Atasi Speech Delay, Peran Orangtua Menjadi Kunci Membuka Gerbang Komunikasi Anak

Maka dari itu, seorang ibu memiliki kewajiban untuk memenuhi nutrisi dirinya dan janin yang ia kandung supaya berkembang dengan baik.

IST
Penjelasan speech delay pada anak oleh dr Yuliati, Sp.A Fellowship Bidang Tumbuh Kembang Pediatri Sosial RS Awal Bros Sudirman Pekanbaru 

TRIBUNPEKANBARU.COM - Kurang lebih 100 anak setiap harinya menjalani terapi di Pelayanan Tumbuh Kembang Anak Rumah Sakit Awal Bros Sudirman Pekanbaru di Jalan Jenderal Sudirman. Sebagian besar persoalannya adalah keterlambatan bicara.

Jika sebelumnya didominasi anak berusia 5 tahun ke atas, namun kini anak berusia satu tahun setengah pun sudah banyak mengakses layanan ini.

dr Yuliati, Sp.A Fellowship Bidang Tumbuh Kembang Pediatri Sosial RS Awal Bros Sudirman Pekanbaru menilai perubahan itu bagus. Sebab, tenaga medis lebih mudah untuk melakukan penjajakan dan tata laksana sedini mungkin.

“Untuk kasus sekarang mayoritas adalah speech delay dengan ragam penyebab, bisa saja memang delay saja atau ada gangguan lainnya seperti autis. Akan tetapi, deteksi dini penting dilakukan oleh orangtua,” katanya kepada tribunpekanbaru.com, Selasa (9/7/2024).

Oleh sebab itu, dr Yuliati menekankan pentingnya bagi orangtua untuk mengikuti panduan pada buku Kesehatan Ibu Anak (KIA) yang diterbitkan Kementerian Kesehatan.

Pada buku KIA itu, katanya melanjutkan sudah memuat beragam info untuk memantau perkembangan anak.

Sehingga jika ditemukan point-point yang tidak sesuai antara yang ada di buku dengan perkembangan anak, orangtua bisa mengambil langkah selanjutnya.

“Bisa dibawa ke Puskesmas atau Dokter Anak. Dengan cara itu, penanganannya lebih cepat dan bisa dilakukan intervensi. Tentunya hasilnya akan jauh lebih baik,” tegasnya.

Disinggung penggunaan gadget, dr Yuliati menekankan belum ada satupun tontonan yang bisa mempercepat kelancaran bicara seorang anak di bawah usia 24 bulan.

Sebab, sesuai rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), anak di bawah usia 24 dihimbau agar tidak diberikan gadget dalam keadaan apapun.

Pasalnya, pada usia tersebut anak sedang mengalami perkembangan yang sangat pesat, baik itu sensorik dan motorik maupun otaknya.

Apabila diberikan gadget, anak hanya terpaku pada layar dan menganggu perkembangan tadi.

“Kalau nonton itu kan komunikasi satu arah, hanya terpaku pada gambar di layar. Sementara kita tahu, dasar dari manusia berbicara itu ialah mendengar dulu dengan konsentrasi, lalu merekamnya di otak sebelah kiri kemudian diolah menjadi informasi-informasi yang akan diucapkan saat dibutuhkan,” paparnya.

Oleh karena itu, dr Yuliati menyarankan pentingnya dampingan orangtua pada masa-masa itu.

Berkomunikasi dan melibatkan anak dalam berbagai aktivitas di rumah, seperti menyiram bunga, mengupas telur dan lainnya.

Halaman
12
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved