TRIBUNPEKANBARU.COM - Seorang bayi laki-laki yang lahir tanpa wajah menentang semua perdebatan tentang hidupnya, hingga mencapai ulang tahun pertamanya.
Matthew Gillado menderita kondisi yang dikenal sebagai acrania, atau kelainan wajah langka yang terjadi sejak dalam kandungan.
Sebelum kelahirannya, dokter sempat mengatakan kepada sang ibu, Isabella Gillado bahwa anak itu tidak akan bertahan hidup. Pernyataan itu diungkapkan setelah mendengar ultasound pertamanya pada Juli tahun lalu.
Tapi dengan perjuangan panjang dan bertentangan dengan prognosis, Matthew mampu melewati semuanya dan merayakan ulang tahun pertamanya pada 3 Oktober.
Gangguan kongenital ini merupakan kasus yang cukup langka. Di mana, tulang tengkorak bagian dalam tidak memiliki tulang pilih.
Baca: Warga Lapas Bangkinang Berlinang Air Mata Saat Doa dan Zikir untuk Korban Gempa Sulteng
Kendati sudah menyadari kejanggalan kandungan istrinya sejak awal, tapi Raven, suami Isabella, menyatakan tidak sekalipun dirinya terpikir untuk mengabaikan bayi itu.
"Kami ingin merasakan kehadiran bayi kami secara fisik, memeluk dan menciumnya. Kami menamainya Matthew karena itu berarti 'hadiah dari Tuhan," kata Raven.
Selama bulan pertama kehamilan Isabella, dia mengalami demam dan mengonsumsi bioflu, kapsul yang mengandung phenylephrine HCI, chlorphenamine maleate dan paracetamol, selama satu minggu.
Baca: Hasil Babak 1 Semen Padang Vs Perserang di Liga 2 2018, Pertandingan Imbang, Skor Sementara 0-0
Belum pemeriksaan lebih lanjut, tapi keduanya percaya bahwa mengonsumsi obat-obatan itu bisa berdampak pada deformasi wajah bayi. Matthew lahir dengan prosedur operasi caesar di sebuah rumah sakit di kota Santiago di Filipina utara.
Ketika melihat bayinya untuk pertama kali, Raven mengaku bergemetar, lemah dan hampir pingsan. Ini karena kondisi anaknya yang tidak berbentuk.
Keesokan harinya, terlepas dari kondisinya, bayi Matthew dipulangkan sementara Isabela tinggal di dalam unit perawatan intensif selama dua minggu.
Isabela terus memberinya susu dan vitamin agar dia tetap sehat. Dan usaha itu membuahi hasil. Dirinya kini bisa merayakan ulang tahun pertamanya pada 3 Oktober.
Baca: Romantis, Ryuji Utomo Lamar Sang Kekasih saat Turun dari Helikopter, Ariel Tatum Diminta Bersabar
Raven bekerja di pabrik pakaian di Balintawak, Kota Quezon. Dalam sehari, dirinya mampu menghasilkan sekitar $ 120 atau setara Rp 1.8 juta per bulan. Sangat sedikit, dan hampir tidak cukup bagi keluarga untuk bertahan hidup.
Terlepas kondisi keuangannya, pihak keluarga selalu memberikan dukungan pada mereka untuk memenuhi kebutuhan dasar sehari-hari untuk kelangsungan hidup Matthew.
Mei lalu Raven, Isabela dan Matthew melakukan perjalanan sejauh 360 km dari Kota Santiago ke Rumah Sakit Umum Filipina di Manila. Selama hampir tiga minggu dan menjalani prosedur klinis dan laboratorium yang berbeda.
Rumah sakit menilai bahwa merekonstruksi wajah bayi Matthew akan berisiko baginya, karena tubuhnya yang berbobot 11 kilogram tidak dapat menahan operasi besar.
Tapi Isabela tidak kehilangan imannya, dan berkata, "Dia berjuang untuk hidupnya dan kita juga harus berusaha untuk menyediakan kebutuhan sehari-hari dan selalu berharap untuk masa depan yang lebih baik untuk kelahiran pertama kita.”
"Kami tidak akan melepaskan. Kami semua berjuang dan melihat ke depan, bahwa suatu hari nanti melalui anugerah Tuhan dan kemajuan dalam ilmu kedokteran, saya dapat melihat wajah tampan Matthew, anugerah dari Tuhan bagi kita," katanya.
(cr12/tribun-medan.com)