TRIBUNPEKANBARU.COM - HUT TNI (Tentara Nasional Indonesia) diperingati setiap tanggal 5 Oktober.
5 Oktober 2018 ini TNI memperingati hari jadinya yang ke-73 tahun.
Dilansir TribunPekanbaru.com dari akun Instagram @puspentni, Menyambut HUT ke-73 ini, TNI melakukan kirab bendera Sang Saka Merah Putih dari Sabang sampai Merauke sejak Jumat (28/9/2018).
Setelah melalui perjalanan panjang, Pawai Bendera (Flag Relay) Merah Putih dengan menggunakan Pesawat Boeing 737 A-7304 tiba di Merauke.
Flag Relay Merah Putih dari Sabang sampai Merauke yang dimulai sejak tanggal 28 September 2018 telah berakhir di Kabupaten Merauke, Provinsi Papua, Kamis (4/10/2018).
Flag Relay Merah Putih terlebih dulu dikirab mengeliling beberapa kota di Indonesia.
Baca: HUT TNI 5 Oktober, Ini Alasan ABRI Berubah Nama Jadi TNI
Baca: Inilah Kisah Prajurit TNI di Papua: Tak Tidur Semalaman, Lewati Jurang dan Tebing
Baca: Saksikan Pawai Tank dan Flag Relay di Acara HUT ke 73 TNI
Mulai dari Sabang-Banda Aceh, Pekanbaru-Riau, Palembang-Sumsel, Yogyakarta, Surabaya-Jatim, Balikpapan-Kaltim, Manado-Sulut, Makassar-Sulsel, Kupang-NTT, Ambon-Maluku, Sorong-Jayapura dan berakhir di Merauke-Papua.
Selanjutnya Bendera Merah Putih beserta Pataka TNI disimpan di Gedung Negara, Kabupaten Merauke untuk dikibarkan pada upacara peringatan HUT ke-73 TNI tahun 2018 di Merauke, Provinsi Papua, tanggal 5 Oktober 2018.
Seperti diketahui, TNI begitu dikenal karena semangat juangnya.
Ciri khas lain dari TNI tentu saja dari seragam lorengnya.
Tapi pernahkah Anda terpikir mengapa TNI harus mengenakan seragam loreng?
Dilansir Tribunnews dari kodam17cendrawasih.mil.id, ternyata seragam loreng TNI itu mempunyai tujuan khusus.
Motif loreng berguna untuk melakukan penyamaran atau kamuflase sehingga keberadaan anggota TNI tidak bisa terdeteksi musuh.
Hal itu termasuk ke dalam teknik survival.
Bahkan untuk perlengkapan pun ikut diwarnai motif loreng agar bisa 'menyatu' dengan seragam saat perang.