Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

Hotspot Hari Ini

Menggila, Titik Panas di Riau Bertambah Signifikan Pagi Ini, Walau Hotspot di Sumatera Menurun

BMKG Stasiun Pekanbaru, terpantau sebanyak 195 titik panas di Sumatera, sementara pada Minggu sore kemarin yang mencapai 211 titik.

|
Penulis: Alex | Editor: Ariestia
Tribunpekanbaru.com/Theo Rizky
BMKG Stasiun Pekanbaru, terpantau sebanyak 195 titik panas di Sumatera, sementara pada Minggu sore kemarin yang mencapai 211 titik. 

TRIBUNPEKANBARU.COM, PEKANBARU -- Jumlah titik panas atau hotspot di wilayah Sumatera mengalami penurunan pada Senin (29/7/2024) pagi ini, data dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Pekanbaru, terpantau sebanyak 195 titik, sementara pada Minggu sore kemarin yang mencapai 211 titik.

Namun, dengan data penurunan hotspot tersebut, Provinsi Riau justru mencatatkan penambahan titik panas yang sangat signifikan.

Jika pada Minggu sore kemarin, Riau hanya memiliki 66 titik panas, maka pada Senin pagi ini jumlahnya melonjak tajam menjadi 98 titik.

Kenaikan ini menjadikan Riau sebagai provinsi dengan jumlah titik panas tertinggi di Sumatera. Dari 98 titik panas di Riau, Kabupaten Pelalawan menjadi penyumbang terbesar dengan 38 titik.

Disusul kemudian oleh Kabupaten Rokan Hilir dengan 26 titik. 

Sementara itu, kabupaten lainnya di Riau juga mencatatkan peningkatan jumlah titik panas, seperti Kabupaten Bengkalis 6 titik panas, Kabupaten Kampar 3, dan Kabupaten Siak 5 titik panas.

Baca juga: Prakiraan Cuaca Riau Hari Ini Senin 29 Juli 2024, Ada 195 Titik Panas di Provinsi Riau

Peningkatan jumlah titik panas di Riau ini tentu berpotensi meningkatkan risiko terjadinya kebakaran hutan dan lahan.

Apalagi jumlah 98 titik panas dan tersebar di beberapa daerah yang sebelumnya memang rawan terjadi Karhutla.

Prakirawan BMKG Pekanbaru, Putri Santy Siregar mengatakan, pihak BMKG mengeluarkan imbauan kepada masyarakat untuk menghadapi musim kemarau yang sedang berlangsung, serta memberikan beberapa tips dan langkah yang harus diambil oleh masyarakat agar dapat menghadapi musim kemarau ini, terutama dalam pencegahan Karhutla.

"Hindari membuka lahan dengan cara membakar, terutama pada daerah hutan yang bertanah gambut, sangat berisiko karena dapat dengan mudah terbakar dan sulit untuk dipadamkan," tutur Putri. (Tribunpekanbaru.com/Alexander)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved