Hari Teh Internasional, Strategi PalmCo PalmCo Kembalikan Kejayaan Komoditas Teh

PTPN IV PalmCo, salah satu entitas milik negara yang berhasil mengembalikan kejayaan komoditas teh meski bukan komoditas non core

Editor: FebriHendra
Foto/Humas PTPN IV PalmCo
KEBUN TEH - Direktur Utama PTPN IV PalmCo Jatmiko Santosa saat meninjau kebun teh Regional II di Sidamanik, Sumatera Utara. PalmCo berhasil mencatatakan sejarah dengan keberhasilan menjalankan program Turn Around dan membukukan laba komoditas teh dan karet setelah lebih dua dasawarsa merugi. 

TRIBUNPEKANBARU.COM - Hari Teh Internasional diperingati setiap tanggal 21 Mei sebagai bentuk penghormatan terhadap minuman yang telah menjadi bagian dari budaya dan ekonomi berbagai negara di dunia ini.

Pada momen peringatan hari teh internasional ini, ada kisah menarik bagaimana peran PTPN IV PalmCo, salah satu entitas milik negara yang berhasil mengembalikan kejayaan komoditas teh.

Keberhasilan ini juga merupakan catatan sejarah tersendiri pada komoditas non core (bukan inti)-nya.

Untuk pertama kali sejak 1996 lalu, Perusahaan pengelola sawit terluas di dunia tersebut mampu membukukan raihan laba positif bagi komoditas teh tersebut.

Dalam keterangan tertulisnya, Direktur Utama PTPN IV Jatmiko Santosa di Jakarta menyebutkan PalmCo berhasil membukukan laba unaudit pada komoditas teh di Sumatera Utara.

Tidak hanya teh, setali tiga uang, PalmCo juga berhasil mencatatkan turn around bagi komoditas non core lainnya, yakni karet.

“Alhamdulillah, komoditas non core PalmCo seperti karet dan teh sudah mampu mencatatkan laba,” buka Jatmiko, Kamks di Jakarta.

“Posisi exclude impairment, setelah lebih satu dasawarsa merugi, komoditas karet mampu membukukan laba bersih unaudit tahun 2024 sebesar Rp 14 miliar,” katanya lagi.

Disampaikannya pencapaian tersebut patut disyukuri sebab tanaman yang oleh PalmCo di olah menjadi produk Standard Indonesian Rubber dan Ribbed Smoke Sheet itu telah berkontribusi menekan losis dan berkontribusi hingga Rp 310 miliar jika dibandingkan dengan pencapaian tahun sebelumnya.

Sementara untuk teh, khususnya di Sumatera Utara, menurut Jatmiko juga telah mampu menunjukkan hasil positif setelah lebih 25 tahun tidak pernah memperoleh laba.

“Teh sudah mampu mencatatkan laba untuk pertama kalinya sejak tahun 1996,” tukas Jatmiko.

Terkait industri teh, menurut Asosiasi Teh Indonesia (ATI), akibat kenaikan impor dan penurunan ekspor teh, maka selama 15 tahun terakhir industri teh di dalam negeri mengalami penurunan baik dari segi luas areal dan produksinya.

Luas kebun teh turun dari 140 ribu Ha menjadi 90 ribu Ha dengan produksi yang juga turun dari 40 ribu ton per tahun dari sebelumnya rata-rata 70 ribu ton pertahun.

Kondisi yang membawa Indonesia turun peringkat dari 3 besar penghasil teh di dunia menjadi posisi ke tujuh.

Maka menurut Jatmiko, berbagai langkah dan program inisiatif turn around komoditas non inti seperti karet dan teh yang digesa PalmCo sejak pertengahan tahun 2024 tersebut harus dijaga konsistensinya.

Halaman
12
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA
    KOMENTAR

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved