Rumah duka Brigadir Maria Magdalena di Blok F, 70 Cipta Asri tahap I, Sagulung, Batam, Rabu (25/7/2018) kemarin. (tribun batam)
"Saya sangat kenal sejak dia duduk di bangku SMP. Seperti biasanya umat kepada pastor. Dia sering komunikasi dengan saya entah masalah kuliah, masalah kerjaan dan banyak hal soal kesehatian dan iman," kata Paschal kepada TRIBUNBATAM.id, Kamis (26/7/2018).
Paschal mengakui sebelum Maria menikah, ia penganut Katolik. Namun sesudah menikah, Maria ikut dengan suaminya, Protestan.
Maria lahir dan besar di Tanjungpinang. Rumahnya dekat dengan asrama Paschal di Tanjungpinang. Bahkan sempat satu sekolah dengannya di Tanjungpinang.
"Orangnya enak diajak bicara. Tiga minggu lalu masih ketemu. Dan Sabtu kemarin terakhir komunikasi via WA. Saya biasa mengirim ayat Kitab Suci dan dia membalas dengan Amin. Terima kasih Romo,"ujarnya.
Paschal sendiri tidak yakin Maria pergi selamanya dengan cara gantung diri. Ia berharap polisi segera membuka hasil autopsinya.
Ketidakyakinannya itu, diakuinya karena saat ditemukan, kaki mendiang tidak tergantung sebagaiaman kebanyakan orang yang gantung diri.
"Saya juga gak nyangka. Pasti dia telepon kalau ada apa-apa. Belum tentu dia bunuh diri. Biasanya orang yang bunuh diri tergantung," tuturnya.
Selama ini, Paschal mengaku sering menjalanakan tugas bersama dengan Maria karena Maria bertugas sebagai penyidik di Unit PPA (Perlindungan Perempuan dan Anak).
"Kami pernah juga bertugas bersama di Unit Pelayanan Perempuan dan Anak," ujarnya. (*)