Berita Viral
PILU, Teriakan Juliana Marins Minta Tolong Didengar Musthofa, Tapi Ia Jatuh Terlalu Dalam
Inilah detik-detik Musthofa mendengarkan teriakan Juliana Marins. Namun, ia menyadari jika pendaki asal Brasil itu jatuh terlalu dalam
TRIBUNPEKANBARU.COM - Menegangkan dan bikin pilu. Beginilah detik-detik Juliana Marins terjatuh ke jurang Gunung Rinjani.
Ia masih sempat berteriak minta tolong. Namun, apa adaya, lokasi Juliana terjatuh sedalam 150 meter.
Sang guide yang bernama Mustofa tidak bisa berbuat banyak. Akhirnya tim SAR dikerahkan. Juliana masih terlihat bergerak.
Sampai kemudian ia meregang nyawa dan meninggal dunia karena terlalu lama dievakuasi. Nah, berikut ini pengakuan Mustafa bagaimana detik-detik Juliana terjatuh dan ia masih sempat minta tolong
Baca juga: KABAR GEMBIRA, BSU Rp 600 Ribu bisa Didapatkan Pekerja Gaji di Atas Rp 3,5 juta, Ini syaratnya
Akhirnya terungkap sosok guide alias pemandu yang membawa Juliana Marins (26), Warga Negara Asing (WNA) asal Brasil ke puncak Gunung Rinjani.
Guide bernama Ali Musthofa (20) itu blak-blakan mengurai cerita sebelum Juliana Marins terjatuh di jurang kawasan Gunung Rinjani lalu tewas.
Seperti diketahui, kabar kematian Juliana Marins membuat geram warga Brasil.
Di media sosial, netizen Brasil ramai bersuara soal Juliana Marins yang tak kunjung diselamatkan setelah terjatuh ke jurang sedalam ratusan meter di Rinjani.
Tak hanya itu, belakangan netizen Brasil juga menyoroti sosok guide yang memandu Juliana sampai ke puncak Rinjani.
Guide tersebut dituding tega meninggalkan Juliana sehingga terjun ke jurang.
Kepada media Brasil yang dilansir TribunnewsBogor.com, Ali Musthofa mengurai pengakuan mengejutkan.
Pria yang sudah dua tahun jadi pemandu di Gunung Rinjani itu membantah dirinya meninggalkan Juliana.
Di hari Sabtu itu kata Musthofa, ia memberikan saran ke Juliana untuk beristirahat dulu sebelum melanjutkan pendakian.
Namun diakui Musthofa, ia berjalan tiga menit bersama rombongan yang terdiri dari lima orang di depan Juliana sementara Juliana beristirahat.
"Sebenarnya saya tidak meninggalkannya (Juliana), tetapi saya menunggu tiga menit lebih dulu," kata Ali Musthofa dilansir dari laman Oglobo.globo, Minggu (27/6/2025).
Setelah berjalan beberapa langkah, Musthofa pun curiga dengan Juliana yang tak kunjung menyusulnya.
Setelah hampir 30 menit berlalu, Musthofa kembali ke tempat Juliana dan tak menemukannya.
"Setelah sekitar 15 atau 30 menit, Juliana tidak muncul. Saya mencarinay di tempat peristirahatan terakhir, tetapi saya tidak menemukannya. Saya bilang saya akan menunggunya lebih dulu, saya menyuruhnya untuk beristirahat," pungkas Ali Musthofa.
Baca juga: Berbuntut Panjang, Keluarga Minta Jasad Juliana Marins Diotopsi, Ingin Pastikan Penyebab Tewas
Tak menemukan Juliana, Musthofa syok saat melihat ada cahaya di jurang sedalam 150 meter.
"Saya sadar ketika saya melihat cahaya senter di jurang sedalam sekitar 150 meter dan mendengar suara Juliana meminta pertolongan. Saya bilang saya akan menolongnya," imbuh Musthofa.
Tanpa pikir panjang, Musthofa pun langsung menghubungi tempatnya bekerja guna menyelamatkan Juliana.
Namun karena Juliana jatuh di kedalaman ratusan meter, perusaaan segera memanggil Tim SAR.
Musthofa yang tak berdaya itu lantas menunggu bantuan dari Tim SAR untuk menyelamatkan Juliana.
Lebih lanjut, Musthofa juga menguak bayaran yang ia terima dari memandu Juliana dan rombongan.
Untuk memandu ke Gunung Rinjani, Musthofa dibayar oleh Juliana sebesar Rp2,5 juta.
Pasca-kejadian, kabarnya Ali Musthofa kini diperiksa oleh Satreskrim Polres Lombok Timur.
Kronologi jatuhnya Juliana Marins
Diwartakan sebelumnya, kabar hilangnya Juliana Marins sempat viral sejak hari Minggu (22/6/2025) lalu.
Dalam pemberitaan, Juliana Marins dikabarkan terjatuh di jurang kawasan Gunung Rinjani sedalam 600 meter sejak Sabtu (21/6/2025).
Setelah terjatuh, Juliana dilaporkan masih selamat.
Hal itu diketahui dari video dan foto drone yang diambil dekat lokasi Juliana terjatuh.
Tiga hari setelah terjatuh, Juliana pun dinyatakan meninggal dunia pada Selasa (24/6/2025).
Selama Juliana berada di dalam jurang, Tim SAR berupaya keras melakukan proses evakuasi.
Namun lantaran banyaknya kendala, Tim SAR tidak berhasil menyelamatkan Juliana dalam kondisi masih hidup.
"Teman-teman pendaki yang pernah mendaki di Gunung Rinjani, Gunung Rinjani sangat ekstrem, topografinya sangat curam. Dan cuacanya setiap saat berubah-ubah. Ini yang menghambat terjadinya evakuasi," kata Kepala Balai Taman Nasional Gunung Rinjani, Yarman.
Jasad Juliana Marins berhasil dievakuasi pada Rabu (25/6/2025).
Kabar kematian Juliana itu turut diungkap oleh Menteri Pariwisata Widiyanti Putri Wardhana.
"Korban (Juliana Marins) ditemukan pada kedalaman sekitar 400 meter dari titik awal jatuhnya. Diperkirakan dalam kondisi meninggal dunia," pungkas Widiyanti Putri Wardhana dalam keterangan kepada media.
Minta Jasad Juliana Diotopsi
Berbuntut panjang. Pihak keluarga pendaki asal Brasil, Juliana Marins yang tewas terjatuh ke jurang Gunung Rinjani meminta anak gadisnya itu diotopsi.
Pihak keluarga ingin memastikan penyebab Juliana Tewas. Meskipun dalam pemberitaan dan informasi yang disampaikan Juliana tewas karena terjatuh.
Namun, proses pemulang jenazah Julina belum juga dilakukan. Pihak keluarga ingin mengetahui detil penyebab anaknya itu tewas.
Tentu saja itu akan menyita perhatian publik. Terkait bagaimana Juliana yang meninggal dunia karena saat ditemukan pakai drone masih terlihat hidup.
Ya, pihak keluarga pendaki asal Brasil, Juliana Marins, meminta agar dilakukan autopsi guna mengetahui secara pasti penyebab kematian Marins setelah terjatuh di Gunung Rinjani.
Permintaan ini disampaikan langsung oleh Wakil Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) Indah Dhamayanti Putri.
“Pihak keluarga ingin mengetahui secara jelas kapan dan bagaimana proses kematian korban terjadi,” ujar Indah dalam konferensi pers di RS Bhayangkara Mataram, Kamis (26/6/2025).
Menurut Indah, hasil autopsi tersebut akan menjadi dokumen penting bagi keluarga di Brasil, terutama untuk keperluan administratif pemakaman.
Namun, rencana awal untuk melakukan autopsi di Mataram terpaksa dibatalkan karena dokter forensik yang memiliki kualifikasi untuk itu sedang berada di luar daerah.
“Dokternya hanya satu di NTB dan saat ini sedang berada di Semarang. Karena itu, kami mencari alternatif terdekat dan akhirnya berkoordinasi dengan pihak di Bali,” jelasnya.
Jenazah Juliana pun dijadwalkan diberangkatkan ke Denpasar menggunakan ambulans setelah seluruh proses administrasi selesai dipenuhi oleh pihak rumah sakit.
“Setelah semua berkas selesai, ambulans dari RS Bhayangkara akan membawa jenazah ke Bali,” imbuh Indah.
Pemerintah Provinsi NTB menanggung seluruh biaya penanganan jenazah selama berada di wilayah NTB.
Pemerintah juga telah menjalin koordinasi intensif dengan Kedutaan Besar Brasil guna memastikan proses berjalan lancar dan sesuai dengan keinginan pihak keluarga.
“Kami menyampaikan duka cita yang mendalam. Korban datang sebagai wisatawan, dan kedukaannya menjadi milik kita semua, masyarakat NTB,” kata Indah.
Juliana Marins dilaporkan terjatuh saat melakukan pendakian di lereng Gunung Rinjani pada Sabtu (21/6/2025).
Tim SAR gabungan baru menemukan jenazahnya tiga hari kemudian, Selasa (24/6/2025), pada kedalaman sekitar 600 meter dari titik terakhir pelacakan (Lost Known Position/LKP).
Evakuasi sempat direncanakan menggunakan helikopter, namun dibatalkan karena cuaca buruk.
Jenazah kemudian ditandu secara manual dari Pelawangan menuju kantor Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (BTNGR), yang berada dekat pintu masuk jalur pendakian.(*)
Mengulik Opini Viral dari Wamen Stella: Uang Bikin Bahagia Bila Dibelanjakan untuk Orang Lain |
![]() |
---|
Geger, Oknum Jaksa Kasus Uang Palsu UIN Makassar Diduga Minta Uang 5 Miliar untuk Ringankan Tuntutan |
![]() |
---|
SOSOK Anggota DPRD Bebizie Disorot Usai Pamer Liburan ke Eropa: Eks Penyanyi Dangdut |
![]() |
---|
Terungkap, Inilah Penyebab Polisi Belum Ungkap Motif Penculikan dan Pembunuhan Kacab Bank BUMN |
![]() |
---|
Pria di Jambi ini Salah Rute saat Kabur usai Gagal Merampok, Malah Mempermudah Polisi Menangkapnya |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.