sudah tiga bulan belum keluar gajinya," curhat Fatimah.
Fatimah sangat berharap suaminya bisa segera pulang, dirinya hanya bisa pasrah menunggu suaminya di pulangkan dengan terus berdoa kepada Allah semoga segala urusan dipermudah.
Seperti diberitakan sebelumnya Enam orang nelayan Bengkalis asal Desa Muntai Kecamatan Bantan Bengkalis ditangkap Polisi perairan Malaysia saat melaut, Rabu (5/6) sore.
Mereka diantaranya Fauzan (56) warga Dusun Pusaka, Desa Muntai, Muslim (46), Agus (53), Indri (36), Sariman (40) warga Dusun Tua Desa Muntai dan Sudirman (47) Warga Desa Kembung Luar namun kelahiran desa Muntai juga.
Kejadian ini diungkap langsung Kepala Desa Muntai M Nurin kepada tribunpekanbaru.com, Minggu (9/6) pagi. Menurut dia, berdasarkan cerita dari pihak keluarga salah satu nelayan yakni Fauzan, mereka melaut menggunakan dua kapal Rabu petang lalu.
"Biasanya menjaring inikan berlangsung dua sampai tiga malam, Namun Kamis siang menurut keterangan keluarga angin di laut sangat kencang. Mereka para nelayan kita ini mencari tempat aman dan kemungkinan masuk ke wilayah perairan Malaysia dan ditangkap Polis marine Malaysia," cerita Kades.
Setelah kejadian tersebut pihak keluarga tidak lagi dari para nelayan tersebut. Baru mendapat kabar lagi sekitar pukul 16.00 WIB, Fauzan salah satu nelayan tersebut menelpon istrinya mengabarkan mereka sudah berada di Batu Pahat dan di tahan petugas Malaysia.
"Keterangan dari Fauzan melalui telpn menyampaikan kepada keluarganya mereka di tahan petugas Malaysia karena melewati batas wilayah negara saat angin kencang, dan di bawa ke Batu Pahat. Tolong kasih tau yang lain mereka berenam dalam keadaan aman dan sehat," ungkap Kades.
Pihak Keluarga yang mendapat informasi ini kemudian langsung bertemu Nurin selaku kepala Desa. Pihaknya diminta untuk mencarikan solusi terkait nasib kelurga mereka yang di tahan tersebut.
"Saya mendapat informasi ini langsung menelpon Kapolsek, Camat, orang Perikanan dan lain lain untuk mendapat bantuan. Semalam kita sudah rapat dengan Polair untuk mencarikan solusi," jelasnya.
Menurut dia, sampai terakhir kemarin pihaknya mendapatkan nomor kontak orang dari Kedutaan Besar (Dubes) Indonesia di Malaysia. Alhamdulillah prosesnya saat ini lagi diurus oleh pihak Dubes serta dibantu dari Interpol di Johor Baru.
"Kami masih menunggu informasi selanjutnya dari petugas yang mengurus mereka. Nurin menegaskan keenam orang inu murni nelayan, memiliki kartu anggota nelayan dan identitas lainnya jelas. Mereka murni masuk ke wilayah Malaysia Karena mencari tempat aman saat dihantam cuaca buruk," tegasnya.
(tribunpekanbaru.com/Muhammad Natsir)

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.