Berita Viral

30 Menit yang Bikin Ali Musthofa Syok, Dapati Juliana Marins sudah Berada di Dalam Jurang

Saat itu Musthofa sudah berusaha menunggu. Namun dari tiga menit menjadi 30 menit. Juliana tak ditemukan juga. Ada lampu senter di dasar jurang

Editor: Budi Rahmat
Tribun Bogor/net
MINTA TOLONG- Inilah detik-detik Juliana Marins minta tolong. MUsthofa mendengarnya. Tapi Juliana jatuh terlalu dalam 

Ali Musthofa mengaku menyarankan Juliana untuk beristirahat sementara ia terus berjalan. 

Dirinya dan Juliana sepakat menunggu sedikit lebih jauh di depan pendakian 

Ali Mustofha mengaku hanya unggul "tiga menit" dari Juliana dan kembali mencarinya saat merasa heran mengapa pendaki asal Brasil itu lama sekali tiba di titik pertemuan. 

"Setelah sekitar 15 atau 30 menit, Juliana tidak muncul. Saya mencarinya di tempat peristirahatan terakhir, tetapi saya tidak dapat menemukannya. Saya katakan kepadanya bahwa saya akan menunggunya di depan. Saya menyuruhnya untuk beristirahat," terangnya. 

"Saya menyadari (dia telah jatuh) ketika saya melihat cahaya senter di jurang sedalam sekitar 150 meter dan mendengar suara Juliana meminta bantuan. Saya katakan kepadanya bahwa saya akan membantunya,"ujar Ali Musthofa. 

Keluarga Minta Otopsi

Minta Jasad Juliana Diotopsi

Berbuntut panjang. Pihak keluarga pendaki asal Brasil, Juliana Marins yang tewas terjatuh ke jurang Gunung Rinjani meminta anak gadisnya itu diotopsi.

Pihak keluarga ingin memastikan penyebab Juliana Tewas. Meskipun dalam pemberitaan dan informasi yang disampaikan Juliana tewas karena terjatuh.

Namun, proses pemulang jenazah Julina belum juga dilakukan. Pihak keluarga ingin mengetahui detil penyebab anaknya itu tewas.

Tentu saja itu akan menyita perhatian publik. Terkait bagaimana Juliana yang meninggal dunia karena saat ditemukan pakai drone masih terlihat hidup.

Ya, pihak keluarga pendaki asal Brasil, Juliana Marins, meminta agar dilakukan autopsi guna mengetahui secara pasti penyebab kematian Marins setelah terjatuh di Gunung Rinjani.

Permintaan ini disampaikan langsung oleh Wakil Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) Indah Dhamayanti Putri.

“Pihak keluarga ingin mengetahui secara jelas kapan dan bagaimana proses kematian korban terjadi,” ujar Indah dalam konferensi pers di RS Bhayangkara Mataram, Kamis (26/6/2025).

Menurut Indah, hasil autopsi tersebut akan menjadi dokumen penting bagi keluarga di Brasil, terutama untuk keperluan administratif pemakaman.

Halaman
1234
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved