Berita Viral

Kisah Abdurrahman 4 Hari di Mengapung Selat Bali, Suara Orang Mengaji di Tengah Laut bikin Merinding

Abdurrhamn bertahan sekuat tenaga. ia terus berzikir. Sampai kemudian orang mengaji menggema di tengah lautan. Esoknya Ia diselamatkan

Editor: Budi Rahmat
Tribun/net
SUARA ORANG MENGAJI - Inilah kisah Abdurrahman yang selamat usai terombang-ambing 4 jam di Selat Bali. Suara orang mengaji di tengah lautan bikin merinding 

TRIBUNPEKANBARU.COM - Suara orang mengaji di tengah lautan keras sekali. Abdurrahman terus berzikir. Ia makin optimis dan bersemangat meskipun kondisi telah lemah.

Usaha mereka adalah untuk terus bertahan sekuat tenaga. dengan bekal apap adanya yang didapatkan. Untuk makan dan minum diusahakan sembari berharap ada keajaiban.

Dan lantunan orang menjai itulah sebagai pertanda. bahwa Abdurrahman terseselamatkan. Ya, patroloi akhirnya menemukan Abdurrahman dan kawan-kawan yang terombang-ambing di Selat Bali.

Baca juga: NASIB Oknum Guru SMP yang Chat Peluk dengan Siswinya, Tak Lagi Mengajar dan Dapat Sanksi Tegas

Inilah cerita haru penemuan Abdurrahman yang terombang-ambing 4 hari di Selat Bali. Ada kesedihan, semangat dan kebadaran dan iman yang teguh.

Ya,keajaiban menyambut empat nelayan saat terombang-ambing di Selat Bali selama empat hari.

Saat mencari ikan, keempatnya terlempar dari kapal motor Sumber Sukses setelah dihantam ombak.

Di tengah keletihan terkatung-katung, mereka mendengar orang mengaji di tengah laut.

Kejadian tersebut pun diungkap langsung oleh nahkoda kapal, Abdurrahman (60).

Meski sempat mengalami hal ngeri, warga Kecamatan Muncar, Banyuwangi, Jawa Timur, itu bercerita dengan penuh syukur.

“Ombak besar datang dari belakang, langsung menghantam kapal kami. Lalu kapal kami terbalik,” kenangnya saat ditemui di Banyuwangi, Jumat (23/5/2025).

Kejadian tak terduga itu melemparkan Abdurrahman dan awak kapalnya ke laut yang bergolak.

Dengan sekuat tenaga, mereka berjuang mencari pegangan, meraih sisa-sisa kayu kapal yang terapung.

Namun, ombak yang lebih besar kembali menerjang, memisahkan mereka satu sama lain.

“Alhamdulillah, kami andal berenang, jadi tidak sampai terpisah lama dan bisa kembali berpegang pada lambung kapal,” ujar Abdurrahman.

Cadik --alat penyeimbang kapal, telah patah dan hanyut terbawa arus, membuat harapan untuk membalikkan kapal sirna.

Selama empat hari, mereka terombang-ambing di lautan, bertahan di bawah terik matahari dan dinginnya malam.

Kondisi mereka semakin lemah, tubuh mereka lemas dan dehidrasi.

Baca juga: PENGUMUMAN UTBK SNBT 2025 Hari ini Pukul 15.00 WIB, Ini Link Resmi Masuk ke Akses Informasi

Untuk bertahan hidup, mereka memakan ikan mentah dan tumbuhan laut yang ditemukan, sementara air minum didapat dari sebotol air mineral yang secara ajaib terapung di tengah laut, yang mereka gunakan secara bergiliran.

“Kami sudah pasrah, hanya bisa berdoa kepada Allah SWT,” tutur Abdurrahman dengan suara penuh haru.

Di tengah keputusasaan, sebuah keajaiban menghampiri mereka. Pada suatu malam di lautan yang gelap, mereka mendengar suara seperti lantunan ayat suci yang menggema.

“Bunyinya seperti orang mengaji. Keras sekali. Semua dengar. Padahal kami di tengah lautan, dan itu terdengar saat malam hari,” kenang Abdurrahman.

Suara itu membawa secercah harapan, menguatkan mereka untuk terus berdzikir dan memohon keselamatan.

Tanpa mereka ketahui, di saat yang bersamaan, di kampung halaman, istri Abdurrahman, Sumini, tengah menggelar pengajian selama tiga hari berturut-turut, memohon doa keselamatan bagi suami dan awak kapalnya yang hilang kontak.

Sumini tak henti-hentinya meminta doa dari kiai, tokoh adat, hingga ulama dari Madura, kampung halaman mereka.

“Istri saya ternyata menggelar pengajian meminta doa selamat. Mungkin suara lafaz Allah yang bergema di tengah laut itu adalah doa yang dikirimkan kepada kami. Semua ini karena izin Allah. Alhamdulillah kami diselamatkan,” ungkap Abdurrahman dengan mata berkaca-kaca.

Pada Kamis (22/5/2025), harapan mereka terjawab. Petugas dari Pos TNI AL Muncar, yang mendapat laporan dari keluarga tentang kehilangan kontak, akhirnya menemukan Abdurrahman dan awak kapalnya dalam keadaan selamat di pesisir Pantai Plengkung, kawasan Taman Nasional Alas Purwo, Kecamatan Tegaldlimo.

Meski lemah dan dehidrasi, mereka berhasil kembali ke pelukan keluarga, membawa kisah tentang ketabahan, keimanan, dan keajaiban doa yang mengantarkan mereka pulang dari maut.

“Kami diselamatkan karena rahmat Allah dan doa-doa yang tak pernah putus,” tutup Abdurrahman, penuh syukur.

Di sisi lain, keajaiban juga dialami oleh satu keluarga nelayan yang terdampar di pulau tak berpenghuni.

Mereka berhasil ditemukan berkat suara toa masjid yang menggema di pagi buta.

Baca juga: Bansos PKH dan BPNT Tahap 2 Cair Akhir Mei 2025, Berikut Cara Cek Penerima dan Jumlah Uang Diterima

Kisah ini pun menjadi viral di media sosial.

Kejadian ini menunjukkan betapa komunitas lokal dan teknologi sederhana seperti pengeras suara masjid bisa menjadi penyelamat nyawa di saat-saat genting.

Kisah heroik dan penuh keajaiban ini terjadi di Kabupaten Buru Selatan, Maluku.

Peristiwa bermula saat Madinuru Lina (50) bersama istri, Wanima Rukua (48), serta tiga anaknya, Rindiani (9), Lesti (7), dan Ikbal (5), berlayar menggunakan perahu katinting dari pelabuhan speedboat Labuang Namrole, Minggu (18/5/2025) sore.

Namun, dalam perjalanan, cuaca memburuk.

Perahu dihantam gelombang besar, dan mesin mati hanya 20 m dari bibir pantai Pulau Talang, sebuah pulau kosong yang berada di antara Desa Nalbessy dan Desa Leksula.

Mereka pun terpaksa bermalam di pulau itu tanpa makanan cukup.

Mereka hanya berbekal seadanya dan satu unit sepeda motor yang juga ikut di perahu.

Di tengah keterbatasan, Madinuru mengirim pesan darurat menggunakan ponsel kepada kerabatnya, Ahmad Sanimu, di Namrole, sekitar pukul 03.00 WIT.

Ahmad lalu meneruskan pesan tersebut ke adiknya, Alin, yang tinggal di Desa Nalbessy.

Alin pun mengambil langkah cepat dan mengumumkan kabar darurat lewat toa Masjid Nurul Akbar, pukul 05.30 WIT.

Dalam sekejap, warga pun tergerak.

Suara permintaan tolong dari toa masjid tersebut menyebar cepat.

Warga Desa Nalbessy yang mendengar pengumuman tersebut, segera berbondong-bondong menuju Pulau Talang membawa bantuan.

Tak lama kemudian, personel Polsek Leksula bersama tim medis dari Puskesmas juga bergerak melalui jalur laut untuk mengevakuasi keluarga tersebut.

"Kondisi seluruh korban dalam keadaan selamat dan sehat. Perahu mereka masih berada di lokasi," jelas Kabid Humas Polda Maluku, Kombes Aries Aminullah, melansir Tribun Jateng.

Lebih lanjut, Kombes Aries Aminullah mengungkap kronologi kejadian.

Perahu ketinting yang ditumpangi satu keluarga ini awalnya bertolak dari pelabuhan speedboat Labuang Namrole, Buru Selatan, hendak menuju Desa Bala-Bala pada Minggu (18/5/2025), pukul 14.00 WIT.

"Dalam perjalanan, perahu ketinting tersebut juga mengangkut sebuah sepeda motor dan barang lainnya," kata Aries kepada wartawan, Senin (19/5/2025).

Menurut Aries, cuaca buruk dan gelombang tinggi mulai menerpa saat perahu ketinting memasuki perairan laut Pulau Talang yang berada di antara perairan Desa Nalbesy dan Desa Leksula pada sore hari.

Saat itu, perahu ketinting yang dinakhodai Madinuru itu diterpa cuaca buruk dan dihantam gelombang tinggi dari berbagai arah.

"Hingga air laut masuk ke dalam perahu," ujarnya, melansir Kompas.com,

Aries mengatakan, dalam kondisi berbahaya tersebut, Madinuru terus berusaha mengendalikan perahu yang dikemudikannya.

Namun, nahas, sebelum mencapai pesisir pantai Pulau Talang, mesin perahu tiba-tiba mati.

"Sekitar 20 meter dari pesisir pantai, mesin mati dan akhirnya perahu terdampar dihantam gelombang. Para penumpang semua melompat dari perahu kemudian berteduh di Pulau Talang," katanya.

Aries mengatakan, pada pukul 03.00 WIT dini hari, Madinuru berusaha menghubungi keluarganya untuk memberitahukan kejadian tersebut.

"Korban menghubungi Ahmad Sanimu, keluarganya di Namrole. Ahmad kemudian menghubungi adiknya Alin di Desa Nalbessy."

"Dan pada pukul 05.30 WIT, staf Masjid Desa Nalbessy melalui pengeras suara meminta bantuan kepada masyarakat desa," ucapnya.

Menurut Aries, personel Polsek Leksula yang mendapat informasi tersebut langsung bergegas menuju lokasi dengan transportasi laut.

Setibanya, Kapolsek Leksula dan anggotanya bersama warga langsung mengevakuasi kelima korban tersebut.

Ia mengungkapkan, personel Polsek Leksula juga berkoordinasi dengan Pemerintah Kecamatan Leksula untuk memberikan bantuan dan pelayanan tempat tinggal kepada keluarga korban sementara waktu serta evakuasi perahu ketinting milik korban.

"Personel juga berkoordinasi dengan pihak Puskesmas untuk memastikan kondisi kesehatan para korban dan keluarganya, dalam keadaan baik," katanya.

Menurutnya, kelima korban yang dievakuasi dalam keadaan sehat.

"Untuk perahu ketinting sementara masih berada di Pulau Talang. Belum dapat dilakukan evakuasi karena faktor cuaca ekstrem," ujarnya.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved