Kemah Cerpen di De Kotoz Kampar Bangkitkan Semangat Berkarya Anak dan Lestarikan Budaya
Kemah Cerpen, yang diadakan oleh Balai Bahasa Provinsi Riau, menjadi ajang belajar dan bermain di kawasan wisata De Kotoz, Kampar
Penulis: Alex | Editor: Theo Rizky
TRIBUNPEKANBARU.COM, PEKANBARU - Riang dan sorak sorai anak-anak memenuhi udara sejuk di De Kotoz, sebuah area wisata dan lokasi perkemahan di Kecamatan XIII Koto Kampar, Kabupaten Kampar, Senin (16/12/2024).
Di tengah pemandangan hijau perbukitan dan gemericik air sungai yang jernih, lebih dari 60 siswa SD dan SMP dari berbagai daerah di Riau bersiap memulai pengalaman unik mereka, kemah cerpen.
Dengan semangat, mereka membawa perlengkapan, berkenalan dengan teman-teman baru, dan menikmati suasana alam yang begitu asri.
Kemah Cerpen, yang diadakan oleh Balai Bahasa Provinsi Riau, menjadi ajang belajar dan bermain selama tiga hari dua malam.
Peserta berasal dari lima kabupaten/kota di Riau, yaitu Kampar, Pekanbaru, Dumai, Meranti, dan Indragiri Hulu.
Setiap daerah mengirimkan 12 peserta, terdiri dari lima siswa SD, dua siswa SMP, serta dua pendamping.
Total, ada 62 orang yang ikut serta dalam pelatihan ini.
Acara dibuka langsung oleh Kepala Balai Bahasa Provinsi Riau, Toha Machsum, SAg MAg, yang menyampaikan harapan besar terhadap generasi muda ini.
Dalam sambutannya, Toha menyebut kegiatan ini sebagai upaya konkret untuk melestarikan bahasa Melayu Riau melalui karya sastra.
"Kami berharap adik-adik di sini tidak hanya belajar menulis, tetapi juga mencintai budaya daerah," kata Toha dalam sambutannya.
Hari pertama dimulai dengan materi dasar tentang teknik menulis cerita pendek (cerpen).
Para peserta belajar bagaimana memilih tema, menyusun alur cerita, dan membangun karakter tokoh.
Pemateri juga memberikan trik mengembangkan gaya bahasa dan memilih kata-kata yang bernas agar cerita menjadi hidup.
Semua kegiatan berlangsung dengan penuh antusiasme, sesekali diselingi tanya jawab interaktif.
Selain belajar teori, peserta juga diajak langsung mempraktikkan apa yang mereka pelajari.
Mereka mulai menulis cerita pendek dengan tema beragam, dari kehidupan sehari-hari hingga cerita rakyat.
Setiap karya yang dihasilkan akan diterbitkan dalam dua bahasa, yaitu bahasa Indonesia dan bahasa Melayu Riau, sebagai bagian dari upaya revitalisasi bahasa daerah.
Ketua Panitia kegiatan ini, Irwanto mengatakan, mereka tidak hanya belajar menulis, peserta juga mengikuti kegiatan mancakrida (outbound) yang disiapkan untuk membangun kerja sama dan kreativitas.
Bermain jembatan tali, berlomba mencari jejak, hingga permainan air menjadi pelengkap keceriaan di sela-sela keseriusan menulis.
Kegiatan ini membuat suasana semakin akrab, memupuk semangat tim, dan memecah kebekuan antar peserta.
Pada malam harinya, para siswa diajak untuk saling berbagi cerita pendek yang telah mereka tulis di depan teman-teman mereka.
Sesi ini tidak hanya melatih kepercayaan diri, tetapi juga menjadi ajang mendapatkan masukan langsung dari pemateri dan peserta lain.
Banyak cerita menarik yang muncul, mulai dari kisah petualangan hingga cerita fantasi yang penuh imajinasi.
Kegiatan ini menjadi bagian dari program revitalisasi bahasa daerah yang dicanangkan oleh Balai Bahasa.
Melalui kemah cerpen, siswa diajak untuk mengolah ide menjadi karya sastra yang dapat dinikmati oleh generasi muda lainnya.
Cerita pendek hasil karya peserta ini nantinya akan diterbitkan menjadi buku kumpulan cerpen, sebuah kebanggaan yang tentunya akan memotivasi mereka untuk terus berkarya.
Selain itu, peserta juga menerima berbagai fasilitas, mulai dari sertifikat, kaos, tumbler, topi, hingga alat tulis.
Semua biaya penginapan dan transportasi ditanggung oleh Balai Bahasa.
Dengan fasilitas yang lengkap dan suasana belajar yang menyenangkan, para siswa merasa sangat terbantu dan termotivasi untuk memberikan yang terbaik.

"Kemah cerpen ini memberikan manfaat besar bagi peserta, terutama dalam melatih kemampuan menulis sastra daerah yang mulai jarang diminati. Kami ingin mereka bisa menghasilkan karya yang layak baca, setara dengan cerpen yang ditulis oleh profesional. Ini juga menjadi sarana memperkuat keberadaan bahasa daerah di tengah arus modernisasi," kata Irwanto.
Selain belajar menulis, peserta juga diajarkan bagaimana memoles karya mereka agar lebih menarik.
Proses pendampingan ini akan terus dilakukan bahkan setelah acara kemah berakhir.
Para pemateri akan membimbing mereka hingga cerita pendek yang dihasilkan siap untuk diterbitkan.
"Tujuan utama dari kegiatan ini adalah mencetak penulis muda yang mampu memperkaya khazanah sastra daerah. Dengan munculnya cerpenis-cerpenis muda dari kalangan siswa, bahasa Melayu Riau akan terus hidup dan berkembang. Buku kumpulan cerpen hasil kemah ini diharapkan menjadi inspirasi bagi siswa lain untuk turut berkarya dan mencintai budaya lokal," ulasnya.
Kemah Cerpen di De Kotoz bukan hanya sekadar pelatihan menulis. Lebih dari itu, kegiatan ini menjadi ruang bagi generasi muda untuk merajut mimpi, menggali potensi, dan melestarikan budaya daerah.
(Tribunpekanbaru.com/Alexander)
Diwarnai Perdebatan, Mediasi Warga Siabu Kampar dengan PT Ciliandra Buntu |
![]() |
---|
Misi Menjaga Bahasa Melayu Riau dari Kepunahan, Dimulai dari Sekolah |
![]() |
---|
Anggota DPRD Riau Dukung Pemekaran Gunung Sahilan Darussalam dari Kampar, Ini Alasannya |
![]() |
---|
Volume Air yang Masuk ke Waduk PLTA di Kampar Capai Titik Terendah, Elevasi Turun Drastis |
![]() |
---|
Dor! Polisi Tembak Ban Mobil yang Bawa 1 Kg Sabu di Kampar, Pria dan Wanita Ditangkap |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.