Apa Itu S Line dalam Bahasa Gaul? Fenomena dari Drama Korea yang Viral di Media Soial

TRIBUNPEKANBARU.COM - Istilah “S Line” belakangan menjadi perbincangan hangat di kalangan masyarakat media sosial.

Banyak yang belum tau soal apa itu trend S Line di media sosial. Sampai ada pertanyaan apa itu S Line dalam bahasa gaul. Nah, kita akan coba kupa sedikit tentang S Line ini.

Bila menilik pada tujuan munculnya tren S Line ini dan tanggapan orang di media sosial terkait S Line, dapat disimpulkan kalau S Line itu merupakan tren negatif karena banyak menuai kontra dari netizen.

Bila dimaknai secara bahasa, S Line dapat diartikel sebagai Garis Seks (S: Seks) dan Line: Garis).

Trend “S Line” hadir karena sebuah drama Korea berjudul S Line (2025), yang mengusung genre fantasi-thriller.

Dalam drama tersebut, “S Line” bukan sekadar label atau simbol bentuk tubuh, melainkan sebuah konsep visual yang unik dan kuat.

Di drakor itu, sebuah garis merah terang melayang di atas kepala seseorang. Garis ini menghubungkan si pemiliknya dengan semua pasangan seksual yang pernah melalukan hubungan seksual denganya. Makin banyak garus merah, maka itu artinya seseorang itu makin sering melakukan hubungan seksual dengan pasangannya, bahkan bersama orang yang berbeda.

Baca juga: Apa Arti Kata Reach Out dalam Bahasa Gaul? Simak Artinya Melalui Ulasan Ini!

Di drama korea S Line, garis merah ini bukan hanya metafora, tetapi dapat terlihat oleh sebagian karakter dalam cerita, atau oleh siapa saja yang menggunakan kacamata khusus.

Konsep visual sederhana namun mencolok ini langsung menarik perhatian publik. Di platform media sosial seperti TikTok dan Instagram, banyak pengguna yang membuat filter dan meme meniru tampilan garis merah di drakor tersebut.

Ada yang menjadikannya bahan hiburan ringan, namun tak sedikit yang memanfaatkan fenomena ini sebagai kritik sosial terhadap transparansi dan privasi hubungan di era digital. Sehingga memunculkan kontra di kalangan netizen.

Popularitas S Line tak lepas dari isu-isu mendalam yang diangkatnya, yaitu seksualitas, privasi, dan moralitas. Di Korea Selatan, topik tentang hubungan intim masih dianggap tabu, namun drama ini berani mengangkatnya secara frontal.

Tidak melalui adegan yang eksplisit, tetapi lewat pertanyaan reflektif: seberapa jauh kita rela membuka kehidupan pribadi kita di depan publik? Apakah masa lalu seseorang berhak diketahui hanya karena teknologi memungkinkan hal tersebut?

Resonansi konsep ini juga mencerminkan kecemasan kolektif di era digital saat ini. Meski tidak ada garis merah yang benar-benar melayang di kepala, jejak hubungan pribadi tetap mudah terlacak melalui media sosial, unggahan-unggahan lama, maupun algoritma canggih yang mengarsipkan segala aktivitas.

S Line menjadi simbol kekhawatiran bahwa masa lalu tidak pernah benar-benar hilang, dan hubungan cinta masa kini harus berhadapan dengan tuntutan keterbukaan yang kadang tidak diinginkan.

Fenomena ini bahkan sudah mulai menarik perhatian dunia bisnis. Beberapa merek fashion dan kecantikan di Korea Selatan memanfaatkan istilah “S Line” dalam kampanye mereka, namun dengan makna yang lebih positif.