Berita Viral

Sejak 1945, Sudah Dua Kali Natal dan Idul Fitri Bersamaan: Enam Tahun Akan Terjadi Lagi?

Salah satu topik menarik dibahas dalam menyambut Natal ini adalah, kapan Natal dan Idul Fitri Bersamaan.

Kompas
ILLUSTRASI: Nasaruddin Umar mengantar Paus Fransiskus ke halaman Masjid Istiqlal. Ketika ada sesi foto bersama, dua tokoh itu awalnya saling berjabat tangan, kemudian Nasaruddin Umar lebih dulu mencium kepala Paus Fransiskus. Kepala Paus Fransiskus dicium Nasaruddin sebanyak dua kali. Setelah itu, Paus Fransiskus membalas Nasarudddin Umar dengan mencium tangannya dua kali. 

TRIBUNPEKANBARU.COM - Umat kristiani sebentar lagi akan menyambut perayaan Natal.

Berbagai persiapan digesa oleh umat kristiani di seluruh dunia.

Salah satu topik menarik dibahas dalam menyambut Natal ini adalah, kapan Natal dan Idul Fitri Bersamaan.

Pusat Riset Antariksa Badan Riset dan Inovasi Nasional atau BRIN melaporkan bahwa penanggalan Hijriah menggunakan sistem kamariah atau lunar, yang berarti berdasarkan peredaran Bulan mengelilingi Bumi.

Hari Raya Idul Fitri merupakan salah satu hari besar umat Islam yang menggunakan penanggalan Hijriah. Jatuh pada awal bulan Syawal, bulan kesepuluh dalam penanggalan Hijriah.

Setiap tahunnya, tanggal jatuhnya Idul Fitri yang menggunakan kalender Masehi dapat berbeda-beda, bahkan lebih cepat.

"Hal ini dikarenakan panjang tahun Hijriah sebesar 12 kali periode Bulan mengorbit Bumi yakni 354,367 hari. Sementara panjang tahun Masehi didasarkan pada periode Bumi mengorbit Matahari yakni 365,242 hari," demikian penjelasan BRIN

Jadi, ada selisih sekitar 11 hari setiap tahunnya.

Bahkan, ketika hari raya tersebut jatuh di awal tahun Masehi, Idul Fitri dapat dilaksanakan dua kali dalam satu tahun Masehi, di mana Idul Fitri kedua jatuh di akhir tahun Masehi.

"Sepanjang kemerdekaan Indonesia sudah dua kali Idul Fitri beriringan dengan Natal. Pertama, pada 21 Desember 1968. Kedua, pada 27 Desember 2000. Peristiwa berikutnya akan terjadi tanggal 23 Desember 2033 dan 29 Desember 2065,” jelas BRIN.

Astronom amatir Indonesia, Marufin Sudibyo mengatakan, pada tahun 2000 Idul Fitri alias Lebaran jatuh di tanggal 27 Desember. 2 hari setelah natal berlangsung.

"Secara teori 30 tahun Gregorian setara dengan 31 tahun Hijriyyah. Maka kesempatan (Natal dan Idul Fitri berlangsung bersamaan) itu akan berulang lagi pada Desember 2030 kelak," terang Marufin melansir Kompas.com.

Marufin menjelaskan, ada prinsip dasar dalam menghitung tahun Gregorian alias Matahari dengan tahun Hijriyyah. Dalam satu tahun Gregorian atau Matahari ada 365,24219 hari.

Sementara dalam satu tahun Hijriyyah ada 354,36705 hari. Hal inilah yang menjadi dasar dan dapat menjelaskan kenapa hari raya Idul Fitri selalu maju setiap tahunnya.

Selain itu, Lebaran di Arab Saudi dan Indonesia juga bisa berbeda. 

Ini bukan karena zona waktu yang berbeda.

Namun adanya keragaman syarat dan ketentuan untuk menetapkan awal bulan Syawal.

Dalam pemberitaan Kompas.com sains edisi (4/6/2019) dijelaskan bahwa Indonesia dan Arab sama-sama melakukan dua metode untuk penetapan awal Syawal: penghitungan secara matematis atau hisab serta pengamatan hilal (bulan sapit tipis penanda awal bulan) secara langsung atau rukyat.

Namun, Indonesia dan Arab memiliki syarat dan ketentuan berbeda dalam rukyat sehingga Lebaran dua negara ini bisa berbeda. 

Dalam tulisannya pada Selasa (4/6/2019), astronom amatir Marufin Sudibyo mengungkapkan, Indonesia memiliki kriteria Imkan Rukyat.

Berdasarkan kriteria itu, hasil pengamatan hilal bisa diterima jika tinggi bulan minimal 2 derajat dengan umur bukan minimal 8 jam serta elongasi Bulan-matahari minimal 3 derajat.

Kriteria itu bisa digunakan untuk menolak laporan rukyat.

"Terutama jika laporan berdasarkan pada observasi mata telanjang saja, tanpa didukung alat bantu apapun dan tanpa citra/foto yang menjadi bukti," katanya. 

Sementara di Arab, rukyat bisa diterima asal ada yang melaporkan kenampakan hilal. Selama bulan sudah di atas ufuk saat senja akhir Ramadhan, maka hilal bisa diterima.

(TRIBUNPEKANBARU.COM)

 

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved