UMKM di Pekanbaru
Mantan Tukang Bangunan di Pekanbaru Jadi Petani Sukses, Kisah Aziz Mengubah Nasib Lewat Cabai
Fahrul Azis, 48 tahun, seorang petani cabe di Jalan Uka, Kelurahan Air Putih, Kecamatan Tuah Madani Pekanbaru sukses menjalankan usahanya.
Penulis: Syaiful Misgio | Editor: M Iqbal
"Katanya tanah Pekanbaru nggak bisa tanam cabai, ternyata itu cuma mitos saja. Dengan trik kami sendiri, ternyata tanah sini subur untuk cabai," ujar Azis sambil tertawa kecil.
Bermodal keuletan, mereka menanam cabai di atas satu hektare lahan, menanam hingga 15 ribu batang cabai. Hasil panennya sekitar 12 ton.
Namun keberhasilan itu sempat diuji. Saat panen raya, harga cabai anjlok ke Rp 9.000 per kilogram.
"Saat itu kami benar-benar hancur. Kami jatuh," kisah Azis, suara lirihnya bercampur semangat pantang menyerah.
Di titik terendah itulah, bantuan datang. Bank Indonesia memperkenalkan mereka pada program bantuan alat dan mesin pertanian (alsintan), bibit, pompa air, hingga modal usaha senilai Rp300 juta. Semangat pun kembali menyala. Kelompok Amira Jaya makin serius menggarap cabai.
"Jadi petani cabai itu menyenangkan. Memang pedas, tapi kalau harga bagus, pedas itu manis rasanya," canda Azis.
Kini, Kelompok Tani Amira Jaya yang beranggotakan 22 orang menjadi salah satu yang paling aktif di Pekanbaru. Dibentuk tahun 2022, kelompok ini menikmati berbagai kemudahan, termasuk akses pupuk subsidi dan pelatihan pertanian modern.
Di antara barisan tanaman cabai yang rimbun, suara burung sesekali bersahutan. Aroma tanah basah menyelimuti kebun, membawa ketenangan yang sulit ditemukan di hiruk pikuk kota.
Cabai mereka dipanen setiap empat bulan sekali. Pemasarannya pun tidak sulit. Walau petani Pekanbaru harus bersaing dengan cabai dari Medan, Jawa, dan Sumatera Barat, semangat tetap membara.
"Kalau harga cabai di atas Rp25 ribu, kami sudah untung. Pernah harga tembus Rp50 ribu, kami panen 500 kilogram tiap hari. Bayangkan saja, sehari bisa dapat Rp 25 juta" ujar Azis dengan bangga.
Dengan empat hektare lahan yang dikelola sendiri, Azis tahu betul suka duka dunia pertanian. Harga cabai memang tidak bisa diprediksi, namun ia percaya, kerja keras tidak pernah mengkhianati hasil.
"Bisa sampai Rp500 juta kalau harga Rp50 ribu. Jangan takut jadi petani. Badan boleh compang-camping di kebun, tapi kalau ke mal, pakai baju bagus," katanya sambil tergelak.
Di sela pekerjaannya memasukkan bibit cabai ke dalam lobang yang sudah disiapkan, Azis berbagi filosofi hidup, bahwa kunci sukses dalam bertani adalah kejujuran.
"Jujur pada tanaman, jujur pada manusia. Kalau tidak jujur, pasti hancur," katanya mengajarkan ilmu alam kepada saya yang siang itu berbincang di gubuk tempat dia beristirahat setelah lelah beraktivitas di kebun cabainya.
Dukungan KUR BRI
Manisnya Bisnis Pisang Kepok Krispi Mak Inel Pekanbaru, Sebulan Bisa Raup Puluhan Juta Rupiah |
![]() |
---|
Kisah Martuji Peternak di Pekanbaru, Sapinya Dibeli Presiden Prabowo untuk Kurban Idul Adha |
![]() |
---|
Angkat Kearifan Lokal, Sambal Ikan Salai Buatan Teh Yuli Tembus Hingga ke Qatar dan Arab Saudi |
![]() |
---|
Silva Sulap Sampah Plastik Menjadi Peluang Bisnis, Cikal Bakal Lahirnya Cen Craft |
![]() |
---|
Afifah Safni, Gadis Cantik Penjaga Warisan Wastra Melayu dari Gang Jati Sukajadi Kota Pekanbaru |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.