Berita Riau
Misi Menjaga Bahasa Melayu Riau dari Kepunahan, Dimulai dari Sekolah
Penyelamatan bahasa daerah, termasuk bahasa Melayu Riau, adalah bagian dari program prioritas nasional
Penulis: Alex | Editor: Theo Rizky
TRIBUNPEKANBARU.COM, PEKANBARU - Di tengah derasnya arus globalisasi dan dominasi bahasa asing, upaya menyelamatkan bahasa Melayu Riau dari ancaman kepunahan terus digalakkan.
Salah satunya melalui program Revitalisasi Bahasa Daerah (RBD) yang kini menyasar para guru SD dan SMP di Kabupaten Rokan Hilir.
Mereka bukan hanya diajarkan keterampilan berbahasa daerah, tapi juga didorong menjadi agen pengimbas di sekolah masing-masing.
Kepala Balai Bahasa Provinsi Riau, Dr Umi Kulsum, menegaskan bahwa penyelamatan bahasa daerah, termasuk bahasa Melayu Riau, adalah bagian dari program prioritas nasional yang digagas oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.
"Revitalisasi Bahasa Daerah bukan sekadar kegiatan pelatihan, tapi sebuah gerakan pelindungan jati diri. Bahasa adalah pembawa budaya dan identitas lokal," kata Umi dalam kegiatan Bimbingan Teknis (Bimtek) Guru Utama RBD di SMP Negeri 1 Bangko, Bagansiapiapi, yang dilaksanakan selama tiga hari, 4 hingga 6 Agustus 2025.
Ia menambahkan, pelindungan terhadap bahasa dan sastra daerah bukan hanya tanggung jawab pusat, melainkan sangat membutuhkan keterlibatan aktif dari pemerintah daerah.
"Pemerintah daerah harus menjadi garda depan dalam merawat bahasa ibu. Tidak hanya melalui regulasi, tetapi juga lewat dukungan anggaran, kurikulum lokal, dan ruang berekspresi bagi generasi muda," tutur Umi.
Langkah konkret itu mulai terlihat di Kabupaten Rokan Hilir.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Rohil, Muhammad Nurhidayat, SH MH yang hadir dalam kegiatan tersebut, menyatakan dukungan penuh terhadap program revitalisasi bahasa Melayu Riau.
"Dengan menjaga bahasa maka kita sudah menjaga tradisi, nilai-nilai, dan sejarah lokal. Ini bagian dari pelestarian budaya," katanya.
Nurhidayat mengungkapkan, Pemkab Rohil saat ini tengah memproses Peraturan Daerah (Perda) tentang penguatan penerapan Budaya Melayu Rokan Hilir, termasuk bahasa, yang nantinya akan diterapkan di sekolah-sekolah.
Ia menilai, kegiatan seperti Bimtek guru utama hingga Festival Tunas Bahasa Ibu (FTBI) sangat efektif membangkitkan kesadaran akan pentingnya bahasa daerah.
Selama tiga hari, mulai 4 hingga 6 Agustus 2025, sebanyak 56 peserta dari kalangan guru, kepala sekolah, dan pengawas mengikuti pelatihan intensif.
Materi yang diajarkan tak hanya soal keterampilan menulis dan berbicara, tetapi juga menghidupkan kembali kesenian tutur Melayu seperti mendongeng, bersyair, hingga menulis aksara Arab Melayu.
Turut hadir dalam kegiatan ini sejumlah narasumber yang dikenal sebagai tokoh pelestari budaya, di antaranya Atuk AAL, Kamalia, dan Ade Panglima.
Sempena SOIna Riau ke 36, Terus Kembangkan Potensi dan Kreatifitas Anak Bertalenta Khusus |
![]() |
---|
Menjaga Nyawa di Puskesmas Reyot, Pelayanan Kesehatan Kuala Selat Inhil Terancam Abrasi |
![]() |
---|
Sasar Desa Sintong, Program Makan Bergizi Gratis siap Wujudkan Generasi Emas Indonesia |
![]() |
---|
Penilaian Evaluasi 32 Pejabat Eselon II Pemprov Riau Sudah Final, Besok Hasil Diserahkan ke Gubernur |
![]() |
---|
Talang Mamak Menjadi Satu-satunya Suku Adat di Riau yang Belum Diakui Pemerintah |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.