Berita Viral

Rumah di Cidahu Dirusak, Dedi Mulyadi Kaget dengar Pengakuan Pemilik Rumah, Cara Warga Memperlakukan

Sama sekali tak menyangka apa yang dilakukan warga pada pemilik rumah hingga terjadi pengrusakan. Dedi Mulyadi sampai syok

Editor: Budi Rahmat
Tribun Bogor/net
RUSAK RUMAH- Rumah di Cidahu dirusak. Pemilik ungkap fakta yang terjadi 

TRIBUNPEKANBARU.COM - Inilah momen Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi syok mendengarkan fakta yang diungkapkan oleh Wedi, pemilik rumah di Cidahu yang dirusak warga.

Siapa yang menyangka jika Wedi sebelumnya juga telah pernah pula hendak diusir oleh warga. Padahal menurutnya, tak ada yang salah dengan aktifitasnya.

Lebih jauh Wedi juga membeberkan fakta bagaimana pengrusakan tersebut terjadi. Ada peristiwa sebelumnya hingga warga berkumpul dan lakukan pengrusakan.

Baca juga: Daftar Nama-nama Penerima BSU Rp 600 Ribu Tahap II Sudah Ada, Cek Validasi Data dan Nomor Rekening

Wedi dengan lugas menyebutkan sebenarnya aktifitas yang mereka lakukan di dalam rumah yang kemudian diketahui warga hingga terjadi pengrusakan.

Ya, Wedi, pemilik rumah di Cidahu, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat yang dirusak oleh segerombolan warga hingga viral akhirnya mengurai cerita.

Sebelumnya viral video sebuah rumah singgah digeruduk warga karena dianggap dipakai untuk ibadah.

Kepada Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi, Wedi membongkar fakta sebenarnya soal perusakan rumah singgah milik keluarganya.

Mendengar cerita Wedi, Dedi Mulyadi sempat syok.

Sebab ada satu fakta yang baru diketahui Dedi dari Wedi.

Dalam tayangan di video Youtube Dedi Mulyadi, Wedi terlebih dahulu mengungkap kepemilihan rumah singgah tersebut.

"Yang pemilik rumah di Sukabumi di Desa Tangkil tuh siapa?" tanya Dedi Mulyadi, dilansir TribunnewsBogor.com pada Selasa (1/7/2025).

"Kakak saya. Kakak saya tinggal di Jakarta. (yang tinggal di rumah Desa Tangkil) kerabat almarhum istri saya. Namanya Yongki Fikdit," ungkap Wedi.

Lebih lanjut, Wedi pun mengungkap kegiatan sebenarnya di rumah singgah milik keluarganya.

Wedi membantah rumah tersebut dijadikan gereja oleh keluarganya.

Baca juga: KAGET, Irjen Dadang Hartanto Tiba-tiba Diminta Menghadap Presiden usai Upacara HUT Bhayangkara

Namun Wedi membenarkan bahwa di rumah tersebut memang sempat ada ibadah sebelum digerebek warga.

"Yang ngumpul di situ itu, yang melaksanakan kegiatan ibadah itu siapa?" tanya Dedi Mulyadi.

"Kebetulan kan ini libur sekolah, anak-anak saya kan punya komunitas di gereja, kalau kita bahasakan dalam islam kayak pesantren kilat. Kita melakukan retret," ungkap Wedi.

"Jadi yang di situ ada berapa orang?" tanya Dedi lagi.

"Kira-kira ada 34 anak-anak, usianya SD, SMP, SMA, mereka liburan (sekolah) di Tangerang," jawab Wedi.

"Jadi yang ikut retret di situ adalah anak-anak bapak dari Tangerang, ikut nginep, sambil ngisi liburan membina fisik dan mental. Di dalamnya ada kegiatan seperti orang islam mah kayak ngaji, tausiyah, tahlilan," ungkap Dedi.

"Kira-kira begitu lah," timpal Wedi.

"Jadi pelajar ini di sana mengikuti kegiatan pembinaan rohani, maka di sana pasti bernyanyi. Karena bernyanyi kedengaran ke luar, disangkanya menjadikan rumah itu tempat ibadah permanen," ucap Dedi.

Menyimak cerita Wedi, Dedi Mulyadi dibuat terkejut dengan fakta selanjutnya.

Dedi baru tahu bahwa sebelum kejadian penggerudukan pada Jumat kemarin, keluarga Wedi juga pernah diusir oleh warga dan kegiatan ibadahnya dipaksa bubar.

"Waktu Idul Adha, mereka (anak-anak) lagi bintal (kumpul ibadah) juga dipaksa bubar, semua dibubarin, udah lah kosong selama tiga minggu," imbuh Wedi.

"Oh jadi pembubaran sudah terjadi Idul Adha," imbuh Dedi tersentak.

"Setelah tiga minggu, kumpul lah anak-anak, berangkat lah tanggal 26 malam (Kamis), tidur. Paginya mereka mulai acara, hari Jumat," ujar Wedi.

"Biasa nyanyi lagi? Itu yang pemicu, saya enggak nyalahin," pungkas Wedi.

Baca juga: Foya-foya Ala Eks Pegawai Komdigi, Dapat Jatah Rp 15 Miliar, 700 juta Konvoi Moge lalu Piknik ke LN

Sebelum perusakan rumah singgah itu terjadi, Wedi mengaku sempat bersitegang dengan pihak RT.

Sebab kala itu Wedi hendak izin membuat acara retret di rumahnya tapi dipersulit.

Padahal kala itu kata Wedi ia siap membayar terkait keamanan dan kebersihan kepada warga.

"Sebelumnya kan saya dibilang gini, sama si RT Hendra itu, dia bilang kalau yang datang satu orang satu mobil enggak apa-apa. Saya bilang enggak mungkin, saya keluarga besar, kalau kita bikin acara itu 100 lebih, jadi jangan batasi saya. Saya bilang saya tetap akan lakukan cuma lima mobil sama anak-anak. (Kata Hendra) 'saya enggak tanggung jawab kalau digerebek warga'," ungkap Wedi.

Hingga akhirnya, Wedi pun disatroni dua kali oleh petinggi desa sebelum penggerudukan.

"Baru jalan sebentar saya didatangi Kapolsek, Babinsa, Bimas, tokoh masyarakat ada 16 orang. Saya cuma bilang, saya juga dari kecil piatu, saya jagain anak. Saya tanya definisi kegiatan beragama tuh apa sih? Mereka enggak jawab. Karena mau menjelang solat jumat, mereka bubar," imbuh Wedi.

"Saya makan, baru selesai, anak saya yang kecil (teriak) 'papi itu ada orang naik pagar'. Udah rame, bukan naik ke pagar, tapi dijatuhin, jadi saya dihadapkan, saya dimaki-maki. Jadi anak-anak itu dipaksa (bubar), mobil saya penyok, akhirnya terjadi itu (perusakan rumah)," sambungnya.

7 orang jadi tersangka
Kasus perusakan rumah singgah milik Wedi viral, pihak kepolisian bertindak.

Polda Jabar resmi menetapkan tujuh warga sebagai tersangka perusakan rumah singgah milik Wedi di Cidahu, Kabupaten Sukabumi.

Identitas tujuh orang tersebut adalah Risman Nurhadi (merusak pagar dan mengangkat salib), Ujang Edih (merusak pagar), Ence Maulana (merusak pagar), M Daming (merusak motor), Moh Sibilil Muttaqin (menurunkan dan merusak salib besar), Hendi (merusak pagar dan merusak motor), dan Encep Mulyana (merusak pagar).

"Dasar penetapan tersangka ini atas laporan yang dibuat oleh Yohanes Wedy pada 28 Juni 2025 dengan korbannya ialah ibu Maria Veronica Ninna (70). Kami pum telah meminta keterangan saksi-saksi dalam kasus ini," kata Kapolda Jabar, Irjen Rudi Setiawan.

Lebih lanjut, polisi pun mengurai kerusakan apa saja yang dialami rumah singgah milik Wedi tersebut.

Ternyata akibat perusakan rumah tersebut, Wedi dan keluarga mengalami kerugian puluhan juta.

"Akibat dari kejadian itu menyebabkan beberapa kaca jendela rusak, pagar rumah rusak, kursi dekat kolam rusak, salib rusak, 1 (satu) unit kendaraan sepeda motor honda beat rusak, 1 (satu) unit mobil ertiga warna coklat lecet, dan korban menderita kerugian materil kurang lebih sebesar Rp 50.000.000, (lima puluh juta rupiah)," pungkas Irjen Rudi Setiawan.

Sementara itu, perihal kasus perusakan rumah singgal yang dijadikan tempat ibadah, Dedi Mulyadi segera menanggapinya.

Dedi menyerahkan sepenuhnya kasus tersebut ke kepolisian karena sudah masuk ranah kriminal yakni perusakan rumah.

Dedi lantas mengurai keinginannya agar warga Jawa Barat bisa hidup harmonis berdampingan meskipun berbeda agama.

"Prinsip dasar saya adalah saya ingin di Jawa Barat itu satu, semua orang hidup harmonis,karena harmonis saling menghargai. Saya dari dulu menjunjung tinggi perbedaan, keragaman, jangan ragukan saya untuk urusan itu," ujar Dedi Mulyadi.

Sumber: Tribun Bogor
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved