UMKM Inhil

Usaha Keripik Pisang Willia Tembilahan Beromzet Jutaan, Terinspirasi dari Melimpahnya Bahan Baku

Melimpahnya bahan baku pisang tanduk di wilayah Tembilahan dan sekitarnya menjadi ide awal dari Usaha Mikro Kecil Dan Menengah (UMKM) Keripik Pisang

|
Penulis: T. Muhammad Fadhli | Editor: M Iqbal
Tribunpekanbaru.com/T Muhammad Fadhli
Yuliana, pemilik usaha Keripik Pisang Willia Tembilahan sedang menggoreng produknya. 

TRIBUNPEKANBARU.COM, TEMBILAHAN – Melimpahnya bahan baku pisang tanduk di wilayah Tembilahan dan sekitarnya menjadi ide awal dari Usaha Mikro Kecil Dan Menengah (UMKM) Keripik Pisang Willia Tembilahan.

Sekitar tahun 2007 lalu usaha keripik ini di mulai dan masih tetap bertahan hingga saat ini dengan lokasi produksi dan penjualan di Jalan Baharuddin Yusuf, Gang Karya Bersama 3, Kelurahan Tembilahan Barat, Kecamatan Tembilahan Hulu, Indragiri Hilir (Inhil), Riau.

Meskipun saat ini masih dikelola dengan menggunakan metode rumahan, usaha keripik pisang Willia terus berkembang hingga saat ini dan telah menjadi penopang ekonomi keluarga.

Tidak hanya memiliki konsumen di wilayah Tembilahan sekitarnya saja, keripik pisang yang bisa di pesan berbentuk bulat dan lonjong ini juga memiliki konsumen di luar Kabupaten.

Rasa nikmat, gurih dan renyahnya yang menggugah selera membuat keripik pisang willia juga kerap dibawa keluar kota dan dijadikan oleh – oleh khas Inhil bagi warga lokal atau wisatawan.

Keripik Pisang Willia Tembilahan
Keripik Pisang Willia Tembilahan (Tribunpekanbaru.com/T Muhammad Fadhli)

Proses pembuatan keripik pisang ini tidak lah sulit, setelah mendapatkan baku pisang tanduk di pasar, pisang lalu diiris tipis – tipis kemudian di goreng hingga garing dan renyah.

Menurut Yuliana selaku pemilik usaha yang turun langsung dalam proses produksi, usia panen pisang tanduk yang bagus dan di sarankan untuk membuat keripik yaitu usia 8 bulan.

“Kita beli bahan baku sama penjual di pasar, ada juga diantar langganan kapan kita mau. kita beli pisangnya per kilogram kisaran harga Rp. 7 ribu – 8 ribu bahkan bisa sampai Rp. 12 ribu disaat tertentu,” ujar Yuliana.

Dalam satu kali produksi, Yuliana bisa menghasilkan 5 – 10 kilogram keripik pisang dengan jumlah produksi paling minim sekitar 2 kg – 3 kg yang di kemas dengan berbagai macam jumlah atau ukuran.

Harga jual setiap kemasan atau bungkus keripik pisang bervariasi, untuk kemasan 1,3 gram adalah Rp 10 ribu, kemasan 2 gram seharga Rp. 15 ribu, 2,5 gram seharga Rp. 20 ribu dan kemasan 4,2 gram seharga Rp. 32 ribu.

Tidak hanya di jual di rumah Yuliana, keripik pisang Willia juga tersedia di sejumlah swalayan atau mini market di Tembilahan dan sekitarnya, pemesanan juga bisa delivery atau diantar ke rumah dengan menghubungi nomor whatsapp 0852-7175-7773.

“Kami produksi juga tergantung pemasaran di swalayan, jika cepat habis kami baru titip lagi. Kalau ada yang rusak atau hancur kita ganti,” jelasnya.

Omset bulanan dari penjualan keripik pisang Willia bisa sekitar Rp. 4 juta – 5 juta, namun saat pandemi Covid-19 omset keripik pisang Willia mengalami penurunan drastis.

“Saat ini rata – rata omset paling minim sekitar Rp. 3 juta, sudah termasuk biaya bahan – bahannya,” tutur Yuliana.

Bagi yang berminat dan tertarik ingin mencoba keripik yang gurih dan lezat ini, bisa didapatkan di toko – toko oleh khas Inhil dan swalayan atau menghubungi nomor Whatsapp diatas untuk wilayah Tembilahan dan sekitarnya.

(Tribunpekanbaru.com/T. Muhammad Fadhli)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved