Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

Bermula dari Resep Keluarga, Mie Sagu Mak Cio Kini Diincar Pasar Luar Negeri

Roemah Mie Sagu Bengkalis Makcio kini fokus pada produksi mie sagu instan dan bumbu serbaguna khas Melayu

Penulis: Syaiful Misgio | Editor: Sesri
FOTO/DOK
MIE SAGU INSTAN - Roemah Mie Sagu Bengkalis Makcio kini fokus pada produksi mie sagu instan dan bumbu serbaguna khas Melayu 

TRIBUNPEKANBARU.COM, PEKANBARU - Riau memang terkenal dengan kekayaan budaya dan kuliner khas Melayu.

Di tengah banyaknya jenis kuliner tersebut, mie sagu menjadi salah satu ikon yang semakin populer belakangan ini.

Salah satu usaha kuliner khas Bengkalis yang mencuri perhatian di Pekanbaru yakni Mie Sagu Mak Cio yang berlokasi di Jalan Teratai Atas Nomor 202, Kecamatan Sukajadi, Kota Pekanbaru.

Pemilik usaha yang juga menjadi sosok di balik nama besar Roemah Mie Sagu Bengkalis, Mak Cio itu bernama Nur Fitria.

Wanita berusia 42 tahun ini merupakan seorang alumni Sarjana Akuntansi dari Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Bengkalis, dulunya bekerja sebagai karyawan swasta di sebuah perusahaan konsorsium di Bengkalis.

Setelah 14 tahun bekerja, pada tahun 2014 ia memutuskan untuk resign dan pindah ke Pekanbaru mengikuti suami yang bertugas di kota ini.

Merasa tak nyaman hanya menjadi ibu rumah tangga, ia mulai mencoba usaha kecil-kecilan.

Atas saran teman, ia mendirikan kedai makan yang mengusung ciri khas kuliner Bengkalis.

Dimulai pada tahun 2015, usaha ini terus berkembang hingga kini dikenal luas, bahkan menjadi tempat rujukan untuk oleh-oleh dan sajian tradisional khas Riau.

Roemah Mie Sagu Bengkalis Makcio kini fokus pada produksi mie sagu instan dan bumbu serbaguna khas Melayu yang diracik dari ikan bilis, ebi, dan rempah tradisional tanpa tambahan penyedap buatan.

Baca juga: Wako Pekanbaru Kumpulkan Jukir di Kuliner Malam Cut Nyak Dien, Larang Pungut Parkir di Atas Tarif

Baca juga: Mi Sagu Boedjang, Kuliner Instan dari Kepulauan Meranti Riau dengan Bahan Unggulan

Dari dapur kecilnya, mie sagu Mak Cio perlahan berkembang menjadi cita rasa yang tak hanya menggugah selera, tapi juga membangkitkan nostalgia. Sementara nama Mak Cio sendiri diambil dari nama anak pertama Nur Fitria.

“Awalnya ada pelanggan yang memanggil saya 'Mak Cio-Mak Cio'. Lama-lama nama itu melekat dan akhirnya jadi merek usaha kami,” ujarnya sambil tersenyum.

Roemah Mie Sagu Bengkalis Makcio juga menciptakan inovasi menu mie sagu kuah miso rempah.

Perpaduan mie sagu dengan kuah miso yang terbuat dari kaldu sapi dan rempah-rempah ini menghadirkan cita rasa baru yang unik dan disambut antusias oleh para pecinta kuliner.

Melalui semangat pelestarian budaya dan inovasi, Nur Fitria berhasil mengangkat kuliner tradisional menjadi produk unggulan yang tidak hanya disukai masyarakat lokal, tapi juga memiliki potensi menembus pasar global. Kisahnya menjadi bukti bahwa dari dapur sederhana pun, mimpi besar bisa dimulai.

Perempuan asli Bengkalis ini melihat peluang besar untuk memperkenalkan kekayaan kuliner dari kampung halamannya yang mengangkat cita rasa kuliner dengan kearifan lokal.

Berbekal resep turun-temurun dan kecintaannya pada masakan tradisional, ia merintis usaha Roemah Mie Sagu Bengkalis Makcio yang eksis hingga saat ini.

Awalnya, usaha ini dijalankan secara sederhana. Namun seiring waktu, racikan mie sagu khas Fitria mulai dikenal luas, terutama karena cita rasanya yang autentik dan konsisten.

Mie sagunya dibuat dari sagu asli dengan tekstur kenyal, ukuran yang lebih besar dari mie biasa, dan bentuk persegi yang khas.

Dalam penyajiannya, mie sagu Mak Cio dilengkapi dengan teri goreng gurih dan bumbu rempah yang meresap, menjadikannya favorit banyak pelanggan, baik untuk santapan harian maupun acara besar.

“Resep ini memang asli dari Bengkalis. Saya besar di sana, jadi setiap racikan benar-benar mencerminkan rasa tradisional yang saya kenal sejak kecil,” ujar Nur Fitria.

Terus Berinovasi

Tak hanya menjual mie sagu siap saji, Nur Fitria juga melakukan inovasi dengan memproduksi mie sagu instan lengkap dengan bumbunya.

Inovasi ini lahir dari kesadaran bahwa meskipun banyak yang menyukai mie sagu, proses pengolahannya yang rumit sering membuat orang enggan memasaknya di rumah.

Maka dibuatlah versi instan, cukup direbus dan dicampur dengan bumbu racikan siap pakai, lengkap dengan teri goreng sebagai pelengkap. Produk ini juga dibuat tanpa bahan pengawet, menjadikannya pilihan sehat dan praktis.

Cita rasa khas Melayu dan keberanian berinovasi menjadikan usaha ini terus tumbuh dan mendapat tempat istimewa di kalangan pecinta kuliner.

Meski menghadapi berbagai tantangan, seperti keterbatasan sumber daya dan persaingan pasar, Nur Fitria tetap konsisten mengembangkan usahanya.

Ia percaya, dengan menjaga kualitas, mencintai produk lokal, dan terus berinovasi, kuliner tradisional Riau akan semakin dicintai, tidak hanya oleh masyarakat lokal, tapi juga oleh wisatawan dan generasi muda.

Dalam mengembangkan produknya, Fitria juga mempertimbangkan lidah konsumen luar daerah.

Jika versi Bengkalis dikenal sangat pedas menyengat, versi Mak Cio dibuat lebih netral agar dapat dinikmati berbagai kalangan.

Dilirik Mancanegara

Usahanya juga telah melanglang buana ke berbagai festival kuliner, baik lokal maupun nasional, seperti di Jakarta dan Aceh.

Nur Fitria mengaku, banyak calon buyer internasional tertarik, meski keterbatasan kapasitas produksi menjadi tantangan utama untuk ekspor. Meski sempat ditawari ekspor oleh beberapa pihak, Fitria mengaku masih perlu meningkatkan kapasitas produksi.

“Sebenarnya banyak yang tertarik mau membawa produk kami ke luar negeri, nawarin untuk diekspor, tapi untuk saat ini kami masih fokus memenuhi permintaan lokal dan memperkuat fondasi usaha dulu,” ujarnya.

Bahan utama mie sagu Makcio diambil langsung dari Kabupaten Bengkalis dan Kepulauan Meranti yang merupakan sentra sagu Riau. Produksinya masih dalam skala rumahan, sekitar 50 kilogram per bulan.

Meski demikian, teknologi modern telah diadopsi dalam proses produksinya, termasuk penggunaan mesin pengaduk otomatis dan kemasan profesional dalam bentuk kaleng maupun kotak.

Dalam sebulan, UMKM ini bisa memproduksi hingga 300 box, yang dipasarkan lewat gerai oleh-oleh, pasar buah, swalayan, dan platform online seperti Shopee dan GoFood. Harga mie sagu instan Mak Cio berkisar antara Rp22.000 sampai Rp25.000 per box, lengkap dengan bumbu dan topping teri goreng.

Produk ini banyak dijadikan hampers dan oleh-oleh, karena praktis dan memiliki rasa autentik, namun dibuat lebih netral agar bisa dinikmati semua kalangan.

Mie sagu Makcio bahkan dijadikan buah tangan oleh berbagai instansi BUMN dan BUMD di Pekanbaru.

“Saat orderan banyak, kami melibatkan warga sekitar untuk membantu produksi. Ini bentuk kecil kontribusi kami,” tuturnya.

Sejak merintis usaha kuliner mie sagu khas Bengkalis pada 2014, Fitria terus berbenah dan mengembangkan bisnisnya, hingga mampu menembus pasar nasional dan dikenal sebagai produsen mie sagu instan dan bumbu serbaguna yang digemari.

Ketika pandemi melanda pada 2019, Fitria beralih ke penjualan frozen food dan mulai aktif memasarkan produk melalui GoSend. Di saat yang sama, ia mulai serius membangun legalitas dan kualitas produknya dengan mendaftarkan sertifikasi halal, PIRT, hingga BPOM. Ia juga mengikuti berbagai program kurasi dari Bank Indonesia dan BRI.

Akhir tahun 2024, Fitria mendaftar dalam program BRI Brilian preneur. Dari tujuh UMKM asal Riau yang lolos administrasi, hanya dua yang akhirnya lolos sampai tahap akhir—dan Mak Cio satu-satunya dari sektor food and Beverage.

Pada Januari 2025, Makcio mendapat kehormatan mewakili Provinsi Riau di ajang BRI UMKM Export 2025 yang diselenggarakan di ICE BSD City, Jakarta.

Pameran UMKM berskala nasional diikuti lebih dari 1.000 pelaku usaha dari seluruh Indonesia. Melalui ajang tersebut, Mak Cio mendapat pengalaman bisnis matching, menjalin relasi dengan pelaku usaha lain, serta memperluas jaringan distribusi.

“Kami sangat terbantu sekali. Alhamdulillah, antusiasme pengunjung luar biasa. Produk kami seperti mie instan, bumbu, dan sambal-sambal ludes terjual,” kenangnya.

Cerita hampir sama juga pernah dilewati oleh Kata Oma Telur Gabus. Mie Sagu Mak Cio dan Kata Oma Telur Gabus sama-sama memulai usaha kulinernya dari resep keluarga. Keduanya juga pernah berada di panggung Brilianpreneur.

Pada ajang Brilianpreneur tahun 2020 lalu, Kata Oma Telur Gabus dinobatkan sebagai pemenang The Best UMKM Expo dengan transaksi penjualan tertinggi dalam ajang pameran industri kreatif UMKM Expo yang diselenggarakan oleh Bank BRI tersebut.

Saat itu, kata Oma adalah satu dari 573 UMKM yang mengikuti Brilianpreneur 2020 dengan total transaksi terjual 24.653 bungkus. Penjualan dilakukan online melalui Indonesia Mall, sebuah program kerja sama Bank BRI yang melibatkan e-commerce ternama, seperti Tokopedia, Lazada, Blibli, Shopee dan Bukalapak.

Camilan telur gabus buatan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) ini sudah mampu menembus ritel modern dan pasar global. Khususnya untuk produk telur gabus merek Kata Oma.

Saat ini, Kata Oma di pasar ke 1.000 lebih reseller di seluruh Indonesia, lalu 30 ribu gerai ritel modern. Di dalam negeri, Kata Oma telah tersedia secara luas di Indomaret, Alfamart, supermarket, specialty store, hingga lokasi wisata dan hiburan di seluruh Indonesia.

Pada 2021, produk ini diekspor hingga ke beberapa negara, antara lain Amerika Serikat (AS), Australia, China, Filipina, Kamboja, dan Taiwan. Terbaru, Kata Oma dalam proses masuk pasar Korea Selatan, Singapura, Kamboja, dan Vietnam, setelah bergabung dengan kelompok usaha Unifam.

Selain cita rasa khas seperti gula aren, keju, dan sambal balado, Kata Oma juga membuka peluang mengembangkan kategori baru yang tetap mengangkat identitas lokal.

Di ulang tahun Kata Oma yang ke-5, 2023 lalu, Kata Oma meluncurkan varian baru yaitu Kata Oma Sambal Balado yang punya 5 sensasi dalam 1 gigitan (Pedas, Manis, Gurih, Renyah dan bikin nagih). Dengan kehadiran varian baru ini, Kata Oma semakin digemari sebagai camilan otentik yang kekinian. 

(Tribunpekanbaru.com/Syaiful Misgiono)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved