Berita Viral

TRAGIS, Kalimat Inilah yang Diucapkan Oknum Guru SMA Garut yang bikin Siswanya Memilih Akhiri Hidup

Bagi yang lain bisa saja itu sepele. Namun, tidak bagi P. Kalimat gurunya menusuk hatinya hingga ia memilih akhiri hidupnya

Editor: Budi Rahmat
DOK
DIBULLY GURU - Seorang anak di Garut jadi korban bully gurunya. Ia kemudian memilih mengakhiri hidup 

TRIBUNPEKANBARU.COM - Jangan pernah anggap ucap[an yang terdengar sepela atau bahkan candaan akan berlalu begitu saja.

Seperti yang dialami anak SMA di Garut, Jawa Barat yang memilih mengakhiri hidupnya karena perkataan para gurunya di sekolah.

Korban berinisial P (16). Ia mengakhiri hidup, persis di harai pertama masuk sekolah usai liburan.

Baca juga: Pura-pura Bantu Polisi Cari Pelaku Pencurian Syahrial Malah bikin Polisi Curiga, Ternyata Ia Otaknya

Tak ada yang menyangka jika P berbuat nekat. Tubuhnya ditemukan tergantung . Orangtua P langsung histeris.

Ia mengingat lagi bagaimana anaknya itu telah jadi korban bully di sekolah

Hal yang membuat korban sempat jadi sosok yang pendiam. Sampai kemudian ia benar-benar berbuat nekat.

Inilah Ucapan Sang Guru

Rupanya ucapan ini yang membuat seorang siswa SMA di Garut nekat mengakhiri hidup.

Ucapan itu dilontarkan oleh gurunya di depan teman-teman korban.

Diduga hal itulah yang membuat P (16) akhirnya memutuskan untuk mengakhiri hidup bertepatan dengan hari pertama masuk sekolah setelah liburan, yakni Senin (14/7/2025).

Ibu korban, Puji, memposting kejadian yang dialami anaknya hingga viral di media sosial.

Pada unggahannya, Puji mengatakan kalau anaknya itu dibully oleh teman-temannya karena dituduh melaporkan temannya yang menggunakan vape di kelas.

Hal itu membuat P jadi dikucilkan oleh teman-temannya.

Baca juga: Kisah Kakek 60 tahun Otak Penculikan Anak SMP, Motivasinya Ingin Nikahi Korban, Tapi Terus Ditolak

Menurut Puji, sang anak mengalami perubahan jadi pemurung di bulan Desember 2024.

"Banyak diem, kalau ditanya jawabnya seperlunya. Biasanya dia suka cerita," kata Puji dikutip dari Youtube Kang Dedi Mulyadi Channel, Jumat (18/7/2025).

Sang anak, kata Puji, anaknya sempat ingin ikut program Barak Militer Dedi Mulyadi.

Namun putranya itu tidak tahu mau mendaftar ke mana.

Setelah melihat anaknya banyak melamun, Puji pun sempat konsultasi ke psikolog.

"Dia mulai membaik, mulai ceria di dua minggu terakhir itu. Malahan hari Minggu dia beli buku sendiri buat persiapan sekolah," tuturnya.

Kemudian pada Senin pagi harinya, saat subuh, P ditemukan sudah meninggal tergantung di depan kamarnya.

Puji juga mengatakan kalau putranya itu dikucilkan oleh teman sekelasnya.

"Dia disangka ngelaporin yang ngevape di kelas," tutur dia.

Sejak saat itu, kata dia, putranya mendapat perlakuan tidak nyaman dari teman-temannya.

"Dikucilkan, lagi duduk ditarik kerahnya di depan kelas. Pernah dipegangi tangannya sama banyak anak, tapi dia lari ke BK," jelasnya.

Tak hanya oleh teman-temannya, P juga dipojokan oleh gurunya.

"Anak saya itu sering dipermalukan di depan kelas oleh guru itu," katanya.

Bukan hanya satu guru, ada dua guru yang memperlakukan P tidak baik, bahkan salah satu merupakan wali kelasnya.

"Misalnya 'Itu Pria mah gak diurus sama orang tuanya". Itu (disampaikan) di depan kelas pas pelajaran dia, di tempat nongkrongnya," tutur Puji lagi.

Tak hanya sang wali kelas, ada juga guru lain yang menyebut P sebagai anak berkebutuhan khusus (ABK).

"Terus pernah juga, sama guru dibilang 'Kamu teh ABK?' karena tidak bisa mengerjakan tugas, itu yang bilang guru Fisika," ungkapnya.

Namun menurut Puji, sang anak paling sakit hati pada wali kelasnya yang bernama Yulia.

"Kalau ditanya gak mau ketemu lagi sama guru itu, kalau ngomongin ibu guru itu kayak marah," ujarnya/

Almarhum pun menceritakan pada ibunya soal perlakuan sang guru jelang pembagian rapor dan hendak pindah sekolah.

"Dia cerita kalau sering dijadikan contoh buruk, sering dipermalukan depan kelas. Kalau dimarahin depan kelas, apa-apa salah, ini salah, itu salah," tuturnya.

Menurut Puji, sebenarnya dari sisi akademis sudah ada perubahan baik dari anaknya.

"Dari pihak SMA 6 ada tujuh mapel yang nilainya di bawah KKM, itu dari smester 1 dan 2," kata dia.

"Sebenarnya kata teman-temannya sudah mulai adaptasi. Tapi si ibu itu terus saja memojokkan," tandasnya.

Bantah bullying 

Di sisi lain, Kepala SMAN 6 Garut, Dadang Mulyadi, membantah adanya tindakan bullying terhadap siswa tersebut di sekolah.

Menurutnya, tidak ada laporan mengenai bullying atau pengeroyokan yang terjadi.

“Munculnya istilah pem-bully-an itu setelah anak tidak naik (kelas), itu sebenarnya kronologi kenapa mengatakan SMAN 6 itu ada pem-bully-an,” jelasnya.

Dadang menjelaskan bahwa anak tersebut tidak naik kelas karena nilai dari tujuh mata pelajaran tidak tuntas. 

Sebelum rapat pleno kenaikan kelas, orangtua siswa sudah dipanggil untuk membahas masalah tersebut.

"Saat pembagian raport, pihak orangtua pun kembali dipanggil dan disampaikan bahwasanya anaknya tidak naik kelas," ungkapnya.

Kontak bantuan 

Bunuh diri bisa terjadi di saat seseorang mengalami depresi dan tak ada orang yang membantu.

Jika Anda memiliki permasalahan yang sama, jangan menyerah dan memutuskan mengakhiri hidup. Anda tidak sendiri. 

Layanan konseling bisa menjadi pilihan Anda untuk meringankan keresahan yang ada.

Untuk mendapatkan layanan kesehatan jiwa atau untuk mendapatkan berbagai alternatif layanan konseling, Anda bisa simak website Into the Light Indonesia di bawah ini:

https://www.intothelightid.org/tentang-bunuh-diri/hotline-dan-konseling/

Kasus ini patut jadi pelajaran bagi kita semua. Bully hanya akan menghadirkan kesedihan, ketakutan sampai perbuatan buruk. 

Jangan pernah lakukan dimanapun dna pada siapapun. (*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved